Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Federal Reserve

  • Foreign Exchange Reserves Indonesia Fall Slightly in November

    The foreign exchange reserves of Indonesia fell slightly in November. According to the latest data from Indonesia's central bank (Bank Indonesia) the reserves stood at USD $100.24 billion at end-November, down from USD $100.7 billion at the end of the preceding month. The reserves fell on foreign exchange receipts, public foreign debt payments and the central bank's efforts to stabilize the rupiah exchange rate.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Stock Market & Rupiah Update: China & Fed Hike in Focus

    Indonesian stocks and the rupiah weakened on Monday morning (30/11). Indonesia's benchmark Jakarta Composite Index (IHSG) was down 0.84 percent to 4,522.09 points, while the Indonesian rupiah had depreciated 0.21 percent to IDR 13,830 per US dollar (Bloomberg Dollar Index) by 11:15 am local Jakarta time. Negative sentiments still stem from China and the looming Fed Fund Rate hike in December, while there are few to none domestic sentiments that can support the nation's assets.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Stock Market & Rupiah Update: Strong Dollar, Falling Commodities

    Due to heightened expectation of a US interest rate hike in December, the US dollar was pushed to a seven-month high today. As a consequence, the rupiah depreciated 0.73 percent to IDR 13,722 per US dollar (Bloomberg Dollar Index). Moreover, the strong US dollar impacted negatively on commodity prices. Many commodity prices, including oil, copper and nickel plunged severely on today's trading day. For key commodity producers, which include Indonesia, falling commodity prices put pressure on assets.

    Lanjut baca ›

  • Update Inflasi Indonesia: Jatuh di Bawah Target Bank Sentral Tahun 2015

    Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) memprediksi inflasi headline akan mencapai 2,79% pada basis year-on-year (y/y) dalam setahun penuh 2015, di bawah cakupan target bank sentral yaitu 3-5%. Inflasi di Indonesia pada tahun ini rendah, berakumulasi menjadi 2,16% di 10 bulan pertama tahun 2015, dan Bank Indonesia memperkirakan bahwa laju inflasi akan tetap terkontrol di dua bulan terakhir tahun 2015.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham & Rupiah Indonesia: Kuat karena Kepastian Lebih Jelas tentang Fed Rate

    Aset-aset Indonesia ditutup dengan kuat pada hari Jumat (20/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sama-sama menguat secara signifikan karena meningkatnya kejelasan mengenai kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS), sementara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengumumkan bahwa Pemerintah RRT akan mengimplementasikan lebih banyak usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, karenanya menguatkan nilai tukar yuan (mendukung penguatan nilai mata uang di negara-negara berkembang di Asia). IHSG naik 0,94% menjadi 4.561,33 poin, sementara rupiah menguat 1,10% menjadi Rp 13.623 per dollar AS (Bloomberg Dollar Index).

    Lanjut baca ›

  • Stock Market & Rupiah Update Indonesia: Back in the Red

    Stock indices in Asia were mixed on Wednesday (18/11), while most emerging market currencies depreciated against the US dollar. The Indonesian rupiah was under pressure - touching a six week low - after the central bank (Bank Indonesia) cut the primary minimum statutory reserves from 8.00 percent to 7.50 percent (effective per 1 December 2015), hence providing local financial institutions approximately USD $1.8 billion more in liquidity. However, it may not be enough to trigger an increase in lending as banks are more focused on lending quality than quantity.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Keeps Key Interest Rate at 7.50% in November Policy Meeting

    Bank Indonesia Governor Agus Martowardojo announced during a press conference that the central bank kept its benchmark interest rate (BI rate) at 7.50 percent during the Board of Governor's Meeting on 17 November 2015. Meanwhile, Bank Indonesia maintained the deposit facility rate and the lending facility rate at 5.50 percent and 8.00 percent, respectively. The current interest rate environment is considered sufficient to face persistent global uncertainties caused by the looming Fed Fund Rate hike and sluggish economic growth in the Eurozone and China.

    Lanjut baca ›

  • Kejatuhan Saham di Seluruh Dunia; Apa Faktor-Faktor yang Menyebabkannya?

    Di seluruh dunia, indeks-indeks saham jatuh karena kekuatiran berkepanjangan mengenai rendahnya harga komoditi (terutama karena harga minyak mentah menurun ke level terendah selama 2 bulan terakhir dan mungkin mulai kembali mendekati level 40 dollar AS), kekuatiran mengenai perlambatan pertumbuhan kredit di Republik Rakyat Tiongkok (RRT), sementara pasar juga bersiap-siap untuk kemungkinan kenaikan suku bunga AS di bulan Desember (sebuah tindakan yang akan memicu capital outflows dari aset-aset negara berkembang yang lebih berisiko). Bulan ini pasar berada di bawah tekanan jual yang besar setelah mengalami reli di bulan Oktober.

    Lanjut baca ›

  • Saham Asia di Zona Merah, Indonesia Melawan Tren

    Saham-saham Asia menghadapi tekanan pada hari Jumat (13/11) karena rendahnya harga minyak dan meningkatnya perkiraan bahwa Federal Reserve akan menaikkan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin di bulan Desember. Saham-saham sumberdaya alam menarik turun indeks-indeks saham di Australia, Hong Kong dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) lebih dari 1%. Kendati begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), melawan tren di Asia, telah naik 0,51% menjadi 4.485,12 poin pada pukul 10:20 WIB kendati indeks-indeks Asia yang ada di zona merah. Sementara itu, dollar AS menguat terhadap mata uang Asia namun tidak setajam perkiraan sebelumnya.

    Lanjut baca ›

  • Saham-Saham Asia Diperkirakan di Bawah Tekanan pada Hari Kamis

    Saham-saham di Asia diprediksi akan berada di bawah tekanan hari ini karena harga minyak mentah turun 2,9% semalam setelah American Petroleum Institute menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan suplai minyak Amerika Serikat (AS) bertambah secara tak terduga sebesar 6,3 juta barel. Harga komoditi lain juga turun setelah penerbitan data output industri yang jatuh dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada hari Rabu. Kendati begitu, dengan penjualan ritel RRT yang positif di bulan Oktober (kenaikan terkuat pada tahun ini) sedikit kemungkinan akan terjadi stimulus besar baru dari pihak berwenang RRT.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Federal Reserve

No business profiles with this tag