Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Inflation

  • Penjualan Mobil di Indonesia Juni 2015: Lebih Tinggi, namun Lebih Rendah Juga

    Sejalan dengan perkiraan dan tren sejarah, penjualan mobil di Indonesia naik - dalam basis bulanan - di Juni 2015 menjelang perayaan Idul Fitri (yang menandai akhir bulan puasa umat Muslim). Penjualan mobil di Indonesia biasanya naik menjelang Idul Fitri, sebuah tradisi yang melibatkan perpindahan sementara jutaan orang Indonesia dari kota-kota ke daerah asal mereka. Sebelum perjalanan ke tempat asal, sebagian dari para pemudik ini membeli mobil baru, keputusan yang sering dipengaruhi oleh kampanye promosi dan program diskon.

    Lanjut baca ›

  • Perekonomian Indonesia: Revisi Pertumbuhan PDB, Kredit & Rupiah

    Pemerintah Indonesia merevisi target pertumbuhan perekonomian 2015. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan pada hari Jumat (03/07) bahwa target Pemerintah yang sebelumnya 5,8% pada basis year-on-year (y/y) terlalu tinggi dan tidak realistis mengingat konteks perekonomian internasional dan domestik yang tidak kondusif. Pemerintah merevisi turun target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2015 menjadi 5,2% (y/y). Djalil mengatakan bahwa perekonomian global diproyeksi untuk bertumbuh 2,9% (y/y) di 2015 dari perkiraan awal 3,5% (y/y).

    Lanjut baca ›

  • Keyakinan Konsumen Indonesia Jatuh: Lebih Sedikit Belanja Ramadan & Idul Fitri

    Survei terakhir Bank Indonesia menunjukkan bahwa keyakinan konsumen di Indonesia jatuh pada bulan Juni karena kekuatiran mengenai menurunnya ketersediaan lapangan pekerjaan serta penurunan pendapatan dan aktivitas bisnis. Bulan Juni, Indeks Keyakinan Konsumen bank sentral jatuh 1,5 poin menjadi 111,3. Sejauh ini di tahun ini, keyakinan konsumen Indonesia hanya naik di bulan Mei. Di bulan lainnya, indeks ini jatuh. Indeks ini dibuat berdasarkan pada sampel di 4.600 rumah tangga di 18 kota besar di Indonesia (skor 100 membatasi optimisme dari pesimisme).

    Lanjut baca ›

  • Aktivitas Manufaktur Indonesia Melambat untuk 9 Bulan Berturut-turut pada Juni

    Aktivitas manufaktur Indonesia terus berkontraksi. Pada bulan Juni, untuk bulan ke-9 secara berturut-turut sektor manufaktur Indonesia berkontraksi. Purchasing manager index (PMI) dari Nikkei/Markit sedikit naik menjadi 47,8 di bulan Juni 2015 dari 47,1 di bulan Mei, mengimplikasikan bahwa sektor ini berkontraksi dalam kecepatan lebih lambat tapi tetap di bawah level 50 yang membedakan kontraksi dari ekspansi. Kontraksi berlanjut karena penurunan secara terus menerus dalam pemesanan baru dan produksi.

    Lanjut baca ›

  • Update Inflasi Indonesia Bulan Juni: Indeks Harga Konsumen Naik 0.54%

    Inflasi Indonesia berakselerasi menjadi 7,26% pada basis year-on-year (y/y) di Juni 2015 karena harga bahan pangan yang lebih tinggi yang dipicu oleh awal bulan Ramadan (bulan puasa yang suci bagi umat Islam). Perayaan musiman Ramadan dan dilanjutkan oleh Idul Fitri selalu menyebabkan tekanan inflasi di Indonesia karena konsumen meningkatkan belanja mereka. Meskipun daya beli masyarakat Indonesia telah menurun di beberapa bulan terakhir, direfleksikan dengan melambatnya penjualan mobil dan sepeda motor, barang-barang konsumen yang lebih murah seperti makanan, pakaian, sepatu dan tas saat ini sedang banyak terjual.

    Lanjut baca ›

  • Eric Sugandi: Rupiah Indonesia Mungkin Akan Sentuh Rp 13.900 per Dollar AS

    Eric Sugandi, Chief Economist dari Standard Chartered Bank, memprediksi bahwa rupiah akan melemah menjadi Rp 13.900 per dollar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini dari Rp 13.339 pada hari ini (29/06) karena dampak dari momentum bullish dollar AS menjelang pengetatan moneter di AS dan ancaman keluarnya Yunani dari zona euro. Sebenarnya, ini adalah prognosa konservatif. Apabila bank sentral Indonesia tidak meningkatkan suku bunga acuannya (BI rate), sekarang pada 7,50%, tekanan terhadap rupiah mungkin akan meningkat nyata secara lebih lanjut.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Tak Ubah BI Rate pada 7,50% di Pertemuan Kebijakan Juni

    Sejalan dengan prediksi pasar, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) tidak mengubah suku bunga acuannya (BI rate) yang tetap pada 7,50% di hari Kamis (18/06). Bank Indonesia tetap berkomitmen pada posisi moneternya yang relatif ketat dalam usaha melawa percepatan inflasi, membatasi defisit transaksi berjalan Indonesia yang lebar, dan mendukung rupiah yang sedang melemah. Bank sentral juga menetapkan tingkat fasilitas simpanan bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga lending facility masing-masing pada 5,50% dan 8,00%.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Diprediksi Tidak Akan Mengubah Tingkat Suku Bunga Pinjaman

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) diprediksi tidak akan mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan Dewan Gubernur yang akan dilaksanakan hari Kamis. Pada saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berada pada 7,50%, fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) pada 5,50%, dan suku bunga lending facility pada 8,00%. Bank sentral tampaknya berkomitmen pada tingkat suku bunga yang relatif tinggi ini karena inflasi Indonesia telah naik menjadi 7,15% pada basis year-on-year (y/y) di bulan Mei, sementara rupiah menyentuh level terendah selama 17 tahun terakhir pada 9 Juni 2015.

    Lanjut baca ›

  • Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Jatuh di Bawah 5% di 2015?

    Beberapa institusi internasional merevisi turun proyeksi mereka untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia di 2015 karena investor asing telah kecewa dengan performa pemerintah Indonesia yang baru, sementara gambaran perekonomian global tetap jauh dari membaik. Goldman Sachs, JPMorgan Chase, Credit Suisse dan Nomura Holdings semuanya memotong proyeksi pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun ini menjadi di bawah batasan 5% (year-on-year). Tahun lalu pertumbuhan perekonomian Indonesia menyentuh titik terendah selama lima tahun terakhir yaitu 5,02% di basis year-on-year (y/y).

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s May Car Sales Decline 18% on Weak Consumer Demand

    Car sales in Indonesia have declined 17 percent to 443,328 units in the first five months of 2015 according to the latest data from the Indonesian Automotive Manufacturers Association (Gaikindo), hence providing further confirmation that consumer demand has continued to fall amid the country’s slowing economic growth, depreciating rupiah and accelerating inflation. Car sales are one of the key indicators to measure people’s purchasing power as well as the general state of the economy.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Inflation

  • Indonesia's Foreign Exchange Reserves Fall, Current Account Deficit Grows

    The foreign exchange reserves of Indonesia keep on falling from its historical peak of USD $124.64 billion in August 2011 to USD $92.67 billion at the end of July 2013. This development seems to highlight long-standing weaknesses in Indonesia's sovereign's external finances, as credit agency Fitch Ratings detected on several occasions before. The republic of Indonesia is currently characterized by four deficits, to wit a current account deficit, a balance of payments deficit, a trade balance deficit and a fiscal deficit.

    Lanjut baca ›

  • Slowing Growth in Indonesian Cement Sales Continues in Semester II

    Cement sales in Indonesia grew by seven percent to 32.9 million tons in the period January to July 2013. This pace of growth is significantly lower compared to the double-digit cement growth rate last year and thus forms another sign of cooling economic growth in Southeast Asia's largest economy (cement sales are a good indicator to measure the state of economic growth of a country). A slowdown in domestic cement sales is likely to continue in the second half of 2013, partly due to a decline in infrastructure projects.

    Lanjut baca ›

  • Despite Higher Idul Fitri Consumption, Indonesia May Not Reach GDP Target

    Although the holy fasting month of Ramadan and subsequent Idul Fitri celebrations always provide a boost for national economic growth in Indonesia as domestic consumption tends to peak, analysts believe that it will not contribute significantly to the government's 6.3 percent GDP growth target this year. During Ramadan and Idul Fitri (known as Lebaran), Indonesian consumers generally spend more on food products, clothes, shoes, tickets for transport and hotels than in other months, and thus lead to increased economic activity.

    Lanjut baca ›

  • Possible End to Quantitative Easing Will Impact on Emerging Economies

    Worldwide, most stock indices fell on Wednesday (07/08), particularly Japan's Nikkei index, after it has been speculated that the Federal Reserve may phase out the third round of its quantitative easing program in September 2013. This program, involving a monthly USD $85 billion bond-buying package, aims to spur US economic growth while keeping interest rates low. However, one important side effect has been rising stock markets around the globe. Now the end of QE3 is in sight, investors shy away from riskier assets.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia's Inflation Rate Accelerates to 3.29% in July 2013

    Indonesia’s inflation rate in July 2013 was significantly higher than analysts had previously estimated. The country’s July inflation figure accelerated to 3.29 percent. On year-on-year basis, it now stands at 8.61 percent, the highest inflation rate since many years. Particularly food commodity and transportation prices rose steeply. The main reason for Indonesia's high inflation is the reduction in fuel subsidies. In late June, the government increased the prices of subsidized fuels in order to relieve the ballooning budget deficit.

    Lanjut baca ›

  • Despite High July Inflation and Trade Deficit, Indonesia's IHSG Slightly up

    As I stated before, mixed sentiments continue to influence the performance of Indonesia's main stock index (IHSG). During Thursday's trading day (01/08), the index moved sideways. News that the Federal Reserve intends to continue its bond-buying program made a good impact. However, this positive sentiment was offset by the release of Indonesia's high July inflation rate as well as the country's continued trade deficit. At the end of the day, the IHSG managed to post a gain as it received support from rising stock indices in Asia.

    Lanjut baca ›

  • Menghadapi Inflasi Tinggi: Pasar Saham Indonesia di bawah Tekanan

    IHSG akhir pekan lalu kembali ditutup terkoreksi 0,3% atau 15 poin di 4658,874. Nilai transaksi di Pasar Reguler kembali menipis hanya Rp.3 triliun dibandingkan rata-rata harian pekan lalu yang mencapai Rp.3,84 triliun. Asing masih mencatatkan nilai penjualan bersih Rp.92,9 miliar. Minimnya insentif positif, rilis laba emiten yang dibawah perkiraan sebelumnya, dan pelemahan rupiah atas dolar AS telah menjadi pemicu penurunan indeks. Dilihat sepekan IHSG terkoreksi 1,39% dan rupiah melemah 1,94% di Rp.10265/US dolar. 

    Lanjut baca ›

  • Investment Realization in Indonesia USD $19.8 billion in Semester I-2013

    Investment realization in Indonesia grew 30.2 percent to IDR 192.8 trillion (USD $19.8 billion) in the first six months of 2013 (compared to the same period last year). This result implies that 49.4 percent of the investment target for full 2013 has been achieved. The Indonesia Investment Coordinating Board (BKPM) aims to collect IDR 390.3 trillion in investments this year. This target is divided in domestic direct investment (DDI) of IDR 117.7 trillion and foreign direct investment (FDI) of IDR 272.6 trillion.

    Lanjut baca ›

  • Market Waits for Indonesia's Inflation Data and Financial Company Reports

    Indonesia's main stock index (IHSG) increased 3.98 points to close at 4,724.41 on the last trading day (19/07). During last week, the index rose a limited 1.97 percent amid the context of a weakening IDR rupiah (Indonesia's currency even fell below the psychological boundary of IDR 10,000 against the US dollar). The IHSG's performance last week was mainly supported by rising shares in the country's finance, property, construction and metal mining sectors, while the cement and plantation sectors were corrected.

    Lanjut baca ›

  • Weakening Rupiah due to Indonesia's Fundamentals and Profit Taking

    The Indonesian rupiah (IDR) is experiencing one of its worst losing streaks in a decade. On Friday (19/07), the currency weakened to IDR 10,070 against the US dollar, which implies a devaluation of 4.14% in 2013 so far. The central bank of Indonesia, Bank Indonesia, does all it can to support the currency: the country's lender of last resort supplies dollars to the market triggering the reduction of foreign reserves from USD $105 million at end-May to $98 million at end-June, and raised its benchmark interest rate (BI Rate) by 50 bps to 6.50%.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag