Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Rupiah

  • Global Selloff Continues on Low Crude Oil and China Turmoil

    Asian stocks are again in deep red territory on Thursday (14/01), led by Chinese shares (which are on track to enter a bear market) as well as Japanese shares. It means that the rebound that had occurred earlier this week - caused by positive export data from China - was short-lived. The continued slide of oil prices (below USD $30 per barrel) and turmoil in China cause money to flow away from equity and fragile emerging market currencies.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Should Keep BI Rate at 7.50% due to Fragile Rupiah

    On Wednesday (13/01) Indonesia's central bank is set to start its monthly policy meeting. A novelty this year is that the monthly policy meetings of Bank Indonesia will take two days instead of one. Another interesting novelty is that Bank Indonesia invited Indonesia's Chief Economics Minister Darmin Nasution to attend the central bank's first policy meeting of 2016. Analyst opinions about whether Bank Indonesia has room to cut its relatively tight monetary policy are mixed.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham & Rupiah Indonesia: Selling Besar-Besaran Terus Berlangsung

    Penjualan secara besar-besaran terus berlangsung di Asia pada Senin (11/01). Indeks-indeks saham di Asia - yang dipimpin oleh Shanghai Composite Index Republik Rakyat Tingkok (RRT) - jatuh parah. Inflasi RRT yang teredam pada bulan Desember, Shanghai Composite Index yang terjun 5,33% hari ini, turunnya harga minyak, dan jatuhnya saham di Wall Street akhir pekan lalu (saham Amerika Serikat mengalami minggu terburuknya dalam empat tahun terakhir), membuat investor mencari aset yang aman (safe haven) seperti emas, yen Jepang dan dollar AS. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun 1,78% menjadi 4.465,48 poin.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia: Cadangan Devisa Meningkat pada Bulan Desember 2015

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) mengumumkan bahwa cadangan devisa negara ini telah meningkat tajam pada bulan Desember 2015. Pada akhir bulan terakhir tahun 2015 aset devisa tercatat sebesar 105,9 dollar Amerika Serikat (AS), naik dari 100,2 miliar dollar AS di bulan sebelumnya. Ini adalah hasil yang luar biasa karena ekonomi global dan domestik masih terganggu oleh ketidakpastian dan arus modal yang volatil (pada bulan Desember Federal Reserve akhirnya menaikkan Fed Fund Rate utamanya sebesar 25 poin basis).

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Saham Asia di Zona Merah, Selloff Saham Global Besar-Besaran

    Saham dan mata uang di seluruh Asia berada di bawah tekanan berat pada hari Kamis (07/01) setelah bank sentral Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menetapkan kurs yuan 0,51% lebih rendah (di 6.564,6 per dollar Amerika Serikat). Akibatnya, saham RRT anjlok lebih dari 7% (memicu mekanisme circuit-breaking baru - untuk hari kedua di minggu ini - 30 menit setelah perdagangan dibuka hari ini). Saham Asia juga lemah dikarenakan kerugian besar di Eropa dan di Wall Street semalam. Pasar bereaksi terhadap harga minyak yang turun ke level terendah dalam lebih dari tujuh tahun terakhir menjadi 33,97 dollar Amerika Serikat (AS) per barel.

    Lanjut baca ›

  • Berlawanan dengan Tren Asia, Saham Indonesia & Rupiah Rebound

    Meskipun kebanyakan pasar saham di Asia masih di wilayah merah, melanjutkan penurunan pada hari Senin, saham Indonesia dan rupiah berhasil melambung pada Selasa (5/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,70% menjadi 4.557,82 poin. Sementara itu, rupiah Indonesia naik 0,37% menjadi Rp 13.892 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Apa yang terjadi pada perdagangan hari ini dan mengapa ada perbedaan antara aset Indonesia dan tren Asian secara umum?

    Lanjut baca ›

  • Mengapa Saham dan Rupiah Indonesia Melemah Hari Ini?

    Berlawan dengan harapan, saham Indonesia dan rupiah memiliki awal yang lemah di tahun yang baru. Pada hari Senin (4/1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,46% menjadi 4.525,92 poin, sementara rupiah terdepresiasi 0,82% menjadi Rp 13.943 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Kinerja saham Indonesia ini sejalan dengan kinerja saham di seluruh dunia. Perdagangan saham Republik Rakyat Tiongkok (RRT) bahkan dihentikan dua kali karena indeksnya merosot. Apa yang terjadi hari ini?

    Lanjut baca ›

  • Ekonomi Indonesia Tahun 2015: Kegagalan Mencapai Kebanyakan Target

    Kementerian Keuangan Indonesia mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu (3/1) yang menyatakan bahwa Indonesia gagal memenuhi sebagian besar target ekonomi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Alasan utama dari lemahnya kinerja adalah harga komoditi yang rendah, pertumbuhan ekonomi global yang lesu, perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan arus keluar modal yang dipicu oleh pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve Amerika Serikat (AS). Hanya realisasi inflasi dan hasil treasury yield yang sejalan dengan target pemerintah.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Apa Saham Unggulan pada tahun 2016?

    Meskipun tantangan tetap ada, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan naik pada tahun 2016, melebihi level 5.000 poin. Tahun lalu IHSG turun 12,13% menjadi ditutup pada 4.593,01 poin. Khususnya untuk sektor infrastruktur, perbankan, konsumsi, semen, properti dan konstruksi di Indonesia diprediksi akan memiliki kinerja yang baik tahun ini karena percepatan pertumbuhan ekonomi domestik yang didukung oleh pengeluaran pemerintah dan paket stimulus ekonomi baru-baru ini.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Kinerja IHSG pada Tahun 2015

    Hari perdagangan terakhir tahun 2015 di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah berlalu dan sekarang saatnya untuk melihat kembali kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah selama tahun 2015. Tahun 2015 merupakan tahun yang hektik, ditandai dengan volatilitas tinggi karena ketidakpastian tentang waktu kenaikan tingkat suku bunga AS (yang akhirnya diputuskan oleh Federal Reserve pada bulan Desember 2015) dan perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Rupiah

  • Stocks & Rupiah Update Indonesia: Stocks Rebound; Rupiah Weakens

    Amid mostly gaining stock markets in Southeast Asia on Tuesday (11/11), the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) rebounded sharply after several days of declines. Most Indonesian blue chip stocks rose considerably after having tumbled in recent days. Positive market sentiments were caused by Joko 'Jokowi' Widodo’s participation in the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) summit in Beijing as well as news that both camps in Indonesian parliament have agreed to work together.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Today: Performance of the Jakarta Composite Index

    Although we initially expected that the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) would be supported by the various macroeconomic data (inflation, trade balance, and manufacturing activity) that were released by Statistics Indonesia today, the opposite is what happened. The index went into red territory amid profit taking, although the bond market in fact strengthened and foreign investors recorded net buying at IDR 224 billion (USD $18.7 million).

    Lanjut baca ›

  • Aviation Industry Indonesia: Air Passenger Traffic Growth is Slowing

    The number of air passengers in Indonesia will most likely fail to meet its growth target in 2014. Based on government data, the number of air passengers in Southeast Asia’s largest economy reached 47.5 million in the first eight months of 2014, a 5.82 percentage point growth from the same period last year. However, the Indonesia National Air Carrier Association (INACA) initially targeted annual passenger growth in the range of 12-15 percent for 2014. Amid slowing economic growth, people’s purchasing power has declined.

    Lanjut baca ›

  • Market’s Lukewarm Reception of Joko Widodo’s ‘Kabinet Kerja Indonesia’

    The market showed today (27/10) that the composition of Indonesian President Joko Widodo’s cabinet did not live up to expectations. On Sunday afternoon, Widodo had announced the names of the ministers inside his Working Cabinet (Kabinet Kerja) after having delayed the announcement for almost a week as several of his ministerial candidates needed to be replaced having been red flagged by the country’s Corruption Eradication Commission (KPK). This then heightened expectations that Widodo’s cabinet would constitute a ‘dream team’.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah Strengthen on Politics and Fuel Price Hike

    Indonesian stocks and the rupiah have rebounded on Friday due to several internal and external factors. During the first trading session on Friday (17/10), the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, or IHSG) surged 0.94 percent to 4,998.14 points. Meanwhile, based on the Bloomberg Dollar Index, the Indonesian rupiah exchange rate had appreciated 0.26 percent to IDR 12,228 per US dollar by 12:30 pm local Jakarta time. Why do Indonesian stocks and the rupiah perform well on Friday?

    Lanjut baca ›

  • Concerns about the Global Economy also Hurt Indonesian Stocks

    In line with global stock indices, the benchmark index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) declined on Thursday’s trading day. Falling indices on Wall Street were a major concern to global investors as weak corporate and economic data may indicate that the economic recovery of the USA is not as structural as previously assumed. The NY empire state manufacturing index, US retail sales, US chain store sales, and US business inventories all weakened and ‘infected’ Asian stock indices, including the IHSG.

    Lanjut baca ›

  • Contrary to Global Trend Indonesian Stocks and Rupiah Strengthen

    Despite the fact that foreign investors continued to record net selling (IDR 216.9 billion) and despite mostly declining stock indices in Southeast Asia, the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) rose 0.19 percent to 4,922.59 points on Tuesday’s trading day (14/10). The IHSG was particularly supported by rising consumer and manufacturing stocks. Indonesian stocks were also supported by the appreciating rupiah exchange rate.

    Lanjut baca ›

  • Finance Minister Chatib Basri on Indonesia’s Economic Fundamentals

    Indonesian Finance Minister Chatib Basri said that the lower pace of economic growth in China, the world’s second-largest economy, is a major concern for Indonesia as it leads to declining demand for commodities (and thus places downward pressure on commodity prices). As Indonesia is a major commodity exporter - such as coal, crude palm oil, nickel ore and tin - the country feels the impact of weak global demand for commodities. About 60 percent of Indonesia’s exports are commodities, mostly raw ones.

    Lanjut baca ›

  • Stock Market Update Indonesia: Down 1.01% on Global Concerns

    Indonesian stocks tumbled at the first trading day of the week as investors are still concerned about the condition of the global economy. Declining stock indices on Wall Street at the end of last week had a negative impact on Asian stock indices, including Indonesia’s benchmark stock index (known as the Jakarta Composite Index, or abbreviated IHSG). The IHSG fell 1.01 percent to 4,913.05, its lowest level since 4 July 2014, on Monday (13/10). Foreign investors recorded net selling of IDR 595 billion (USD $49.6 million).

    Lanjut baca ›

  • How Did Indonesian Stocks & Rupiah Perform in the Past Week?

    In line with the volatile performance of global stocks, led by indices on Wall Street, the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, or abbreviated IHSG) showed a volatile performance over the past week. US stocks mostly declined - except for the sharp rebound on Wednesday after Federal Reserve minutes signalled no higher US interest rates anytime soon - on concerns about the global economy (particularly the Eurozone), looming higher US interest rates, and the appreciating US dollar (hurting US exports).

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Rupiah