• Newsletter Indonesia Investments Diterbitkan 8 Maret 2015

    Pada 8 Maret 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi terbaru dari newsletter-nya. Newsletter gratis ini, dikirimkan kepada para pelanggan kami satu kali setiap minggunya, berisi berita-berita paling penting dari Indonesia yang telah dilaporkan di website kami selama tujuh hari terakhir. Kebanyakan topik bekaitan dengan isu-isu ekonomi seperti analisis performa rupiah, update inflasi terakhir, kesederajatan gender di Indonesia, dampak pertumbuhan kredit yang melambat pada prospek resiko di sektor perbankan Indonesia, dan banyak lagi.

    Lanjut baca ›

  • Analisis Rupiah dan Saham Indonesia: Volatilitas Pasar yang Tinggi

    Pemerintah Indonesia meneruskan perjuangan mereka untuk meringankan kekuatiran masyarakat tentang dampak dari rupiah yang lemah pada perekonomian Indonesia. Bahkan, Pemerintah menekankan bahwa rupiah yang lemah akan berdampak positif pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan karena produk-produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif. Selama satu minggu ini, rupiah melemah 1% terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sejak awal 2015, rupiah telah jatuh 4,4% terhadap dollar AS, karenanya menjadi salah satu mata uang di negara-negara berkembang Asia dengan performa terburuk di tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Cadangan Devisa Indonesia Naik pada Februari 2015

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) mengumumkan pada hari Jumat (06/03) bahwa cadangan devisa negara bertambah menjadi 115,5 miliar dollar AS pada akhir Februari 2015, naik dari 114,2 miliar dollar AS di bulan sebelumnya. Peyebab utama pertumbuhan ini adalah kenaikan pendapatan ekspor minyak & gas, yang melebihi pembayaran hutang luar negeri Pemerintah. Berita ini menyebabkan sentimen positif di pasar dan berkontribusi pada rekor tertinggi pada penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari Jumat.

    Lanjut baca ›

  • Fitch Ratings: Systemic Risks in Indonesian Banking System Declined

    Global credit rating agency Fitch Ratings expects slowing credit growth in Indonesia to reduce systemic risks in the country’s banking sector. In a report entitled Macro-Prudential Risk Monitor, which was released on 3 March 2015, it was mentioned that the macro-prudential risk indicator (MPI) for Indonesia was lowered from '3' (high risk) to '2' (moderate risk). Primary reason for this risk cut was the slowdown in the country's real credit expansion to below 5 percent in 2014 (from a peak of almost 20 percent in 2011).

    Lanjut baca ›