Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Rupiah

  • Rupiah Indonesia Mendekati Tingkat Terendah Sejak Hampir 17 Tahun

    Karena nilai rupiah Indonesia terus melemah pada hari Kamis (04/06), hampir menyentuh tingkat terendah selama 17 tahun, seorang pejabat bank sentral mencoba meringankan kekuatiran dengan menyatakan bahwa Bank Indonesia selalu ada di di pasar forex dan obligasi untuk memonitor pergerakan dan meringankan volatilitas. Pada hari Kamis pagi, bond yield, yang telah meningkat sejak Jumat (29/05), pada 8,198%. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah telah melemah 0,11% menjadi Rp 13.245 pada pukul 11:10 WIB.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stock Market & Rupiah Update - Morning Trade 3 June 2015

    In line with other stock indices in Southeast Asia, Indonesia’s benchmark stock index (Jakarta Composite Index) has been weakening since the start of trading on Wednesday (03/06). Yesterday’s weakening indices on Wall Street, concern about rising bond yields, worries about the possibility of a default by debt-ridden Greece, and weak macroeconomic data from Indonesia have all contributed to the negative performance of Indonesian stocks so far today. By 11:15 am local time, the Jakarta Composite Index had fallen 1.42 percent.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Investments' Newsletter of 31 May 2015 Released

    On 31 May 2015, Indonesia Investments released the latest edition of its newsletter. This free newsletter, which is sent to our subscribers once per week, contains the most important news stories from Indonesia that have been reported on our website in the last seven days. Most of the topics involve economic topics such as Indonesia’s GDP growth, a stocks and rupiah update, the IPO of Puradelta Lestari, Indonesia’s participation in a news Islamic infrastructure bank, the role of household consumption in the Indonesian economy, and more.

    Lanjut baca ›

  • Saham & Rupiah Indonesia: Tekanan karena Kenaikan Suku Bunga AS & Yunani

    Sebagian besar pasar saham Asia turun pada hari Rabu (27/05), termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG turun 0,95% menjadi 5.270,22 poin pada pukul 14:32 WIB. Performa yang buruk saham-saham di seluruh Asia hari ini mengikuti jatuhnya pasar saham Amerika Serikat (AS) kemarin. Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq semuanya menurunkan sekitar 1% karena kuatnya dollar AS setelah terbitnya sejumlah data perekonomian AS yang kuat (yang mendukung kenaikan suku bunga AS sebelum akhir tahun) dan meningkatnya kekuatiran mengenai krisis hutang di Yunani.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Indonesia Mulai Melemah setelah Dollar AS Menguat Pasca Data Inflasi

    Rupiah Indonesia memulai minggu perdagangan baru dengan catatan negatif. Pukul 10:45 WIB, rupiah telah melemah 0,17% menjadi Rp 13.181 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index. Alasan utama untuk performa ini adalah karena dollar AS telah menguat secara global setelah Pimpinan Federal Reserve Janet Yellen menyatakan bahwa dia yakin akan terjadi kenaikan suku bunga as yang pertama sejak hampir satu dekade sebelum akhir tahun ini (asal data perekonomian AS terus membaik).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks Up, Rupiah Weakens: Focus on Fed’s FOMC Minutes

    Indonesian stocks continued to rise one day after the country’s central bank (Bank Indonesia) announced to leave the interest rate policy unchanged and, instead, choosing to loosen its macro-prudential policy by revising the LDR-RR regulation, LTV policy for mortgage loans and down payments on automotive loans, hence increasing liquidity and boosting credit growth in the banking sector. Indonesia's rupiah, however, depreciated sharply after the market opened on Wednesday (20/05) due to the strong US dollar.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Menjaga Kebijakan Moneter Ketat, Suku Bunga Tak Berubah

    Bank Indonesia menunjukkan komitmennya pada kebijakan moneter yang relatif ketat karena tidak mengubah suku bunga dalam Pertemuan Dewan Gubernur bulan Mei. Meskipun ada tekanan-tekanan dari pemerintah dan para pelaku bisnis untuk memotong suku bunga (yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi), Bank Indonesia mempertahankan suku bunga BI yang menjadi acuannya pada 7,50%, overnight deposit facility pada 5,50% dan lending facility rate pada 8,00%.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Down against US Dollar, Markets Wait for Bank Indonesia Meeting

    Indonesia’s rupiah continued to weaken on Monday’s trading day (18/05). The Indonesian rupiah had depreciated 0.22 percent to IDR 13,113 per US dollar by 12:08 pm based on the Bloomberg Dollar Index as market participants are waiting for results of the central bank’s Board of Governor’s Meeting, scheduled for Tuesday (19/05). At this meeting Indonesia’s central bank (Bank Indonesia) will discuss and determine its stance on the country’s interest rate environment. Currently, the key rate (BI rate) is set relatively high at 7.50 percent.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s Rupiah Weak on US Dollar Strength & Greek Debt Concerns

    The Indonesian rupiah is again depreciating. On Tuesday (12/05), the rupiah had depreciated 0.39 percent to IDR 13,206 per US dollar by 11:51 am local Jakarta time based on the Bloomberg Dollar Index. The primary reason for this weak performance today is US dollar demand amid heightened concerns about Greece’s debt situation. Talks between the Greek leftist government and its international partners are heading toward a crucial phase. As a result, the greenback is appreciating against almost all Asian currencies.

    Lanjut baca ›

  • Cadangan Devisa Indonesia Jatuh karena Soal Hutang & Rupiah

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) mengumumkan pada hari Jumat (08/05) bahwa cadangan devisa Indonesia turun sebesar kurang lebih 700 juta dollar Amerika Serikat (AS) menjadi 110,87 miliar dollar AS pada akhir April 2015 (dari 111,55 miliar dollar AS dari bulan sebelumnya). Penurunan ini diakibatkan oleh pembayaran hutang luar negeri pemerintah dan juga usaha bank sentral untuk menstabilkan nilai mata uang rupiah akibat volatilitas saat ini dan ketidakjelasan keadaan ekonomi (global dan domestik). Di April, rupiah menguat 0,8% terhadap dollar AS.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Rupiah

  • Indonesian Stocks & Rupiah: Gaining on S&P Rating Outlook Upgrade

    Although most emerging market stocks fell, Indonesian stocks and the rupiah showed a solid performance on Thursday (21/05). The rupiah appreciated 0.40 percent to IDR 13,122 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index, while the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index) rose 0.39 percent to 5,313.21 points. Most emerging stocks fell due to weak data from China (despite a series of stimulus). However, Indonesian stocks were supported by news about its credit rating and dividend announcements.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah & Saham Melemah Menjelang Pertemuan Kebijakan Bank Indonesia

    Para investor jelas sedang menunggu hasil-hasil dari Pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diadakan pada hari ini (19/05). Dalam pertemuan kebijakan ini, bank sentral Indonesia akan memutuskan pendekatan moneternya. Bagi banyak pelaku pasar, merupakan hal yang penting dan krusial untuk mempelajari apakah Bank Indonesia akan menyesuaikan kebijakan suku bunganya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia (yang telah mencapai kecepatan terlambat dalam lima tahun terakhir di kuartal 1 tahun 2015).

    Lanjut baca ›

  • Bagaimana Trend Dollar Memberikan Dampak pada Rupiah Indonesia?

    Selama setahun terakhir, rupiah telah menguat terhadap berbagai jenis mata uang asing. Namun penguatan ini tidak berlaku terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pada periode waktu yang sama, rupiah menguat terhadap mata uang asing lainnya dan sebaliknya rupiah melemah terhadap dollar AS. Untuk banyak investor yang berfokus pada pasar mata uang, mungkin tampaknya seakan dua mata uang ini hanya sedikit berhubungan. Namun, kalau kita melihat trend yang berkembang selama setahun terakhir, menjadi jelas bahwa keadaannya tidak seperti itu.

    Lanjut baca ›

  • Update Ekonomi Indonesia: Saham, Rupiah, Infrastruktur & Ekonomi

    Menjelang penerbitan angka pertumbuhan resmi proyek domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal 1 (dijadwalkan untuk diterbitkan di minggu pertama), saham-saham Indonesia dan rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akibat lemahnya sentimen pasar yang telah membebani pasar selama seminggu terakhir. Terlebih lagi, pendapatan perusahaan blue chip di kuartal 1 yang dilaporkan lebih rendah dari dugaan membuat para pelaku pasar kuatir bahwa perlambatan perekonomian telah berlanjut di kuartal 1 tahun 2015.

    Lanjut baca ›

  • Mutual Fund Management in Indonesia: Plenty Room for Growth

    After Indonesia’s political year of 2014 ended, financial institutions expect to experience better times in 2015. Last year, economic growth of Indonesia slowed to a five-year low of 5.02 percent (y/y) due to weak exports, the high domestic interest rate environment, and political uncertainties caused by Indonesia’s legislative and presidential elections. This year, however, economic growth is expected to accelerate - albeit slightly - implying stronger purchasing power. One of the businesses that will profit is mutual fund management.

    Lanjut baca ›

  • New Regulation on Mandatory Use of Rupiah in Indonesia

    On March 31, 2015, Bank Indonesia issued regulation number 17/3/PBI/2015 concerning Mandatory Use of Rupiah in the Territory of Indonesia (BI Regulation). In the much discussed Law number 7 of 2011 concerning Currency the mandatory use of rupiah in Indonesia was already regulated, however could be exempted in case the contract parties had agreed in writing to the terms of payment in a currency other than rupiah. Under the new BI regulation the terms on the use of foreign currencies are further restricted. In this column we discuss the most important changes based on the BI Regulation.

    Lanjut baca ›

  • Update Indonesia Rupiah: Strengthening against the USD over the Past Month

    Over the past week, the Indonesian rupiah continued to appreciate against the US dollar. Based on the Bloomberg Dollar Index, the rupiah appreciated 0.07 percent to IDR 12,850 per US dollar on Friday (17/04). Only a month ago, investors and policymakers were alarmed when the rupiah touched IDR 13,245 per US dollar, a 17-year low. This column discusses the factors that caused the strengthening of the rupiah in recent weeks. However, amid looming further monetary tightening in the USA, this development should be short-term only.

    Lanjut baca ›

  • Update Rupiah: Dapatkah Kebijakan Amerika Serikat Membebani Rupiah?

    Kalau kita melihat aktivitas pasar rupiah, sangat jelas bahwa beberapa trend telah mulai terjadi. Terhadap dollar Amerika Serikat (AS), rupiah menunjukkan pelemahan selama ini. Banyak investor mulai melihat bahwa pelemahan rupiah sudah overdone dan kita mulai melihat para analis yang menyuarakan bahwa rupiah akan menguat dalam beberapa bulan ke depan. Namun ada juga argumen melawan prospek ini dan penting bagi siapa pun yang berinvestasi di aset-aset Indonesia untuk memahami beberapa faktor ini, untuk bisa mengambil posisi yang tepat.

    Lanjut baca ›

  • Pressures on Indonesia’s Rupiah to Continue in the First Half of 2015

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) stated that, besides global volatility caused by uncertainty about the timing of higher US interest rates, the rupiah has been - and remains - under pressure due to Indonesia’s increasing private sector debt and the wide current account deficit. Moreover, as subsidiaries of multinational companies in Indonesia tend to send back dividends to the foreign parent companies in the second quarter (implying rising US dollar demand), the rupiah is plagued by additional pressures up to June.

    Lanjut baca ›

  • Ekonomi Indonesia: Inflasi, Suku Bunga, Perdagangan & Update Rupiah

    Indeks harga konsumen Indonesia turun di bulan Februari 2015, mencatat deflasi 0,36% dalam basis month-on-month (m/m), sementara tingkat inflasi tahunan (y/y) nasional berkurang menjadi 6,29%, turun dari 6,96% (y/y) di bulan sebelumnya. Tekanan-tekanan inflasi berkurang terutama karena menurunnya harga cabai dan bahan bakar. Berkurangnya tingkat inflasi di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini bisa menyediakan ruang bagi bank sentral (Bank Indonesia) untuk memotong suku bunga lebih lanjut di tahun ini.

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Rupiah