Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Rupiah

  • Prospek Pertumbuhan Industri Makanan & Minuman Indonesia Direvisi Menurun

    Omset di industri makanan dan minuman olahan diprediksi akan bertumbuh 4-5% pada basis year-on-year (y/y) pada kuartal pertama di 2015 dari periode yang sama di tahun lalu. Adhi Lukman, Ketua Umum dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), mengatakan bahwa faktor-faktor yang telah menghambat industri ini adalah penurunan subsidi bahan bakar, ekspor yang lambat, ketergantungan industri ini pada impor bahan mentah, melemahnya daya beli masyarakat karena rendahnya harga-harga komoditi, dan nilai tukar rupiah yang lemah.

    Lanjut baca ›

  • Penurunan Drastis Rupiah Indonesia: Jatuh ke Rp 13,200 per Dollar AS

    Di Indonesia, lampu sorot tetap tajam terfokus pada pelemahan drastis rupiah. Karena semakin berkembangnya spekulasi bahwa US Federal Reserve akan segera menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, aset-aset pasar berkembang (baik mata uang maupun saham) cenderung melemah. Walau sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah lebih rentan karena Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan yang besar. Hal ini menginformasikan kepada para investor bahwa negara ini bergantung pada capital inflows dari negara-negara asing.

    Lanjut baca ›

  • Update Saham & Rupiah Indonesia: Penguatan USD Melanda Pasar

    Saham-saham Indonesia dan nilai tukar rupiah kena dampak negatif dari penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (09/03) setelah rilisnya US payrolls yang lebih kuat dari prediksi sebelumnya dan karenanya memperkuat dugaan bahwa US Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pinjaman acuannya pada bulan Juni. Terlebih lagi, pada minggu lalu, Gubernur bank sentral AS Janet Yellen telah memberikan sinyal kepada Konggres AS bahwa bank sentral AS mungkin akan mengurangi 'patient stance'. IHSG jatuh 1,25% ke 5.445,84 poin pada sesi perdagangan pertama di hari Senin (09/03).

    Lanjut baca ›

  • Newsletter Indonesia Investments Diterbitkan 8 Maret 2015

    Pada 8 Maret 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi terbaru dari newsletter-nya. Newsletter gratis ini, dikirimkan kepada para pelanggan kami satu kali setiap minggunya, berisi berita-berita paling penting dari Indonesia yang telah dilaporkan di website kami selama tujuh hari terakhir. Kebanyakan topik bekaitan dengan isu-isu ekonomi seperti analisis performa rupiah, update inflasi terakhir, kesederajatan gender di Indonesia, dampak pertumbuhan kredit yang melambat pada prospek resiko di sektor perbankan Indonesia, dan banyak lagi.

    Lanjut baca ›

  • Analisis Rupiah dan Saham Indonesia: Volatilitas Pasar yang Tinggi

    Pemerintah Indonesia meneruskan perjuangan mereka untuk meringankan kekuatiran masyarakat tentang dampak dari rupiah yang lemah pada perekonomian Indonesia. Bahkan, Pemerintah menekankan bahwa rupiah yang lemah akan berdampak positif pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan karena produk-produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif. Selama satu minggu ini, rupiah melemah 1% terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sejak awal 2015, rupiah telah jatuh 4,4% terhadap dollar AS, karenanya menjadi salah satu mata uang di negara-negara berkembang Asia dengan performa terburuk di tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Update Rupiah: Pemerintah Indonesia Mengatakan ‘Tidak Perlu Kuatir’

    Ketika nilai tukar rupiah jatuh di bawah batasan yang menguatirkan yaitu Rp 13,000 per dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (05/03), baik Menteri Keuangan Indonesia Bambang Brodjonegoro dan Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa tidak perlu panik karena performa rupiah terhadap dollar AS masih sejalan dengan performa mata uang-mata uang lain terhadap dollar AS. Berdasarkan pada Bloomberg Dollar Index, nilai rupiah telah melemah 0,28% menjadi Rp 13,028 pada pukul 13:35 Waktu Indonesia Barat (WIB).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah Update: Flat Performance on Tuesday

    While most Southeast Asian stock markets and emerging Asian currencies strengthened on Tuesday (03/03) on the back of a rebounding yen and - contrary to expectation - the decision of the Reserve Bank of Australia (RBA) to leave its cash rate a record low of 2.25 percent, Indonesian stocks and the rupiah performed rather flat. The benchmark Jakarta Composite Index fell 0.06 percent to 5,474.62 points, while the Indonesian rupiah rate appreciated 0.01 percent to IDR 12,969 according to the Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Dipengaruhi Pemotongan Suku Bunga Bank Sentral Cina

    Nilai tukar rupiah - sejalan dengan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang lain di Asia - mengalami dampak negatif akibat pemotongan suku bunga di Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Menurut Bloomberg Dollar Index, nilai rupiah menurun 0,40% menjadi Rp 12,984 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11:10 WIB pada hari Senin (02/03), sangat mendekati batasan yang menguatirkan yaitu Rp 13,000 per dollar AS. Pada hari Sabtu yang lalu (28/02), bank sentral RRT mengumumkan pemotongan suku bunga deposito (1 tahun) dan suku bunga pinjaman (1 tahun) sebanyak 25 point menjadi masing-masing 2,5% dan 3,5%.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Ok dengan Rupiah Lemah Demi Memperbaiki Transaksi Berjalan

    Nilai tukar rupiah melemah 0,79% menjadi Rp 12.932 per dollar Amerika Serikat (AS) menurut Bloomberg Dollar Index pada hari Jumat (27/02), level terendah sejak akhir 2008, setelah bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) menyatakan tidak berencana melakukan terlalu banyak intervensi untuk mendukung rupiah. Bank Indonesia (BI) menyatakan tidak memiliki level target untuk rupiah dan tidak akan melawan pasar. Statemen ini merupakan sinyal-sinyal bahwa BI nyaman dengan rupiah yang lemah demi memperbaiki neraca transaksi berjalan.

    Lanjut baca ›

  • What Impacts on the Indonesian Rupiah Today? Fed, China, Greece & Inflation

    After Federal Reserve Chairwoman Janet Yellen indicated that the US central bank will be patient in raising the interest rate environment in the world’s largest economy, Indonesian assets gained on Wednesday (25/02). Both the benchmark Jakarta Composite Index and rupiah exchange rate strengthened 0.51 percent yesterday. Apart from increased speculation that the Fed will not raise interest rates before summer, expectation that Greece will avoid a disastrous default brought more positive market sentiments.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Rupiah

  • Amid Global Concerns Indonesia’s Rupiah & Stocks Weaken

    Both the Indonesian rupiah exchange rate and stocks continued to fall on Tuesday (06/01) as global conditions remained unconducive. Indices on Wall Street had declined sharply yesterday as the global oil prices fell below USD $50 per barrel fueling concerns about a weaker global economy. Similarly, most Asian stock indices declined as Japan's yen appreciated and energy stocks were sold by investors. Indonesia’s benchmark Jakarta Composite Index fell 0.98 percent to 5,169.06 points.

    Lanjut baca ›

  • Analysis Global Market Volatility: Impact on Indonesia’s Rupiah

    Indonesia’s rupiah exchange rate and stocks opened stable on Wednesday (17/12) after two days marked by severe pressures on emerging market assets. By 11:30 am local Jakarta time, Indonesia’s rupiah was down 0.09 percent to IDR 12,736 per US dollar (according to the Bloomberg Dollar Index), while Indonesian stocks were up 0.41 percent by the same time. Yesterday, the rupiah nearly touched IDR 13,000 per US dollar (its lowest level since the Asian Financial Crisis in 1997-1998), before the central bank decided to support the currency.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s Rupiah at 6-Year Low; Expected to Weaken until Mid-2015

    Amid weakening emerging Asian currencies, Indonesia’s rupiah exchange rate touched a six-year low on Friday (12/12) after US consumer spending rose in November while US jobless claims fell (signalling a strong recovery in the world’s largest economy). Based on the Bloomberg Dollar Index, the rupiah depreciated 0.95 percent to IDR 12,467 per US dollar on Friday. Besides the impact of the US dollar’s bullish momentum, the rupiah also weakened on year-end US dollar demand from local companies for debt payments.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Rebounds from Six-Year Low

    Contrary to the previous trading day, most emerging Asian currencies strengthened against the US dollar on Tuesday (09/12) supported by the yen’s advance as falling oil prices dented risk appetite. Based on the Bloomberg Dollar Index, Indonesia’s rupiah appreciated 0.47 percent to IDR 12,331 per US dollar today. Despite local firms’ increased US dollar demand to settle debt before the year-end, market participants were happy to learn that Indonesia’s central bank is active in the foreign exchange market to guard the currency.

    Lanjut baca ›

  • Stock Market & Rupiah Update Indonesia: Bad Start of the Week

    Despite positive stock indices in the USA and Europe at the end of last week as well as mostly positive indices in Asia today (08/12), the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) fell due to investors’ appetite for profit taking. Several matters made investors decide to sell their Indonesia shares, including the World Bank’s downward revision of Indonesia’s economic growth in 2015, Japan’s recession, weakening Chinese exports, and the sharply depreciating rupiah exchange rate.

    Lanjut baca ›

  • Currency of Indonesia Update: Rupiah Exchange Rate Strengthens Slightly

    The Indonesia rupiah exchange rate appreciated slightly on Tuesday (02/12). By 12:50 pm local Jakarta time, the currency had appreciated 0.03 percent to 12,277 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index. Yesterday, Indonesia’s currency had depreciated to the lowest level since January 2014 after official government data showed that inflation had accelerated sharply, while exports contracted more than expected, implying that the country’s wide current account deficit remains troublesome.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate: Depreciating against the US Dollar

    In line with most other Asian emerging currencies, Indonesia’s rupiah exchange rate depreciated on Friday (28/11). Market players continue to buy US dollars amid falling oil prices. Japan’s yen even fell to a seven-year low against the US dollar after government data showed that household spending declined four percent (y/y) and inflation slowed in the world’s third-largest economy. Based on the Bloomberg Dollar Index, the rupiah had depreciated 0.22 percent to IDR 12,204 per US dollar by 15:35 pm local Jakarta time.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Exchange Rate Update: Bank Indonesia Active in Market?

    The Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.09 percent to IDR 12,164 per US dollar on Tuesday (25/11) according to the Bloomberg Dollar Index. The performance is caused by local companies’ month-end US dollar demand as well as US dollar buying by Indonesia’s central bank. Although unconfirmed, it is speculated that the central bank is boosting its foreign exchange reserves ahead of a looming external shock triggered by higher US interest rates in the second or third quarter of 2015.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Update Indonesia: Stocks Rebound; Rupiah Weakens

    Amid mostly gaining stock markets in Southeast Asia on Tuesday (11/11), the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) rebounded sharply after several days of declines. Most Indonesian blue chip stocks rose considerably after having tumbled in recent days. Positive market sentiments were caused by Joko 'Jokowi' Widodo’s participation in the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) summit in Beijing as well as news that both camps in Indonesian parliament have agreed to work together.

    Lanjut baca ›

  • Stocks & Rupiah Today: Performance of the Jakarta Composite Index

    Although we initially expected that the benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index, abbreviated IHSG) would be supported by the various macroeconomic data (inflation, trade balance, and manufacturing activity) that were released by Statistics Indonesia today, the opposite is what happened. The index went into red territory amid profit taking, although the bond market in fact strengthened and foreign investors recorded net buying at IDR 224 billion (USD $18.7 million).

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Rupiah