Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Rupiah

  • Stock Market & Rupiah Update Indonesia: Slipping & Sliding on Friday

    It is expected to be another difficult day for Indonesian stocks and the rupiah as there are few to none positive market sentiments that can support these assets on today’s trading day. Wall Street closed lower on Thursday (23/07) for the third consecutive day on disappointing financial results of several big companies, dragging down indices in the East. Commodity indices continue to fall (oil returning to bear market on resilient US output and rising OPEC supply). Meanwhile, sharp rupiah depreciation makes investors nervous.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Melemah Melewati Level Rp 13.400 per Dollar

    Rupiah kembali menyentuh batasan psikologis Rp 13.400 per dollar Amerika Serikat (AS). Menurut Bloomberg Dollar Index, mata uang Indonesia telah melemah 0,22% menjadi Rp 13.405 per dollar AS pada pukul 11:22 WIB pada hari Kamis (23/07), sebuah level yang terakhir disentuh rupiah saat Indonesia masih kena dampak Krisis Finasial Asia pada tahun 1998. Melewati batasan psikologis ini bisa berarti bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) akan kembali mengintervensi untuk mendukung rupiah dalam rangka melindungi kepercayaan terhadap rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Update Rupiah Indonesia: Dekat dengan Rp 13.400 per Dollar AS

    Menurut Bloomberg Dollar Index, rupiah terus melemah pada hari Senin (20/07). Mata uang Indonesia melemah 0,31% menjadi Rp 13.395 per dollar Amerika Serikat (AS), level terlemahnya sejak 1998 waktu negara ini dilanda oleh Krisis Finansial Asia. Sementara itu, aktivitas Bank Indonesia masih terbatas sampai hari Rabu (22/07) karena libur umum (perayaan Idul Fitri), menyebabkan bank sentral untuk sementara tidak mempublikasikan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Mencatat Surplus Perdagangan Bulan Juni Namun Kekuatiran Berlanjut

    Indonesia mencatat surplus perdagangan 477 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni 2015, surplus perdagangan ke-7 secara beruntun. Meskipun begitu, menurut data terakhir dari BPS, diterbitkan pada hari Rabu (14/07), ekspor Indonesia pada Juni ini jatuh 12,8% (year-on-year) menjadi 13,4 miliar dollar AS, sementara impor jatuh 17,4% (year-on-year) menjadi 12,9 miliar dollar AS. Angka-angka ini menunjukkan bahwa surplus perdagangan Indonesia terutama disebabkan oleh permintaan domestik yang lemah dan lebih melambat daripada permintaan global (yang terus melambat juga). Kondisi ini meningkatkan kekuatiran mengenai pertumbuhan perekonomian domestik dan global.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Tidak Ubah Suku Bunga Selama 5 Bulan Berturut-Turut

    Seperti yang telah diprediksi, Bank Indonesia tidak mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (14/07). BI rate yang menjadi acuan dipertahankan pada 7,50%, sementara fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga lending facility dipertahankan masing-masing pada 5,50% dan 8,00%. Bank Indonesia meyakini bahwa kondisi tingkat suku bunga saat ini sejalan dengan upaya untuk menurunkan inflasi dan juga mendukung rupiah yang melemah menjelang perkiraan pengetatan moneter lebih lanjut oleh Amerika Serikat (AS) di kemudian hari pada tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Saham Indonesia Meningkat karena Yunani; Rupiah Melemah karena Fed Hike

    Sejalan dengan tren global, saham Indonesia terus naik pada Selasa (14/07). Kebanyakan indeks-indeks saham (di seluruh dunia) terus bergerak dalam wilayah hijau setelah Yunani yang dibebani banyak hutang mencapai kesepakatan dengan kreditor internasionalnya - setelah pertemuan darurat selama 17 jam - untuk sebuah paket penghematan yang akan tetap mempertahankan Yunani di dalam zona euro. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik 0,60% menjadi 4.923,36 poin pada pukul 11:45 WIB pada hari Selasa.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Diprediksi Belum Akan Memotong Tingkat Suku Bunga

    Kebanyakan analis setuju bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga yang sama dalam pertemuan Dewan Gubernur yang dijadwalkan untuk dilaksanakan pada hari Selasa 14 Juli 2015. Bank sentral Indonesia dipediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada 7,50%, fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) pada 5,50%, dan suku bunga lending facility pada 8,00% karena tingkat inflasi Indonesia telah meningkat cepat baru-baru ini sementara rupiah mengalami tekanan karena faktor-faktor eksternal.

    Lanjut baca ›

  • Ekspor & Produksi Kopi Indonesia Bertumbuh, Vietnam masih Menimbun

    Pengiriman kopi Indonesia ke Eropa telah naik karena melemahnya rupiah dan panen kopi yang lebih banyak. Ekspor biji robusta dari Pulau Jawa bertumbuh 22,1% pada basis year-on-year (y/y) di Juni 2015. Sementara itu, para pedagang Eropa memprediksi pengiriman yang besar akan berlanjut di bulan Juli. Rupiah Indonesia adalah mata uang negara berkembang Asia dengan performa terburuk yang dicatat Bloomberg, melemah hampir 7,2% terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sejauh ini di tahun ini. Sisi positif dari mata uang yang lemah adalah ekspor negara ini menjadi lebih atraktif.

    Lanjut baca ›

  • Effects of Possible Greek Exit from Euro on Indonesia’s Economy

    Agus Martowardojo, Governor of Indonesia’s central bank (Bank Indonesia), predicts that the current economic turmoil in the Eurozone, caused by the Greek debt crisis, will impact on the stability of developing countries, including Indonesia. Although in terms of both trade and investment there should not be a real impact originating from Greek turmoil, the perception of macroeconomic stability will be somewhat hit on the back of global uncertainty. In line with most markets, Indonesian stocks and the rupiah weakened on Monday (06/07).

    Lanjut baca ›

  • Perekonomian Indonesia: Revisi Pertumbuhan PDB, Kredit & Rupiah

    Pemerintah Indonesia merevisi target pertumbuhan perekonomian 2015. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan pada hari Jumat (03/07) bahwa target Pemerintah yang sebelumnya 5,8% pada basis year-on-year (y/y) terlalu tinggi dan tidak realistis mengingat konteks perekonomian internasional dan domestik yang tidak kondusif. Pemerintah merevisi turun target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2015 menjadi 5,2% (y/y). Djalil mengatakan bahwa perekonomian global diproyeksi untuk bertumbuh 2,9% (y/y) di 2015 dari perkiraan awal 3,5% (y/y).

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Rupiah

  • Indonesia Sees Widening Current Account Deficit in Q2-2018

    Concerns about Indonesia's current account balance increased after Bank Indonesia announced last week that the country's current account deficit widened to USD $8.02 billion, or 3.0 percent of gross domestic product (GDP), in the second quarter of 2018. It is Indonesia's highest quarterly deficit since Q3-2014, thus putting additional pressures on the rupiah exchange rate.

    Lanjut baca ›

  • Economy of Indonesia is Facing Several Big Challenges

    There are doubts whether Indonesia's gross domestic product (GDP) growth can reach 5.2 percent year-on-year (y/y) in full-year 2018 as Indonesia is experiencing a couple of major challenges. Challenges include the global trade war, the fragile rupiah, Bank Indonesia's higher benchmark interest rate, the current account deficit, and political tensions ahead of the 2019 legislative and presidential elections. Currently, Indonesia Investments' forecast for Indonesia's economic growth is set at 5.2 percent (y/y) in 2018.

    Lanjut baca ›

  • CEOs' Optimism about Indonesian Economy & Politics Falls Slightly

    Chief executive officers (CEOs) in Indonesia have become slightly less optimistic about the Indonesian economy and politics. This makes sense considering the presence of simmering global trade tensions, sharp rupiah depreciation against the US dollar, and Bank Indonesia's recent series of interest rate hikes.

    Lanjut baca ›

  • How Big Indonesian Pharmaceutical Firms Cope with Rupiah Weakness

    One of the national industries that is heavily affected by the weak rupiah exchange rate is Indonesia's pharmaceutical industry. Considering around 90 percent of raw materials in the pharmaceutical industry need to be imported from abroad (in US dollars), production costs rise sharply in times of significant rupiah depreciation. It is estimated that materials imported from abroad account for about 75 percent of pharmaceutical companies' total production costs.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Conducts Ad Hoc Press Conference on Rupiah Movement

    In an ad hoc press conference on Thursday (26/04) Bank Indonesia Governor Agus Martowardojo provided an update on the performance of the Indonesian rupiah as well as an update on the strategies that are - or can be - used by the central bank to safeguard a stable rupiah. When the ad hoc press conference was announced we initially expected to see an interest rate hike. However, based on a statement from Bank Indonesia, this seems to be the last option the central bank wants to use.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks Down, Bank Indonesia Active to Defend Rupiah

    Indonesia's benchmark Jakarta Composite Index fell 1.24 percent to 6,229.63 points on Tuesday (24/04). The performance of Indonesian stocks were in line with the general trend in Southeast Asia. Due to rising US treasury yields (touching nearly 3 percent, its highest level since January 2014) investors withdraw their funds from riskier assets in emerging markets. Concerns over US inflation and the fiscal deficit are behind the rising US treasury yield.

    Lanjut baca ›

  • Financial Update Indonesia: Rupiah, Forex & Current Account

    The central bank of Indonesia (Bank Indonesia) said the country's current account deficit remained under control, albeit widening in the last quarter of 2017. Indonesia's current account deficit reached USD $5.8 billion or 2.2 percent of gross domestic product (GDP) in Q4-2017 (up from a deficit of USD $4.6 billion or 1.7 percent of GDP in the preceding quarter).

    Lanjut baca ›

  • Finance Update Indonesia: Rupiah & Foreign Exchange Reserves

    Although the Indonesian rupiah has been strengthening against the US dollar since mid-December 2017, the rupiah may encounter serious pressures in the year 2018 amid US tax reforms, the US Federal Reserve's further monetary tightening, and unstable geopolitics. Meanwhile, Indonesian exports are expected to grow, but only in the range of 5-6 percent year-on-year (unlike 2017 when the nation's exports rebounded 17 percent).

    Lanjut baca ›

  • Local Currency Settlement Framework Indonesia, Malaysia & Thailand

    Earlier this week, the central banks of Indonesia (Bank Indonesia), Malaysia (Bank Negara Malaysia), Thailand (Bank of Thailand) jointly announced the launch of the local currency settlement framework. This framework aims at boosting the use of local currencies in transactions (specifically related to trade and investment) conducted between Indonesia, Malaysia and Thailand in an effort to reduce these countries' dependence on the US dollar.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Sees Improving Global & Domestic Economy

    The Bank Indonesia (BI) Board of Governors agreed to hold the BI 7-day Reverse Repo Rate at 4.25 percent, while maintaining the deposit facility and lending facility rates at 3.50 percent and 5.00 percent, respectively, effective per 20 October 2017. The decision was in line with efforts to maintain macroeconomic and financial system stability, while stimulating the domestic economic recovery.

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait Rupiah