Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini China

  • Global Selloff Continues on Low Crude Oil and China Turmoil

    Asian stocks are again in deep red territory on Thursday (14/01), led by Chinese shares (which are on track to enter a bear market) as well as Japanese shares. It means that the rebound that had occurred earlier this week - caused by positive export data from China - was short-lived. The continued slide of oil prices (below USD $30 per barrel) and turmoil in China cause money to flow away from equity and fragile emerging market currencies.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham & Rupiah Indonesia: Selling Besar-Besaran Terus Berlangsung

    Penjualan secara besar-besaran terus berlangsung di Asia pada Senin (11/01). Indeks-indeks saham di Asia - yang dipimpin oleh Shanghai Composite Index Republik Rakyat Tingkok (RRT) - jatuh parah. Inflasi RRT yang teredam pada bulan Desember, Shanghai Composite Index yang terjun 5,33% hari ini, turunnya harga minyak, dan jatuhnya saham di Wall Street akhir pekan lalu (saham Amerika Serikat mengalami minggu terburuknya dalam empat tahun terakhir), membuat investor mencari aset yang aman (safe haven) seperti emas, yen Jepang dan dollar AS. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun 1,78% menjadi 4.465,48 poin.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Saham Asia di Zona Merah, Selloff Saham Global Besar-Besaran

    Saham dan mata uang di seluruh Asia berada di bawah tekanan berat pada hari Kamis (07/01) setelah bank sentral Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menetapkan kurs yuan 0,51% lebih rendah (di 6.564,6 per dollar Amerika Serikat). Akibatnya, saham RRT anjlok lebih dari 7% (memicu mekanisme circuit-breaking baru - untuk hari kedua di minggu ini - 30 menit setelah perdagangan dibuka hari ini). Saham Asia juga lemah dikarenakan kerugian besar di Eropa dan di Wall Street semalam. Pasar bereaksi terhadap harga minyak yang turun ke level terendah dalam lebih dari tujuh tahun terakhir menjadi 33,97 dollar Amerika Serikat (AS) per barel.

    Lanjut baca ›

  • Apa Dampak Perlambatan Ekonomi Cina pada Indonesia?

    Gejolak ekonomi yang telah mendorong pertumbuhan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke level terendah dalam 25 tahun terakhir telah berdampak langsung pada Indonesia karena RRT adalah mitra dagang utama Indonesia. Kekuatiran akan perlambatan ekonomi RRT (dan dampak perlambatan ini pada ekonomi dunia) bertahan pada tahun 2016 karena Caixin/Markit Purchasing Managers’ Index (PMI) menurun selama 10 bulan berturut-turut di Desember 2015 (di 48,2), sedangkan pembacaan jasa layanan untuk bulan Desember turun ke level terendah dalam 17 bulan terakhir (50,2).

    Lanjut baca ›

  • Berlawanan dengan Tren Asia, Saham Indonesia & Rupiah Rebound

    Meskipun kebanyakan pasar saham di Asia masih di wilayah merah, melanjutkan penurunan pada hari Senin, saham Indonesia dan rupiah berhasil melambung pada Selasa (5/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,70% menjadi 4.557,82 poin. Sementara itu, rupiah Indonesia naik 0,37% menjadi Rp 13.892 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Apa yang terjadi pada perdagangan hari ini dan mengapa ada perbedaan antara aset Indonesia dan tren Asian secara umum?

    Lanjut baca ›

  • Pertambangan Batubara Indonesia: Fokus pada Pasar Selain Cina

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia mengharapkan pengiriman batubara ke India meningkat pada tahun 2016, sementara ekspor batubara ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) diperkirakan akan menurun lebih lanjut karena ekonomi terbesar kedua di dunia ini sedang mengalami perlambatan (dan RRT membatasi impor batubara dengan tingkat kalori yang lebih rendah). Adhi Wibowo, Direktur Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan - berlawanan dengan RRT - permintaan batubara dari India tidak turun. Selain itu, India sangat tergantung pada Indonesia untuk batubara termal.

    Lanjut baca ›

  • Mengapa Saham dan Rupiah Indonesia Melemah Hari Ini?

    Berlawan dengan harapan, saham Indonesia dan rupiah memiliki awal yang lemah di tahun yang baru. Pada hari Senin (4/1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,46% menjadi 4.525,92 poin, sementara rupiah terdepresiasi 0,82% menjadi Rp 13.943 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Kinerja saham Indonesia ini sejalan dengan kinerja saham di seluruh dunia. Perdagangan saham Republik Rakyat Tiongkok (RRT) bahkan dihentikan dua kali karena indeksnya merosot. Apa yang terjadi hari ini?

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Prognosis Indeks Harga Saham Gabungan Bulan Januari

    Tahun lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 12,13% sehingga berakhir pada 4,593.01 poin pada 30 Desember 2015 di tengah ketidakpastian global yang parah akibat ancaman pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi yang besar dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memasuki hari perdagangan pertamanya di tahun baru. Apa yang kita harapkan dari kinerja saham Indonesia di Januari 2016?

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Apa Saham Unggulan pada tahun 2016?

    Meskipun tantangan tetap ada, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan naik pada tahun 2016, melebihi level 5.000 poin. Tahun lalu IHSG turun 12,13% menjadi ditutup pada 4.593,01 poin. Khususnya untuk sektor infrastruktur, perbankan, konsumsi, semen, properti dan konstruksi di Indonesia diprediksi akan memiliki kinerja yang baik tahun ini karena percepatan pertumbuhan ekonomi domestik yang didukung oleh pengeluaran pemerintah dan paket stimulus ekonomi baru-baru ini.

    Lanjut baca ›

  • Pasar Saham Indonesia: Kinerja IHSG pada Tahun 2015

    Hari perdagangan terakhir tahun 2015 di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah berlalu dan sekarang saatnya untuk melihat kembali kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah selama tahun 2015. Tahun 2015 merupakan tahun yang hektik, ditandai dengan volatilitas tinggi karena ketidakpastian tentang waktu kenaikan tingkat suku bunga AS (yang akhirnya diputuskan oleh Federal Reserve pada bulan Desember 2015) dan perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru China

  • Chinese Premier Li Keqiang's Visit to Indonesia: Trade & Investment

    Chinese Premier Li Keqiang arrived in Indonesia on Sunday (06/05) for a two-day visit. Part of the visit was a meet up with Indonesian President Joko Widodo (at the Presidential Palace in Bogor) to discuss bilateral trade and investment. Key points on the agenda were the strengthening of trade between both nations and enhanced cooperation on infrastructure development projects in Indonesia, including dams and railways.

    Lanjut baca ›

  • Can Trump's Steel Tariffs Cause Rising Steel Imports in Indonesia?

    Concerns over a trade war are rising as the European Union (EU) plans to impose a 25 percent retaliatory import tariff on various US products, ranging from clothes to motorcycles, if US President Donald Trump indeed goes ahead with his plan to impose a 25 percent import tariff on steel imports and a 10 percent tariff on aluminum imports.

    Lanjut baca ›

  • Palm Oil Industry Indonesia: CPO Price Under Pressure in Early March

    Several negative sentiments are putting pressure on the crude palm oil (CPO) price in the first week of March 2018. These sentiments are expected to continue pushing downward pressure on the CPO price in the remainder of this week. On Monday (05/03) the CPO price on the Malaysia Derivatives Exchange (May 2018 shipments) fell 0.28 percent to 2,467 ringgit per metric ton. Compared to one week earlier, the price has now declined 2.91 percent.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Eager Work Together to Boost Coffee Export to China

    The Consulate General of Indonesia in Guangzhou (China) said Indonesia's coffee exports to China reached USD $34.1 million in the January-September 2017 period, hence Indonesia now ranks second in terms of biggest coffee exporters to China. Vietnam ranks first, by a distance, with a coffee export value of USD $368.8 million in the same period.

    Lanjut baca ›

  • Stock & Currency Markets Are Getting Used to Terror Attacks

    Despite the suicide bombs attack in Jakarta on Wednesday evening (24/05) that killed 3 police officers (and the two militants) at a Jakarta bus station, the Jakarta Composite Index rose after opening on Friday (26/05), while the rupiah only weakened slightly against the US dollar (Thursday was a public holiday). It is yet another example of the fact that markets around the globe have become used to the existence of militant attacks. Particularly a relatively small attack will not lead to any negative sentiments.

    Lanjut baca ›

  • 30th ASEAN Summit Shows the Rising Influence of China in Asia

    Now the United States - under the Donald Trump administration - are focused on their "America First" policy, China is able to increase its influence in the Asian region. This was apparent at the 30th Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) summit on April 26-29 at the Philippine International Convention Center in Pasay City where regional leaders expressed their support for the denuclearization of North Korea but were reluctant to discuss the tensions around the South China Sea.

    Lanjut baca ›

  • Trump's USA Leaves Trans-Pacific Deal, Room for Indonesia & China?

    As promised US President Donald Trump pulled the United States out of the Trans-Pacific Partnership (TPP), an ambitious free trade deal that was signed in October 2015 (after five years of negotiating) and had created the world's largest free trade area (covering 12 countries and 40 percent of global trade). Trump's move to withdraw the USA from the TPP implies that he distances the USA from its Asian allies and gives China the opportunity to fill in the empty space that is left by America.

    Lanjut baca ›

  • How Many Foreigners Actually Work in Indonesia? No Hoax!

    Over the past couple of weeks public outcry ensued in Indonesia due to rumors (a hoax) that said there are currently about ten million workers from China in Indonesia, implying these immigrants are (potentially) "stealing" jobs from the local population. Xenophobia and nationalist sentiments are no strangers to Indonesia, a country that faced a long colonial period, and therefore this hoax easily ignited anxiety among (part of) the Indonesian people. But how many foreigners are currently actually working in Indonesia?

    Lanjut baca ›

Bisnis Terkait China