Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Rupiah

  • Update Harga Konsumen Indonesia: Deflasi di September, Inflasi Tahunan Menurun

    Indonesia mengalami deflasi, dengan harga konsumen turun 0,05% (month-on-month), pada September 2015 karena menurunnya harga makanan dan transportasi. Contoh dari penurunan harga makanan termasuk harga daging ayam, telur, cabai, bawang dan minyak untuk memasak. Biaya transportasi yang lebih rendah terutama disebabkan karena menurunnya biaya transportasi udara yang berkontribusi kepada deflasi. Pada basis tahunan, inflasi Indonesia menurun 6,83% di bulan September, turun dari 7,18 pada basis year-on-year (y/y) di bulan sebelumnya, dan di bawah perkiraan para analis pada 7,0 (y/y).

    Lanjut baca ›

  • Paket Kebijakan Bank Indonesia untuk Mengamankan Stabilitas Rupiah & Memperkuat Manajemen

    Setelah Pemerintah Indonesia mengumumkan paket kebijakan ekonomi yang kedua pada hari Selasa (29/09), bank sentral (Bank Indonesia) mengikuti dengan mengeluarkan paket stabilisasi nilai tukar rupiah pada hari Rabu (30/09). Paket Bank Indonesia ini memiliki tiga pilar utama: (1) mengamankan stabilitas nilai tukar rupiah, (2) memperkuat manajemen likuiditas rupiah, dan (3) memperkuat manajemen penawaran dan permintaan mata uang asing.

    Lanjut baca ›

  • Update Saham & Rupiah Indonesia: Mengakhiri Kuartal yang Lemah dengan Angka Lebih Tinggi

    Kebanyakan indeks saham Asia menguat pada hari Rabu, dipimpin oleh Indeks Nikkei 225 di Jepang yang naik 2,70% karena prediksi akan adanya tindakan-tindakan stimulus dari Pemerintah. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,09% menjadi 4.223,91 poin karena didukung oleh indeks-indeks saham yang naik di wilayah ini. Sementara itu, rupiah menguat 0,26% menjadi Rp 14.653 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index).

    Lanjut baca ›

  • Perjalanan ‘Roller Coaster’ Saham & Rupiah Indonesia. Apa yang Terjadi Hari Ini?

    Saham-saham Indonesia mengalami sebuah perjalanan ‘roller coaster’ pada hari Selasa (29/09). Setelah waktu pembukaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh lebih dari 2% mendekati level terendah selama tiga tahun terakhir. Kendati begitu, indeks ini berhasil ditutup pada 4.178,41 poin dalam perdagangan hari ini, naik 1,41%. Sementara itu, rupiah berhasil memotong kerugiannya. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah melewati batas Rp 14.800 per dollar Amerika Serikat (AS) beberapa kali namun pada akhir hari hanya melemah 0,11% menjadi Rp 14.691 per dollar AS.

    Lanjut baca ›

  • Pertamina Mendukung Rupiah dengan Memotong Pembelian Langsung Forex di Pasar

    Dalam rangka mendukung rupiah yang sedang lemah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina akan memotong pembelian langsung foreign exchange (forex) di pasar sebanyak sekitar 50%. Pertamina bersama dengan BUMN Perusahaan Listrik Negara (PLN) berkontribusi sekitar setengah dari transaksi sehari forex karena perusahaan-perusahaan ini membutuhkan dollar Amerika Serikat (AS) untuk pembelian bahan bakar dan pembayaran hutang luar negeri.

    Lanjut baca ›

  • Selloff Besar di Pasar Saham: Rupiah dan Saham Indonesia Jatuh

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih dari 2%, menyentuh level terendah selama tiga tahun terakhir, sementara rupiah melemah melewati batas level Rp 14.800 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index) pada pukul 09:00 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada hari Selasa (29/09) karena penjualan saham besar-besaran terus berlanjut. Para investor kuatir mengenai kondisi ekonomi di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan dunia serta rendahnya harga-harga komoditi, sambil mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate.

    Lanjut baca ›

  • Update Pasar Indonesia: Indeks Harga Saham Gabungan Jatuh, Rupiah Menguat

    Indeks-indeks saham di Asia menunjukkan hasil yang bercampur antara baik dan buruk di hari perdagangan pertama minggu ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 2,11% menjadi 4.120,50 poin (terendah dalam dua tahun terakhir), sementara rupiah (secara tidak terduga) menguat 0,13% menjadi Rp 14.674 per dollar Amerika Serikat (AS) menurut Bloomberg Dollar Index. Sementara itu, pasar-pasar Eropa turun setelah dibuka pada hari Senin (28/09). Apa yang mempengaruhi pasar hari ini?

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Berencana Memotong Pajak Untuk Mengurangi Volatilitas Rupiah & Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi

    Indonesia berencana untuk memotong pajak yang dikenakan pada para eksportir lokal dalam rangka mendongkrak jumlah cadangan devisa, sambil mendukung rupiah, sebagai bagian dari paket kebijakan yang kedua. Rupiah Indonesia telah melemah 18,1% sejak awal 2015 karena ancaman kenaikan suku bunga AS, rendahnya harga-harga komoditi, dan devaluasi yuan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pemerintah kini berencana untuk memotong pajak penghasilan atas bunga yang didapat para eksportir karena menabung pendapatan usaha ekspor mereka di bank-bank lokal. Saat ini, pajak penghasilan terhadap bunga bank (dari rekening-rekening tabungan) mencapai 20%.

    Lanjut baca ›

  • Pelemahan Saham & Rupiah Indonesia karena Data Cina dan Amerika Serikat

    Setelah dibuka pada hari Senin (28/09), saham Indonesia jatuh dengan cepat di tengah pasar-pasar Asia yang performanya mixed. Faktor utama yang menyebabkan beberapa pasar Asia jatuh adalah menurunnya keuntungan industri di Cina (memicu kekuatiran mengenai semakin melambatnya negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia). Keuntungan industri Cina jatuh 8,8% di bulan Agustus, memburuk dari penurunan 2,9% di bulan Juli. Pada pukul 09:50 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,41% menjadi 4.150,27 poin.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Set to Announce Policy Package to Support Rupiah

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) is set to announce the second installment of a policy package that aims at raising onshore US dollar supplies (and liquidity). As the rupiah has been the second worst-performing Asian emerging market currency (after Malaysia’s ringgit), having depreciated 18.1 percent against the US dollar so far in 2015, Indonesian policymakers are anxious to prop up the ailing currency in order to safeguard the country’s financial stability. Bank Indonesia's benchmark rupiah rate (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, abbreviated JISDOR) stood at IDR 14,690 per US dollar on Friday (25/09), a 17-year low.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Rupiah

  • Official Press Release Bank Indonesia: BI Rate Maintained at 7.50%

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) decided at today’s Bank Indonesia Board of Governors’ Meeting, convened on 8 May 2014, to maintain the country's benchmark interest rate (BI rate) at 7.50 percent, with the Lending Facility rate and Deposit Facility rate held at 7.50 percent and 5.75 percent respectively. This policy is consistent with efforts to steer the rate of inflation towards its target corridor of 4.5±1 percent in 2014 and 4.0±1 percent in 2015, as well as to reduce the current account deficit to a more sustainable level.

    Lanjut baca ›

  • Jakarta Composite Index Climbs 0.57%; Indonesian Rupiah Down 0.51%

    Jakarta Composite Index Climbs 0.57%; Indonesian Rupiah Down 0.51%

    Completely opposite to our expectations, the benchmark stock index of Indonesia (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) managed to climb 0.57 percent to 4,862.02 points on Wednesday (07/05). The gain was unexpected as there were no clear factors that could provide positive market sentiments. Moreover, today's Asian stock indices were mostly down. Coincidence or not, tomorrow Bank Indonesia will announce whether its benchmark interest rate (BI rate) - currently set at 7.50 percent - will be changed or maintained.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia's Transition Year of 2015; Slowing GDP Growth & State Spending

    Indonesian Finance Minister Chatib Basri said that the country's economic growth in 2015 is targeted in the range of 5.5 to 6.3 percent. Amid further Federal Reserve tapering and possible interest rate hikes in the world's largest economy, chances of capital outflows from emerging markets (including Indonesia) are becoming larger. Basri said that these global conditions impact on GDP growth, the Indonesian rupiah exchange rate and inflation. Therefore, 2015 is a transition year, reflected by tighter economic projections and state spending.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Update: Appreciating on Economic Data

    At the end of Friday’s trading day (02/05), the Indonesian rupiah exchange rate appreciated 0.32 percent to IDR 11,525 per US dollar based on the Bloomberg Dollar Index. The rupiah performed better than most of its regional emerging peers as inflation and trade data, which were released today by Statistics Indonesia, provided positive market sentiments. Indonesian inflation eased to 7.25 percent (year-on-year) in April 2014, from 7.32 percent a month earlier. Meanwhile, the country posted a trade surplus of USD $673 million in March 2014.

    Lanjut baca ›

  • Manufacturing in Indonesia (HSBC PMI) Accelerates in April 2014

    Indonesia’s HSBC Markit Purchasing Manager’s Index (PMI) showed a reading of 51.1 in April 2014, significantly up from 50.1 in the previous month, meaning that manufacturing activity in Indonesia has grown (a reading above 50.0 indicates expansion, while a reading below 50.0 indicates contraction). In fact, amid improved economic conditions as well as strong demand, manufacturing activity in Southeast Asia’s largest economy expanded at the fastest pace in 11 months.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah and Stocks Down on Global and Domestic Concerns

    On the first trading day of the week (Monday 28 April 2014), the Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.19 percent to IDR 11,587 per US dollar based on the Bloomberg Dollar Index. Several factors - both internal and external - influenced the rupiah as well as Indonesian stocks in a negative way. The benchmark stock index of Indonesia (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) declined a whopping 1.61 percent to 4,818.76 points, in line with the regional trend in Asia today.

    Lanjut baca ›

  • Both Indonesian Rupiah Rate and Jakarta Composite Index Slightly Up

    The Indonesian rupiah exchange rate ended the week with a 0.32 percent gain to IDR 11,565 per US dollar on Friday (25/04) based on the Bloomberg Dollar Index. Despite still high local demand for US dollars ahead of the month-end (for reasons of profit repatriation, imports and debt repayments), the rupiah managed to appreciate as (foreign and domestic) investments in Indonesia were reported to have reached a new record at IDR 106.6 trillion (USD $9.4 billion) in the first quarter of 2014.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Down on Current Account Troubles

    Due to a lack of positive domestic and external sentiments, the Indonesian rupiah exchange rate has depreciated to a six-week low against the US dollar. Based on the Bloomberg Dollar Index, Indonesia's currency declined 0.66 percent to IDR 11,521 per US dollar by 16:22 local Jakarta time. In fact, several negative domestic sentiments are the reason behind the current depreciation. Firstly, revived concerns about Indonesia's current account deficit and, secondly, concerns about capital outflows due to dividend payments.

    Lanjut baca ›

  • Most Emerging Asian Currencies Down on China's Slowing GDP Growth

    The Indonesian rupiah exchange rate moved within limited range on Wednesday. Based on the Bloomberg Dollar Index, the currency depreciated 0.07 percent to IDR 11,436 per US dollar. Since Thursday (10/04), the rupiah has had to cope with pressures as Indonesia's legislative election was unable to provide political certainty. On the other hand, the country's improved economic fundamentals - easing inflation and the narrowing current account deficit - have resulted in capital inflows, thus supporting the rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Exchange Rate Update: Depreciates 0.23% on Monday

    On Monday (14/04), the Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.23 percent to IDR 11,440 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index. This performance was in line with most other emerging Asian currencies, which weakened against the US dollar due to broad strength in the greenback as well as risk aversion. The rupiah - still the best performing emerging Asian currency so far this year - depreciated on dollar demand from local importers (while state-run banks were reported to engage in rupiah buying).

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Rupiah