Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Rupiah

  • Indonesia Investments' Newsletter of 31 May 2015 Released

    On 31 May 2015, Indonesia Investments released the latest edition of its newsletter. This free newsletter, which is sent to our subscribers once per week, contains the most important news stories from Indonesia that have been reported on our website in the last seven days. Most of the topics involve economic topics such as Indonesia’s GDP growth, a stocks and rupiah update, the IPO of Puradelta Lestari, Indonesia’s participation in a news Islamic infrastructure bank, the role of household consumption in the Indonesian economy, and more.

    Lanjut baca ›

  • Saham & Rupiah Indonesia: Tekanan karena Kenaikan Suku Bunga AS & Yunani

    Sebagian besar pasar saham Asia turun pada hari Rabu (27/05), termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG turun 0,95% menjadi 5.270,22 poin pada pukul 14:32 WIB. Performa yang buruk saham-saham di seluruh Asia hari ini mengikuti jatuhnya pasar saham Amerika Serikat (AS) kemarin. Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq semuanya menurunkan sekitar 1% karena kuatnya dollar AS setelah terbitnya sejumlah data perekonomian AS yang kuat (yang mendukung kenaikan suku bunga AS sebelum akhir tahun) dan meningkatnya kekuatiran mengenai krisis hutang di Yunani.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Indonesia Mulai Melemah setelah Dollar AS Menguat Pasca Data Inflasi

    Rupiah Indonesia memulai minggu perdagangan baru dengan catatan negatif. Pukul 10:45 WIB, rupiah telah melemah 0,17% menjadi Rp 13.181 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index. Alasan utama untuk performa ini adalah karena dollar AS telah menguat secara global setelah Pimpinan Federal Reserve Janet Yellen menyatakan bahwa dia yakin akan terjadi kenaikan suku bunga as yang pertama sejak hampir satu dekade sebelum akhir tahun ini (asal data perekonomian AS terus membaik).

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks Up, Rupiah Weakens: Focus on Fed’s FOMC Minutes

    Indonesian stocks continued to rise one day after the country’s central bank (Bank Indonesia) announced to leave the interest rate policy unchanged and, instead, choosing to loosen its macro-prudential policy by revising the LDR-RR regulation, LTV policy for mortgage loans and down payments on automotive loans, hence increasing liquidity and boosting credit growth in the banking sector. Indonesia's rupiah, however, depreciated sharply after the market opened on Wednesday (20/05) due to the strong US dollar.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Menjaga Kebijakan Moneter Ketat, Suku Bunga Tak Berubah

    Bank Indonesia menunjukkan komitmennya pada kebijakan moneter yang relatif ketat karena tidak mengubah suku bunga dalam Pertemuan Dewan Gubernur bulan Mei. Meskipun ada tekanan-tekanan dari pemerintah dan para pelaku bisnis untuk memotong suku bunga (yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi), Bank Indonesia mempertahankan suku bunga BI yang menjadi acuannya pada 7,50%, overnight deposit facility pada 5,50% dan lending facility rate pada 8,00%.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Down against US Dollar, Markets Wait for Bank Indonesia Meeting

    Indonesia’s rupiah continued to weaken on Monday’s trading day (18/05). The Indonesian rupiah had depreciated 0.22 percent to IDR 13,113 per US dollar by 12:08 pm based on the Bloomberg Dollar Index as market participants are waiting for results of the central bank’s Board of Governor’s Meeting, scheduled for Tuesday (19/05). At this meeting Indonesia’s central bank (Bank Indonesia) will discuss and determine its stance on the country’s interest rate environment. Currently, the key rate (BI rate) is set relatively high at 7.50 percent.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia’s Rupiah Weak on US Dollar Strength & Greek Debt Concerns

    The Indonesian rupiah is again depreciating. On Tuesday (12/05), the rupiah had depreciated 0.39 percent to IDR 13,206 per US dollar by 11:51 am local Jakarta time based on the Bloomberg Dollar Index. The primary reason for this weak performance today is US dollar demand amid heightened concerns about Greece’s debt situation. Talks between the Greek leftist government and its international partners are heading toward a crucial phase. As a result, the greenback is appreciating against almost all Asian currencies.

    Lanjut baca ›

  • Cadangan Devisa Indonesia Jatuh karena Soal Hutang & Rupiah

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) mengumumkan pada hari Jumat (08/05) bahwa cadangan devisa Indonesia turun sebesar kurang lebih 700 juta dollar Amerika Serikat (AS) menjadi 110,87 miliar dollar AS pada akhir April 2015 (dari 111,55 miliar dollar AS dari bulan sebelumnya). Penurunan ini diakibatkan oleh pembayaran hutang luar negeri pemerintah dan juga usaha bank sentral untuk menstabilkan nilai mata uang rupiah akibat volatilitas saat ini dan ketidakjelasan keadaan ekonomi (global dan domestik). Di April, rupiah menguat 0,8% terhadap dollar AS.

    Lanjut baca ›

  • Update Pasar: Saham Indonesia & Rupiah Menguat pada Hari Jumat

    Nilai saham Indonesia dan rupiah menguat pada hari perdagangan terakhir karena didukung oleh kenaikan sedang dari sejumlah indeks di Wall Street pada hari Kamis (07/05), yang sangat kontras dengan penjualan besar-besaran yang terjadi sehari sebelumnya setelah pimpinan Federal Reserve Janet Yellen menyatakan bahwa harga saham-saham Amerika Serikat (AS) mungkin dihargaii secara berlebihan. Sementara itu, data perdagangan yang lemah dari Republik Rakyat Tionghoa (RRT) mungkin akan mendorong para pembuat kebijakan RRT untuk menyediakan lebih banyak stimulus. Indeks Harga Saham Gabungan naik 0,62% menjadi 5.182,21 poin pada hari Jumat (08/05).

    Lanjut baca ›

  • Bagaimana dengan Ekonomi Indonesia di 2015?

    Setelah kecewa melihat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang hanya 4,71% pada basis year-on-year (y/y) di kuartal 1 tahun 2015, para investor merasa kuatir dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada sisa tahun ini. Pertumbuhan PDB yang lemah disebabkan oleh lemahnya performa ekspor (akibat lambatnya perekonomian global dan rendahnya harga-harga komoditi), tingkat suku bunga Indonesia yang tinggi (mengurangi daya beli masyarakat dan expansi bisnis oleh perusahaan lokal), dan lambatnya belanja pemerintah.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Rupiah

  • Indonesia Financial Market Update: Indonesia's Current Account Deficit

    Currently, one of Indonesia's main financial issues (and one which puts serious pressures on the Indonesian rupiah exchange rate) is the country's wide current account deficit. According to data from Statistics Indonesia, Indonesia's current account deficit totaled USD $8.4 billion in the third quarter of 2013. This figure is equivalent to a whopping 3.8 percent of Indonesia's gross domestic product (GDP). Generally, a current account deficit that exceeds 2.5 percent of GDP is considered unsustainable.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks and Rupiah Exchange Rate Drop on Tuesday

    Indonesian Stocks and Rupiah Exchange Rate Drop on Tuesday

    Various factors contributed to the 2.30 percent decline of the Jakarta Composite Index (IHSG) on Tuesday (26/11). The index in fact fell below its support level. What were the main reasons for this weak performance? Firstly, the Indonesian rupiah exchange rate has been depreciating severely and causes concerns among market players. Secondly, most Asian stock indices fell as valuations climbed high and the Japanese Yen strengthened. Thirdly, European stock openings on Tuesday were weak. All these reasons together led to foreign net selling.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Stock Exchange Today: Slight Gain as Investors Stay Cautious

    The Jakarta Composite Index (Indonesia's benchmark stock index, abbreviated IHSG) made a positive start on Monday (25/11). Investors were confident amid today's rising indices throughout Asia, brought on by the record breaking Dow Jones Index on Wall Street at the end of last week. However, this market optimism failed to provide a significant boost to the IHSG as the Indonesian rupiah exchange rate continued its downward spiral. The IHSG was up 0.39 percent to 4,334.80 points at the end of Monday's trading day.

    Lanjut baca ›

  • Market Insecure about Future of QE3; IHSG Extends Losing Streak on Friday

    On the last day of the trading week (22/11), Indonesia's benchmark stock index (IHSG) fell 0.19 percent to 4,317.96 points thereby extending its losing streak to three days as investors remain concerned about the looming end - or at least winding down - of the Federal Reserve's monthly USD $85 billion bond buying program known as quantitative easing (QE3). Foreign investors recorded a net sell of IDR 38 billion (USD $3.3 million). The other indices in Asia were mixed. The Hang Seng and Nikkei were up but the Shanghai Composite was down.

    Lanjut baca ›

  • Adanya Pengurangan Pembelian Obligasi AS Menjatuhkan Saham Asia

    IHSG masih dalam laju pelemahannya setelah pelaku pasar turut merespon negatif hasil rapat FOMC yang mensinyalkan akan adanya pengurangan pembelian obligasi AS dalam beberapa bulan ke depan dan terimbas pelemahan laju bursa saham Asia setelah rilis pre-HSBC manufacturing PMI China menunjukkan adanya penurunan. IHSG yang sedang mencoba untuk keluar dari tren pelemahan menjadi berkurang peluangnya dengan maraknya sentimen-sentimen negatif sehingga memicu adanya aksi jual, termasuk laju nilai tukar Rupiah yang masih betah dalam tren penurunannya membuat pelaku pasar semakin kehilangan mood.

    Lanjut baca ›

  • FOMC: Tapering of Quantitative Easing Might Start Sooner than Expected

    The Federal Reserve, central banking system of the United States, expects that the current economic recovery of the USA is set to continue. In the minutes of the latest Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, held at end-October 2013, it is mentioned that within the next few months the Federal Reserve can start winding down its monthly USD $85 billion stimulus program (known as quantitative easing). The next FOMC meeting, which will shed more light on the future of the bond-buying program, is scheduled for December 2013.

    Lanjut baca ›

  • Downgrade Ekonomi Dunia oleh OECD Berdampak pada Pasar Saham Asia

    OECD Growth Downgrade Results in Falling Asian Stock Markets

    Tampaknya laju IHSG tidak sebaik sehari sebelumnya dimana mampu menguat jelang akhir sesi perdagangan. IHSG sedari awal perdagangan terus melaju melemah setelah terimbas penurunan bursa saham Asia. Seperti yang pernah kami katakan dimana setiap adanya kenaikan akan selalu dimanfaatkan untuk aksi jual sehingga penguatan yang sempat terjadi hanya bersifat terbatas dan tidak dapat bertahan lama.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia's New Fiscal Policy Packages for Financial Stability Expected Soon

    The government of Indonesia will release two additional fiscal policy packages at the end of November or start of December that both aim to heal Indonesia's current account deficit. The two packages constitute follow ups of the policy package that was released in August 2013. Previously, deputy minister of Finance, Bambang Brodjonegoro, announced that an additional package would be released in October. However, it turned out that the government needed some more time to prepare the two additional packages.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Melemah 0.57% dan IHSG Melaju 1.34% pada Hari Senin

    Positifnya laju bursa saham Asia sepanjang sesi yang terimbas dari menghijaunya bursa saham AS dan Eropa di akhir pekan kemarin dan adanya spekulasi Pemerintah China akan melakukan reformasi ekonomi untuk menopang pertumbuhan negaranya dan berita positif dari tetapnya rating BBB- peringkat utang Indonesia oleh Fitch Rating memberikan angin segar pada IHSG pada hari Senin (18/11).

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia: Managing Stability and Promoting Transformation

    On Thursday 14 November 2013, Agus Martowardojo, Governor of Indonesia's central bank (Bank Indonesia), delivered his end-of-the-year speech at the Annual Bankers’ Dinner. The meeting was attended by leaders from Indonesia's House of Representatives (DPR), economic ministers, leaders of the country's banking industry and business community, non-ministerial government agencies as well as a number of international institutions, thus representing a strategic forum in terms of the national economy.

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Rupiah