Direktur IMF Christine Lagarde Kunjungi Indonesia untuk Konferensi, Bukan Bicarakan Pinjaman
Christine Lagarde, Managing Director International Monetary Fund (IMF), akan tiba di Indonesia (Jakarta) hari ini (01/09) untuk berpartisipasi di konferensi dua hari bertema ‘Future of Asia’s Finance: Financing for Development 2015’, yang diorganisir oleh IMF dan bank sentral Indonesia (Bank Indonesia). Bertentangan dengan rumor akhir-akhir ini, kunjungan Lagarde tidak berkaitan dengan dugaan Indonesia akan meminta pinjaman baru dari IMF.
Benedict Bingham, Senior Representative IMF untuk Indonesia, menyatakan bahwa selain menghadiri konferensi, Lagarde juga akan bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan beberapa pejabat tinggi pemerintahan termasuk Darmin Nasution (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), Bambang Brodjonegoro (Menteri Keuangan), Agus Martowardojo (Gubernur Bank Indonesia) dan juga beberapa anggota parlemen dan para perwakilan dari lembaga-lembaga non-pemerintahan. Topik utama yang akan didiskusikan adalah pengamanan stabilitas perekonomian Indonesia.
Selama beberapa minggu terakhir muncul spekulasi di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini bahwa kunjungan Lagarde berkaitan dengan dugaan bahwa Pemerintah Indonesia sedang mencari pinjaman baru dari IMF. Kendati begitu, rumor-rumor ini tidak memiliki dasar sama sekali menurut Bingham dari IMF.
Di Indonesia spekulasi seperti ini mudah muncul karena negara ini masih dihantui oleh memori traumatis Krisis Finansial Asia dia akhir 1990an. Krisis ini berubah dari sebuah krisis finansial menjadi krisis politik dan sosial yang membawa perubahan signifikan pada struktur perpolitikan dan perekonomian negara ini. Dengan rupiah saat ini dekat dengan level terendah selama 17 tahun terakhir, beberapa orang kuatir bahwa krisis baru mungkin akan terjadi. Kedatangan seorang perwakilan IMF di Indonesia lebih lagi memicu peningkatan kekuatiran karena IMF memainkan peran besar dalam Krisis Finansial Asia. Pada bulan Oktober 1997, IMF tiba di Indonesia - yang saat itu masih berada di bawah rezim otoriter Orde Baru Suharto - dengan paket bailout sebesar 43 miliar dollar AS untuk memulihkan kepercayaan pada rupiah. Sebagai gantinya, IMF menuntut reformasi keuangan yang berdampak panjang dan luas. Namun, kini dipercaya bahwa tindakan-tindakan IMF saat krisis faktanya justru memperparah krisis karena institusi ini menuntut terlalu banyak reformasi dalam waktu terlalu pendek sementara tindakan ini gagal menghapuskan sistem patronase Suharto (sistem ini merusak perekonomian negara dan merusak kesepakatan yang sudah dibuat dengan IMF). Pada tahun 2006, Indonesia akhirnya membayar semua kewajiban hutangnya kepada IMF.
Lanjut Baca:
• Analisis Krisis Finansial Asia
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini