Bank Pembangunan Asia (ADB) memotong Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengumumkan telah mengurangi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015 dan 2016 baik untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) maupun negara-negara berkembang Asia lainnya karena perlambatan perekonomian yang berkelanjutan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. Ekspansi perekonomian RRT diproyeksikan untuk mencapai 7% pada basis year-on-year (y/y) di 2015 dan 6,8% (y/y) di 2016. Kedua proyeksi ini turun 0,2% poin dari proyeksi ADB sebelumnya.
Karena ukuran perekonomian RRT, perlambatan ekonomi akan menarik turun pertumbuhan di seluruh wilayah Asia.
ADB memotong proyeksi pertumbuhan 2015 untuk negara-negara berkembang Asia menjadi 6,1% dari sebelumnya 6,3%, karena aktivitas perekonomian yang lebih lambat dari perkiraan di Amerika Serikat (AS) dan RRT, menurut Asian Development Outlook Supplement 2015 yang baru saja diterbitkan. Dalam laporan ini, ADB juga memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2016 untuk wilayah Asia melambat menjadi 6,2%, turun dari proyeksi 6,3% sebelumnya.
Pakar ekonomi utama ADB Shang-Jin Wei mengatakan “Pertumbuhan yang lebih lambat di RRT kemungkinan akan memberikan efek yang nampak di wilayah Asia lainnya karena ukuran dan hubungan dekatnya dengan negara-negara lain di wilayah tersebut melalui rantai harga regional dan global. Meskipun permintaan eksternal yang lebih lemah dari perkiraan, penurunan populasi usia kerja, dan kenaikan gaji, telah berkontribusi pada perlambatan tingkat pertumbuhan di RRT, reformasi-reformasi yang bertujuan untuk memperbaiki fleksibilitas pasar tenaga kerja dan alokasi modal untuk perusahaan-perusahaan paling produktif dibutuhkan supaya mereka juga dapat membantu menaikkan tingkat pertumbuhan.”
Lambatnya permintaan yang berkelanjutan di perekonomian industri yang utama (AS, Jepang, dan zona euro) akan berkontribusi pada perlambatan di Asia Timur secara keseluruhan, dengan pertumbuhan kini diprediksi pada 6,2% di 2015, turun dari proyeksi sebelumnya pada 6,5%.
Meskipun pertumbuhan konsumsi tetap kuat di RRT, pertumbuhan investasi terus mengalami perlambatan. Laporan ini lebih lanjut lagi menyatakan bahwa sektor finansial juga diprediksi untuk lebih sedikit berkontribusi untuk pertumbuhan RRT serelah koreksi pasar saham yang baru terjadi, walaupun penurunan harga saham kemungkinan tidak memiliki banyak dampak pada konsumsi. Rabu lalu (15/07), Pemerintah RRT mengumumkan bahwa ekonomi negara ini bertumbuh 7% (y/y) di kuartal kedua tahun 2015, mendatar dari kuartal sebelumnya dan sejalan dengan perkiraan. Meskipun begitu, ini adalah tingkat pertumbuhan terlambat yang dialaminya sejak 1990.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk India tetap tak berubah pada 7,8% (y/y) di 2015 dan 8,2% (y/y) di 2016, didukung oleh musim hujan yang baik dan investasi-investasi baru. Asia Selatan secara keseluruhan diprediksi akan bertumbuh 7,3% (y/y) di 2015, sedikit naik dari 7,2% (y/y) dalam proyeksi yang lebih awal, dengan performa ekonomi yang lebih baik dari perkiraan di Bangladesh menyeimbangkan perlambatan yang berhubungan dengan gempa bumi di Nepal. Di 2016, pertumbuhan untuk subregional ini diprediksi untuk berekspansi menjadi 7,6%.
Pertumbuhan PDB Negara Asia Berkembang (%)
Asia Tenggara akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya pada 4,6% untuk 2015, dibebani turun oleh performa pertengahan tahun pertama yang lebih rendah dari perkiraan di Indonesia, Singapura, dan Thailand. Di 2016, perekonomian subregional ini diproyeksikan untuk berekspansi 5,1%, di bawah 5,3% yang diperkirakan sebelumnya.
ADB juga merevisi turun proyeksi inflasi menjadi 2,4% (y/y) dari 2,6% (y/y) pada tahun ini, sementara prediksinya untuk 2016 masih pada 3% (y/y).
Lanjut Baca:
• Asian Development Outlook 2015
• Asian Development Outlook Supplement July 2015
• Asian Development Bank Less Positive about the Indonesian Economy in 2015
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini