Kopi
Kopi adalah jenis minuman yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia). Bagi beberapa orang produk ini, dibuat dari biji tanaman kopi yang dipanggang (tanaman berbunga dari famili Rubiaceae), disebut sebagai “komoditi kedua yang paling banyak diperdagangkan secara legal” dalam sejarah manusia.
Pasar Kopi Dunia
Produksi dan Konsumsi Global Kopi
Kopi yang dijual di pasar dunia biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi: arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, yang lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein jauh lebih rendah dibandingkan biji robusta.
Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi yang sangat baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.
Kopi adalah komoditi yang diperdagangkan di bursa-bursa komoditi dan futures, terutama di London (Inggris) dan New York (Amerika Serikat).
Di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan negara penghasil kopi terbesar di dunia, baik biji robusta maupun biji arabika. Yang bisa dilihat di tabel di bawah ini adalah bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen biji kopi yang paling utama di dunia (khususnya dalam hal biji robusta).
Negara Penghasil Kopi Biji Arabika Terbesar di Dunia Pada 2023:
(Di layar kecil layoutnya tabel ini mungkin terganggu)
Negara | Produksi (dalam kantong 60 kg) |
1. Brasil | 44,700,000 |
2. Kolombia | 11,600,000 |
3. Ethiopia | 8,350,000 |
4. Honduras | 5,500,000 |
5. Peru | 4,200,000 |
6. Mexiko | 3,545,000 |
7. Guatemala | 3,305,000 |
8. Nicaragua | 2,500,000 |
9. China | 1,800,000 |
11. Indonesia | 1,300,000 |
Sumber: Index Mundi
Negara Penghasil Kopi Biji Robusta Terbesar di Dunia pada 2023:
(Di layar kecil layoutnya tabel ini mungkin terganggu)
Negara | Produksi (dalam kantong 60 kg) |
1. Vietnam | 30,230,000 |
2. Brasil | 21,700,000 |
3. Indonesia | 8,400,000 |
4. Uganda | 5,850,000 |
5. India | 4,580,000 |
6. Malaysia | 1,500,000 |
7. Ivory Coast | 1,350,000 |
8. Thailand | 750,000 |
9. Tanzania | 600,000 |
10. Mexico | 545,000 |
Sumber: Index Mundi
Brasil adalah negara penghasil biji kopi terbesar di dunia, maka memainkan peran yang sangat penting di pasar kopi dunia. Dari dulu Brasil memang merupakan negara penghasil biji arabika terbesar di dunia, namun berdasarkan laporan dan berita media baru-baru ini produksi biji robusta di Brasil makin kuat akibat teknik pertanian kopi yang makin baik. Bahkan, kemungkinan Brasil akan menjadi negara penghasil biji robusta yang terbesar pada suatu saat di masa depan. Berbagai analis memperkirakan Brasil akan menyalip Vietnam sebagai produsen biji kopi robusta terbesar dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Konsumsi kopi global terus meningkat (walaupun krisis COVID-19 pada tahun 2020-2021 mengganggu tren ini untuk sementara waktu) karena bertambahnya populasi dunia dan meningkatnya 'gaya hidup minum kopi' di negara-negara berpenduduk padat seperti Tiongkok dan Indonesia, di mana kelas menengah (yang jumlahnya meningkat pesat) makin suka ngopi di kedai kopi yang sedang menjamur (termasuk kafe internasional, seperti Starbucks). Patut dicatat bahwa konsumsi kopi meningkat sangat kuat di Asia. Tren terkini lainnya adalah permintaan di Asia secara bertahap beralih dari kopi robusta ke biji arabika yang berkualitas lebih tinggi (dan oleh karena itu lebih mahal) karena PDB per kapita meningkat pesat.
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa belakangan ini sering terjadi defisit biji kopi di dunia karena konsumsi global melebihi produksi global. Dalam tabelnya data mengenai musim kopi 2023-2024 didasarkan pada perkiraan International Coffee Organization (ICO). Salah satu alasan utama mengapa produksi biji kopi di negara-negara pemasok utama, yaitu Brasil dan Vietnam, menurun dalam beberapa tahun terakhir ini adalah kondisi cuaca yang buruk (sementara di Vietnam banyak petani kopi juga dilaporkan beralih ke pertanian durian karena permintaan akan buah ini terus meningkat pesat di Tiongkok).
Ringkasan Pasar Kopi Dunia (dalam juta kantong 60 kg):
2018/19 | 2019/20 | 2020/21 | 2021/22 | 2022/23 | 2023/24 | |
Produksi | 169.8 | 168.4 | 170.8 | 168.0 | 168.2 | 178.0* |
Konsumsi | 171.2 | 168.6 | 169.9 | 176.6 | 173.1 | 177.0* |
Neraca | -1.3 | -0.2 | 0.9 | -8.6 | -4.9 | 1.0* |
* Perkiraan dari International Coffee Organization (ICO)
Sumber: International Coffee Organization (ICO)
Kopi di Indonesia
Produksi, Ekspor dan Konsumsi Kopi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor kopi terbesar di dunia. Sebagian besar produksi biji kopinya – antara 80 dan 90 persen – adalah jenis biji kopi robusta yang kalah kualitasnya sama biji arabika. Kebun-kebun biji robusta ini khususnya ditemukan di dataran rendah. Indonesia juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti 'kopi luwak' (yaitu kopi termahal di dunia) dan 'kopi Mandailing'.
Dalam hal komoditas pertanian, kopi umumnya merupakan penghasil devisa terbesar keempat di Indonesia (setelah kelapa sawit, karet, dan kakao). Oleh karena itu, kopi mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Produk ini menghasilkan devisa, memberikan pendapatan bagi lebih dari satu juta petani kopi Indonesia (dan keluarga mereka), dan menyalurkan bahan mentah ke sektor industri.
Sementara itu, dari segi konsumsi domestik, kita melihat pertumbuhan yang kuat dalam konsumsi kopi domestik di Indonesia seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengadopsi 'ngopi' ke dalam gaya hidup mereka. Apalagi kita sudah melihat menjamurnya tempat ngopi atau kafe di kota-kota Indonesia (termasuk brand internasional seperti Starbucks dan The Coffee Bean & Tea Leaf).
Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat mengekspansi produksi kopi ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan abad ke-18. Indonesia terbukti memiliki iklim yang hampir ideal untuk produksi kopi (khususnya daerah dekat khatulistiwa), sehingga perkebunan kopi besar didirikan di wilayah lain di Jawa, serta di pulau Sumatera dan Sulawesi. Pada jaman ini, perkebunan kopi juga bisa ditemukan di pulau lain, seperti Bali, Flores bahkan di Papua.
Sekarang, perkebunan kopi di Indonesia mencakup total area sekitar 1,27 juta hektar (pada akhir tahun 2023). Berdasarkan data tahun 2019, terdapat 933 hektar perkebunan kopi robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Perkebunan kopi ini sebagian besar dapat ditemukan di pulau Sumatera. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa lima provinsi dengan luas perkebunan kopi terbesar semuanya terletaknya di pulau Sumatera. Sementara itu, dataran tinggi Aceh dan Sumatera Utara sangat bagus untuk perkebunan arabika.
Propinsi dengan Luas Perkebunan Kopi Terbesar dan Penghasil Kopi Terbesar pada 2023:
(di layar kecil layoutnya tabel ini mungkin terganggu)
Propinsi | Luas Perkebunan Kopi (dalam hektar) |
Produksi Biji Kopi (dalam ton) |
1. Sumatra Selatan | 267,200 | 198,000 |
2. Lampung | 155,200 | 108,100 |
3. Aceh | 114,000 | 71,100 |
4. Sumatra Utara | 98,600 | 87,900 |
5. Bengkulu | 91,200 | 55,000 |
Indonesia | 1,268,900 | 760,200 |
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Yang menarik, petani kecil menguasai 98 persen dari total perkebunan kopi di Indonesia (bahkan mereka menyumbang 99 persen produksi biji kopi nasional). Sementara itu, perkebunan kopi besar milik pemerintah atau swasta hanya memainkan peran yang kecil (situasi ini sangat berbeda dengan situasi di negara seperti Vietnam). Hal ini sebenarnya merupakan salah satu alasan utama mengapa Indonesia kesulitan menunjukkan pasokan biji kopi yang stabil (termasuk kualitas yang stabil) setiap tahunnya. Selain itu, petani kecil biasanya tidak memiliki teknik pertanian terbaik/modern dan juga seringkali tidak punya dana atau modal untuk berinvestasi di perkebunan mereka (seperti peremajaan pohon atau pupuk terbaik). Dengan demikian, Indonesia kehilangan daya saing di pasar global.
Selama 20 tahun terakhir, total luas perkebunan kopi telah menurun, meskipun tidak terlalu drastis, dari 1,30 juta hektar pada tahun 2004 menjadi 1,27 juta hektar pada tahun 2023. Menariknya, perkebunan kopi besar milik swasta dan pemerintah yang paling banyak mengalami penurunan karena banyak perkebunan besar ditutup selama dua dasawarsa terakhir (sebagian telah diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, terutama sekitar tahun 2007-2008).
Jika kita melihat produksi kopi nasional, Indonesia menunjukkan peningkatan produksi kopi yang kecil namun stabil (yang sebenarnya dimulai pada tahun 1960an).
Produksi dan Ekspor Kopi Indonesia:
2020 | 2021 | 2022 | 2023 | 2024 | 2025 | |
Produksi (dalam ribu ton) |
762.4 | 786.2 | 775.0 | 760.2* | ||
Ekspor (dalam ribu ton) |
379.3 | 387.3 | 437.5 | n/a | ||
Ekspor (dalam juta USD) |
821.9 | 858.5 | 1,148.4 | n/a |
* Data awal (bisa dirubah)
2014 | 2015 | 2016 | 2017 | 2018 | 2019 | |
Produksi (dalam ribu ton) |
643.8 | 639.3 | 663.9 | 716.1 | 756.0 | 752.5 |
Ekspor (dalam ribu ton) |
384.8 | 502.0 | 414.6 | 467.8 | 280.0 | 359.0 |
Ekspor (dalam juta USD) |
1,039.3 | 1,197.7 | 1,008.5 | 1,187.1 | 815.9 | 883.1 |
2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | |
Produksi (dalam ribu ton) |
698.0 | 682.7 | 686.9 | 638.6 | 691.2 | 675.9 |
Ekspor (dalam ribu ton) |
468.7 | 433.6 | 433.6 | 346.5 | 448.6 | 534.0 |
Ekspor (dalam juta USD) |
991.4 | 814.3 | 814.3 | 1,036.7 | 1,249.5 | 1,174.0 |
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Sekitar 60 persen dari produksi kopi di Indonesia itu diekspor ke pasar luar negeri. Pasar ekspor terbesar produk kopi Indonesia adalah Amerika Serikat, India, Mesir, Jerman, dan Malaysia. Dua produk paling utama yang diekspor oleh Indonesia adalah (1) biji kopi robusta yang tidak dipanggang dan tidak didekafeinasi, serta (2) biji arabika yang tidak dipanggang dan tidak didekafeinasi. Dan seperti yang bisa diduga mengingat Indonesia khususnya menghasilkan banyak biji robusta, biji kopi robusta mentah benar-benar dominan dalam hal ekspor (Indonesia mengekspor biji kopi robusta hampir delapan kali lipat dari biji kopi arabika, berdasarkan volume). Sementara itu, ekspor kopi olahan hanya merupakan sebagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia.
Seperti disebutkan di atas, konsumsi kopi meningkat pesat di Indonesia di tengah pertumbuhan populasi, bertambahnya kelas menengah (meningkatnya daya beli), perubahan gaya hidup, dan menjamurnya kafe (kedai kopi) di wilayah perkotaan Indonesia.
Konsumsi Kopi di Indonesia:
2015/16 | 2016/17 | 2017/18 | 2018/19 | 2019/20 | |
Konsumsi Kopi (dlm ribu kantong 60 kg) |
4,550 | 4,650 | 4,750 | 4,800 | 4,806 |
2010/11 | 2011/12 | 2012/13 | 2013/14 | 2014/15 | |
Konsumsi Kopi dlm ribu kantong 60 kg) |
3,333 | 3,667 | 3,900 | 4,250 | 4,417 |
2005/06 | 2006/07 | 2007/08 | 2008/09 | 2009/10 | |
Konsumsi Kopi dlm ribu kantong 60 kg) |
2,500 | 2,833 | 3,333 | 3,333 | 3,333 |
2000/01 | 2001/02 | 2002/03 | 2003/04 | 2004/05 | |
Konsumsi Kopi dlm ribu kantong 60 kg) |
1,676 | 2,000 | 1,779 | 1,833 | 2,000 |
Sumber: Statista
Kopi Khas Indonesia
Selain produksi kopi 'biasa', Indonesia juga memproduksi sejumlah kopi khusus. Paling terkenal yaitu kopi luwak. Kopi ini dikenal sebagai kopi termahal di dunia. Minuman ini dibuat dari biji yang telah melewati sistem pencernaan musang Asia (hewan yang mirip kucing). Karena proses fermentasi khusus di dalam tubuh hewan tersebut (dan karena luwak mampu memilih buah kopi yang paling mateng), kopi ini diyakini memiliki rasa yang lebih kaya rasa. Proses produksinya yang padat karya dan kelangkaannya di pasar internasional menyebabkan harganya jadi sangat mahal.
Kopi-Kopi Robusat dan Arabika Yang Paling Terkenal di Indonesia
Seperti disebutkan di atas, Sumatra dan Java adalah dua pulau penghasil (biji) kopi yang terbesar di Indonesia. Di kedua pulau ini banyak macam kopi bisa ditemukan, dan semua punya rasa khas yang berbeda-beda. Di bawah ini, kami sebutkan tipe kopi yang paling terkenal yang berasal dari Sumatra, Java, Bali dan Sulawesi.
Kopi Sumatra:
Kopi | Tipe | Rasa |
Aceh Gayo | Arabika/Robusta | Brown Sugar, Dark Chocolate, Sweet, Orange Zest/Citrus |
Sidikalang | Robusta | Nutty, Milk Chocolate, Caramel, Low Acidity, Bold |
Mandailing | Arabika | Sweet Caramel, Spices, Hint Of Dark Chocolate |
Semendo | Arabika | Tropical Fruit, Brown Sugar, Sweetness Long |
Kerinci | Arabika | Floral, Malty Sweetnees, Grape Acidity |
Lintong | Arabika | Dark Chocolate, Caramel, Orange Hint, Nutmeg |
Lampung | Robusta | Chocolate, Brown Sugar, Woody, Sweet, Earthy |
Kopi Java:
Kopi | Tipe | Rasa |
Java Preanger | Arabika/Robusta | Orange Zest/Citrus, Brown Sugar |
Ciwidey | Arabika/Robusta | Floral, Vanilla, Brown Sugar, Cherry, Sweet Aftertaste |
Temanggung | Robusta | Earthy, Caramel, Woody |
Jampit | Arabika/Robusta | Sweet Caramelized Sugar Aroma, Full Heavy Body, Dark Chocolate |
Ijen | Arabika | Floral, Malty Sweetness, Grape Acidity |
Kopi Bali:
Kopi | Tipe | Rasa |
Kintamani | Arabika/Robusta | Chocolate, Nutty, Fruity, Lemon Hint |
Tambora | Robusta | Caramel, Chocolate, Nutty |
Pupuan | Robusta | Chocolate, Caramel, Salty |
Kopi Sulawesi:
Kopi | Tipe | Rasa |
Toraja | Arabika/Robusta | Brown Sugar, Chocolate, Milky, Chocolate Malt, Sweet, Berry |
Pinogu | Robusta | Chocolate, Lemon, Spicy |
Prospek Masa Depan Kopi Indonesia
Seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi global (dan domestik), prospek industri kopi boleh dikatakan positif. Terlebih lagi, pemerintah Indonesia telah terlibat dalam berbagai program perbaikan ekosistem kopi, dari hulu hingga hilir, yang membantu untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kopi. Mengingat industri hulu kopi di Indonesia didominasi oleh petani kecil, Indonesia mempunyai produktivitas yang lemah secara struktural. Berdasarkan data BPS yang terbit pada tahun 2021, produktivitas kopi Indonesia tercatat sebesar 817 kilogram (kg) per hektar (ha). Di negara-negara Asia seperti Tiongkok, Malaysia atau Vietnam, tingkat produktivitas kopi sekitar empat hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan di Indonesia. Oleh karena itu, terdapat banyak keuntungan jika Indonesia dapat meningkatkan tingkat produktivitas kopinya lebih lanjut.
[Update terakhir pada 23 Mei 2024]
Kalau mau membaca analisis yang lebih mendalam mengenai industri kopi (hulu) di Indonesia, kami merujuk pembaca pada laporan Industri Kopi terbaru kami (tautan di bawah). Report ini hanya tersedia dalam bahasa Inggris.
Buy our latest Indonesian Coffee Industry Report here (PDF, 31 pages)