Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Bank Indonesia

  • Indonesia Mencatat Surplus Perdagangan Bulan Juni Namun Kekuatiran Berlanjut

    Indonesia mencatat surplus perdagangan 477 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni 2015, surplus perdagangan ke-7 secara beruntun. Meskipun begitu, menurut data terakhir dari BPS, diterbitkan pada hari Rabu (14/07), ekspor Indonesia pada Juni ini jatuh 12,8% (year-on-year) menjadi 13,4 miliar dollar AS, sementara impor jatuh 17,4% (year-on-year) menjadi 12,9 miliar dollar AS. Angka-angka ini menunjukkan bahwa surplus perdagangan Indonesia terutama disebabkan oleh permintaan domestik yang lemah dan lebih melambat daripada permintaan global (yang terus melambat juga). Kondisi ini meningkatkan kekuatiran mengenai pertumbuhan perekonomian domestik dan global.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Tidak Ubah Suku Bunga Selama 5 Bulan Berturut-Turut

    Seperti yang telah diprediksi, Bank Indonesia tidak mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (14/07). BI rate yang menjadi acuan dipertahankan pada 7,50%, sementara fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga lending facility dipertahankan masing-masing pada 5,50% dan 8,00%. Bank Indonesia meyakini bahwa kondisi tingkat suku bunga saat ini sejalan dengan upaya untuk menurunkan inflasi dan juga mendukung rupiah yang melemah menjelang perkiraan pengetatan moneter lebih lanjut oleh Amerika Serikat (AS) di kemudian hari pada tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Diprediksi Belum Akan Memotong Tingkat Suku Bunga

    Kebanyakan analis setuju bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga yang sama dalam pertemuan Dewan Gubernur yang dijadwalkan untuk dilaksanakan pada hari Selasa 14 Juli 2015. Bank sentral Indonesia dipediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada 7,50%, fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) pada 5,50%, dan suku bunga lending facility pada 8,00% karena tingkat inflasi Indonesia telah meningkat cepat baru-baru ini sementara rupiah mengalami tekanan karena faktor-faktor eksternal.

    Lanjut baca ›

  • IMF Memotong Proyeksi Global; BI Memprediksi Pertumbuhan Datar di Kuartal II

    International Monetary Fund (IMF) memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2015 menjadi 3,3% pada basis year-on-year (y/y), dari 3,5% (y/y) sebelumnya, karena musim dingin yang keras mempengaruhi Amerika Serikat (AS) dan sejalan dengan itu menarik turun pertumbuhan global. Di kuartal 1 tahun 2015, perekonomian AS berkontraksi 0,2% (y/y). Terlebih lagi, kekacauan di Yunani dan Republik Rakyat Tiongkok menyebabkan volatilitas yang besar dalam pasar keuangan global, lembaga yang bermarkas di Washington ini menyatakan dalam sebuah update World Economic Outlook (WEO) pada hari Kamis (09/07).

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s Foreign Exchange Reserve’s Continue to Decline

    Indonesia’s foreign exchange reserves fell USD $2.8 billion to USD $108.0 billion at the end of June 2015 (from USD $110.8 billion one month earlier). This fall was caused by foreign debt repayment and the use of foreign exchange to stabilize the rupiah exchange rate. Due to external pressures (particularly looming further monetary tightening in the USA this year and the possible Greek exit from the euro), the rupiah is the worst performing Asian currency tracked by Bloomberg so far in 2015, weakening about 7 percent against the US dollar.

    Lanjut baca ›

  • Keyakinan Konsumen Indonesia Jatuh: Lebih Sedikit Belanja Ramadan & Idul Fitri

    Survei terakhir Bank Indonesia menunjukkan bahwa keyakinan konsumen di Indonesia jatuh pada bulan Juni karena kekuatiran mengenai menurunnya ketersediaan lapangan pekerjaan serta penurunan pendapatan dan aktivitas bisnis. Bulan Juni, Indeks Keyakinan Konsumen bank sentral jatuh 1,5 poin menjadi 111,3. Sejauh ini di tahun ini, keyakinan konsumen Indonesia hanya naik di bulan Mei. Di bulan lainnya, indeks ini jatuh. Indeks ini dibuat berdasarkan pada sampel di 4.600 rumah tangga di 18 kota besar di Indonesia (skor 100 membatasi optimisme dari pesimisme).

    Lanjut baca ›

  • Peraturan Bank Indonesia ‘Kewajiban Penggunaan Rupiah’ Mulai Berlaku

    Pada 1 Juli 2015, Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai berlaku. Peraturan BI ini, ditandatangani pada 31 Maret 2015, melarang penggunaan mata uang asing dalam transaksi di Indonesia dalam rangka memperdalam pasar domestik rupiah, menstabilkan rupiah (yang telah melemah terhadap dollar AS), dan mendorong ekspansi perekonomian. Undang-Undang sebelumnya (UU No. 7/2011) mengizinkan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak untuk membuat kesepakatan menggunakan mata uang lainnya (bukan rupiah) untuk pembayaran.

    Lanjut baca ›

  • Update Inflasi Indonesia Bulan Juni: Indeks Harga Konsumen Naik 0.54%

    Inflasi Indonesia berakselerasi menjadi 7,26% pada basis year-on-year (y/y) di Juni 2015 karena harga bahan pangan yang lebih tinggi yang dipicu oleh awal bulan Ramadan (bulan puasa yang suci bagi umat Islam). Perayaan musiman Ramadan dan dilanjutkan oleh Idul Fitri selalu menyebabkan tekanan inflasi di Indonesia karena konsumen meningkatkan belanja mereka. Meskipun daya beli masyarakat Indonesia telah menurun di beberapa bulan terakhir, direfleksikan dengan melambatnya penjualan mobil dan sepeda motor, barang-barang konsumen yang lebih murah seperti makanan, pakaian, sepatu dan tas saat ini sedang banyak terjual.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Tak Ubah BI Rate pada 7,50% di Pertemuan Kebijakan Juni

    Sejalan dengan prediksi pasar, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) tidak mengubah suku bunga acuannya (BI rate) yang tetap pada 7,50% di hari Kamis (18/06). Bank Indonesia tetap berkomitmen pada posisi moneternya yang relatif ketat dalam usaha melawa percepatan inflasi, membatasi defisit transaksi berjalan Indonesia yang lebar, dan mendukung rupiah yang sedang melemah. Bank sentral juga menetapkan tingkat fasilitas simpanan bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga lending facility masing-masing pada 5,50% dan 8,00%.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Diprediksi Tidak Akan Mengubah Tingkat Suku Bunga Pinjaman

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) diprediksi tidak akan mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan Dewan Gubernur yang akan dilaksanakan hari Kamis. Pada saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berada pada 7,50%, fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) pada 5,50%, dan suku bunga lending facility pada 8,00%. Bank sentral tampaknya berkomitmen pada tingkat suku bunga yang relatif tinggi ini karena inflasi Indonesia telah naik menjadi 7,15% pada basis year-on-year (y/y) di bulan Mei, sementara rupiah menyentuh level terendah selama 17 tahun terakhir pada 9 Juni 2015.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Bank Indonesia

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Rebounds from Six-Year Low

    Contrary to the previous trading day, most emerging Asian currencies strengthened against the US dollar on Tuesday (09/12) supported by the yen’s advance as falling oil prices dented risk appetite. Based on the Bloomberg Dollar Index, Indonesia’s rupiah appreciated 0.47 percent to IDR 12,331 per US dollar today. Despite local firms’ increased US dollar demand to settle debt before the year-end, market participants were happy to learn that Indonesia’s central bank is active in the foreign exchange market to guard the currency.

    Lanjut baca ›

  • Stock Market & Rupiah Update Indonesia: Bad Start of the Week

    Despite positive stock indices in the USA and Europe at the end of last week as well as mostly positive indices in Asia today (08/12), the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) fell due to investors’ appetite for profit taking. Several matters made investors decide to sell their Indonesia shares, including the World Bank’s downward revision of Indonesia’s economic growth in 2015, Japan’s recession, weakening Chinese exports, and the sharply depreciating rupiah exchange rate.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia about Inflation and the Current Account Deficit

    The central bank of Indonesia expects that Indonesia’s current account deficit will decline to below the three percent of gross domestic product (GDP) mark by the end of this year supported by sharply falling global oil prices and Indonesia’s recent subsidized fuel price hike. Hendar, Deputy Governor of the central bank, said that for every USD $1 decline in global oil prices, the country’s current account deficit narrows by about USD $170 million. Indonesia’s current account deficit fell to 3.1 percent of GDP in Q3-2014 (from 4.06 percent of GDP in Q2-2014).

    Lanjut baca ›

  • Macroeconomic Stability Indonesia: Inflation and GDP Update

    The Governor of Indonesia’s central bank, Agus Martowardojo, said that he expects inflation to accelerate to 6.1 percent year-on-year (y/y) in November 2014, significantly up from 4.83 percent y/y in the previous month. Accelerated inflation is caused by the multiplier effect triggered by the recent subsidized fuel price hike in Southeast Asia’s largest economy. On 18 November 2014, the government introduced higher prices for subsidized fuels in a bid to reallocate public spending from fuel consumption to structural development.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Exchange Rate Update: Bank Indonesia Active in Market?

    The Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.09 percent to IDR 12,164 per US dollar on Tuesday (25/11) according to the Bloomberg Dollar Index. The performance is caused by local companies’ month-end US dollar demand as well as US dollar buying by Indonesia’s central bank. Although unconfirmed, it is speculated that the central bank is boosting its foreign exchange reserves ahead of a looming external shock triggered by higher US interest rates in the second or third quarter of 2015.

    Lanjut baca ›

  • Financial Update: Foreign Debt of Indonesia Continues to Rise

    Total foreign outstanding debt of Indonesia continues to grow at a robust pace. Based on data from the country’s central bank, total external debt rose 11.2 percent year-on-year to USD $292 billion at the end of September 2014 as private Indonesian companies have been eager to seek lower interest rates abroad. Privately-held foreign debt was up 14 percent y/y to USD $159.3 billion at end-September. Central Bank official Tirta Segara said that private sector debt is concentrated in the financial, manufacturing and mining sectors.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Forces Companies to Hedge Foreign Debt

    Non-bank corporations in Indonesia that hold external (foreign-denominated) debt will be forced to hedge their foreign exchange holdings against the Indonesian rupiah with a ratio of 20 percent in the period 1 January 2015 to 31 December 2015 in an effort to limit risks stemming from increased private sector external debt. At end-August 2014, privately-held foreign debt stood at USD $156.2 billion (53.8 percent of the country’s total external debt), increasing three-fold from end-2005 and thus jeopardizing macroeconomic stability.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia: Current Account Deficit Improved in 3rd Quarter 2014

    The wide current account deficit of Indonesia is expected to have eased in the third quarter of 2014. According to information from the country’s central bank, the current account deficit narrowed to 3.1 percent of gross domestic product (GDP) in Q3-2014 from 4.27 percent of GDP in the previous quarter. A deficit below the level of 3 percent of GDP is generally regarded as a sustainable level. The improvement in Q3-2014 is mainly due to resumed mineral exports after the government and several miners managed to finalize renegotiations.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Press Release: Key Interest Rate Kept at 7.50%

    Bank Indonesia decided to hold the key interest rate (BI rate) at 7.50 percent in October, with the Lending Facility and Deposit Facility rates kept at 7.50 percent and 5.75 percent, respectively. This level is expected to help control inflation at 4.5±1 percent in 2014 and 4.0±1 percent in 2015, as well as to reduce the current account deficit to a more sustainable level. Despite stable domestic conditions, Bank Indonesia sees risks: contagion risk stemming from US monetary tightening and possible higher subsidized fuel prices.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Update Indonesia: Central Bank Ready to Intervene

    Bank Indonesia Governor Agus Martowardojo said that although the recent weakening trend of the Indonesian rupiah exchange rate is in line with the performance of other Asian currencies, the central bank is prepared to intervene in the market in an effort to support the currency and keep it in a comfortable range. On Monday (06/10), Bank Indonesia Executive Director Tirta Segara already stated that foreign exchange intervention was conducted in September 2014 in order to stabilize the rupiah exchange rate.

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Bank Indonesia