Ancaman Keluarnya Yunani dari Zona Euro: Aset Indonesia Relatif Stabil
Meskipun Indonesia dianggap sebagai salah satu perekonomian Asia yang sangat rentah terhadap keluarnya Yunani dari zona euro (Greek exit/Grexit), saham dan rupiah Indonesia tidak melemah sebanyak aset-aset pasar negara berkembang lainnya pada hari Senin (29/06), hari perdagangan pertama setelah hancurnya pembicaraan antara Yunani, yang dibebani banyak hutang, dengan para kreditor internasionalnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 0,82% menjadi 4.882,59 poin sementara rupiah melemah 0,24% menjadi Rp 13.339 per dollar AS (Indeks Bloomberg).
Perekonomian Indonesia lebih rentan terhadap jenis guncangan perekonomian global apa pun karena negara ini dibebani oleh sejumlah kelemahan perekonomian dan finansial. Kelemahan ini termasuk melambatnya pertumbuhan perekonomian (sejak 2011), defisit transaksi berjalan yang lebar, inflasi yang tinggi, dan nilai tukar rupiah yang sangat melemah (terhadap dollar Amerika Serikat). Karena ancaman gagalnya Yunani membayar hutang, yang dapat menganggu seluruh sistem finansial di Uni Eropa, bank-bank Uni Eropa mungkin memutuskan untuk memotong kepemilikan obligasi mereka di Asia dalam rangka memperbaiki neraca keuangan mereka akibat Grexit (Malaysia saat ini memiliki paparan terbesar terhadap klaim bank-bank Eropa). IHSG juga sangat rentan terhadap guncangan perekonomian global karena para investor asing mengontrol sekitar 60% saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengejutkan pasar pada akhir pekan lalu dengan mengumumkan bahwa akan ada sebuah referendum (dijadwalkan untuk dilaksanakan pada 5 Juli) yang meminta para pemilih untuk memutuskan diterima atau tidak diterimanya proposal reformasi dari para kreditor. Dikuatirkan bahwa para pemilih akan memilih tidak menerima proposal tersebut. Uni Eropa (UE) dan International Monetary Fund (IMF) merespon dengan menolak permintaan Yunani untuk memperpanjang bailout melewati waktu jatuh tempo pada 30 Juni, mengimplikasikan bahwa negara ini kemungkinan akan gagal melakukan pembayaran hutang dan karenanya mungkin akan keluar dari zona euro.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):
Terjadi panic selling di Asia dan Eropa pada hari perdagangan pertama setelah kegagalan pencapaian kesepakatan antara Yunani dan para kreditor internasionalnya. Para kreditor ini perlu melihat reformasi yang berdampak jauh di perekonomian Yunani sebelum menyediakan dana bailout untuk pembayaran hutang Yunani (1,6 miliar euro) kepada IMF yang jatuh tempo pada 30 Juni 2015. Kegagalan pembayaran bisa berarti keluarnya Yunani dari zona euro. Terlebih lagi, Yunani mengimplementasikan kontrol modal untuk menghindari penarikan uang secara besar-besaran dari bank-bank lokal. Yunani memutuskan untuk menutup bank-banknya selama minimum seminggu dan membatasi jumlah uang yang bisa ditarik dari ATM di seluruh negeri (maksimum 60 euro setiap harinya). Oleh karena itu, para investor global mencari aset-aset yang (lebih) aman seperti dollar AS, yen dan emas.
Sementara itu, saham-saham Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah semakin jatuh – meskipun kembali ada pemotongan suku bunga dan rasio pinjaman – karena para investor terus menarik diri dari pasar lokal karena kekuatiran kemungkinan gelembung pasar. Indeks Shanghai Composite yang menjadi acuan jatuh 3,34% menjadi 4.053,03, menambah penurunan dari dua minggu terakhir.
Hang Seng di Hong Kong menurun 2,6% menjadi 25.966,98, S&P/ASX 200 di Sydney jatuh 2,2% menjadi 5.422,50. KOSPI di Seoul telah jatuh 1,4% menjadi 2.060,49 dan Sensex di India jatuh 1,5% menjadi 27.385,05.
Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,13% menjadi Rp 13.356 per dollar AS pada hari Senin (29/06).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini