Ekspor & Produksi Kopi Indonesia Bertumbuh, Vietnam masih Menimbun
Pengiriman kopi Indonesia ke Eropa telah naik karena melemahnya rupiah dan panen kopi yang lebih banyak. Ekspor biji robusta dari Pulau Jawa bertumbuh 22,1% pada basis year-on-year (y/y) di Juni 2015. Sementara itu, para pedagang Eropa memprediksi pengiriman yang besar akan berlanjut di bulan Juli. Rupiah Indonesia adalah mata uang negara berkembang Asia dengan performa terburuk yang dicatat Bloomberg, melemah hampir 7,2% terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sejauh ini di tahun ini. Sisi positif dari mata uang yang lemah adalah ekspor negara ini menjadi lebih atraktif.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (US Department of Agriculture/USDA) memprediksi bahwa hasil produksi kopi Indonesia akan naik menjadi sekirar 10,9 juta bungkus ukuran 60-kg, naik dari 8,5 juta bungkus di siklus sebelumnya. Lebih lanjut lagi menjelaskan jenis biji, USDA memprediksi bahwa hasil produksi robusta Indonesia di siklus 2015-2016 akan mencapai 9,3 juta bungkus, sementara hasil produksi kopi arabika negara ini diprediksi mencapai 1,6 juta bungkus. Hasil produksi kopi yang meningkat dikombinasikan dengan rupiah yang lemah memicu ekspektasi bahwa ekspor Indonesia akan tetap kuat di periode mendatang.
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaSementara itu, para pedagang kopi Vietnam telah menimbun hasil produksi kopi sejak akhir Februari 2015 setelah harga kopi domestik turun di bawah 40.000 dong (kira-kira 1,85 dollar AS) per kilogram. Penimbunan ini berkontribusi pada ketatnya suplai kopi dalam jangka pendek dan juga premium besar untuk futures robusta.
Meskipun begitu, karena ekspor kopi robusta Indonesia baru mencapai 30/40 dollar AS per ton sampai futures September (pengapalan Juli/Agustus), dibandingkan dengan 50/60 dollar AS untuk pengapalan biji kelas dua dari Vietnam, para pedagang Vietnam seharusnya terdorong untuk berkompetisi. Harga futures ICE robusta kini mendekati titik terendah selama satu bulan terakhir.
Musim panen kopi di Indonesia biasanya terjadi dari Mei sampai Oktober. Di Vietnam, yang masih memiliki cadangan kopi yang besar, panen akan dimulai di November.
Kontras dengan biji arabika berkualitas tinggi (kebanyakan tumbuh di Brazil), biji robusta umunnya digunakan untuk produksi kopi instan. Eropa adalah sebuah pasar penting untuk biji robusta Indonesia dan Vietnam.
Indonesia adalah penghasil kopi robusta terbesar kedua di dunia (setelah Vietnam) dan penghasil kopi terbesar ketiga di dunia (setelah Brazil dan Vietnam). Kebanyakan hasil produksi kopi Indonesia adalah biji robusta. Provinsi Lampung, Bengkulu dan Sumatra Selatan adalah area-area penghasil utama robusta di Indonesia (wilayah yang dikenal sebagai ‘segitiga emas’ karena berkontribusi sekitar 75% total produksi kopi Indonesia). Kopi arabika kebanyakan bertumbuh di bagian utara Sumatra dan Jawa dan berkontribusi 16% dari total panen Indonesia di tahun panen 2014-2015 menurut data dari USDA.
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini