Indonesia Membaik dalam Indeks Daya Saing Global 2014-2015 dari WEF
Indonesia naik empat peringkat dalam Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) 2014-2015 dari World Economic Forum (WEF). Berdasarkan pada Global Competitiveness Report 2014-2015, diterbitkan pada hari Selasa (29/09), Indonesia berada di peringkat ke-34 (dari total 144 negara yang diteliti di seluruh dunia). Perbaikan ini adalah perkembangan yang positif meskipun untuk beberapa pihak hal ini mungkin agak mengejutkan karena perkembangan yang lambat dari pembangunan infrastruktur, inflasi tinggi, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
WEF mendefinisikan daya saing sebagai “serangkaian institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan level produktivitas sebuah negara. Level produktivitas, kemudian, menentukan level kemakmuran yang bisa dicapai negara tersebut. Level produktivitas juga menentukan tingkat keuntungan yang bisa didapatkan lewat investasi di sebuah ekonomi yang kemudian menjadi pendorong-pendorong fundamental dari tingkat pertumbuhannya. Dengan kata lain, negara yang lebih kompetitif adalah negara yang lebih mungkin untuk bertumbuh lebih cepat."
Untuk mendefinisikan level daya saing sebuah bangsa, WEF menggunakan 12 pilar: pengelolaan institusi yang baik, infrastruktur, kondisi dan situasi makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat atas dan pelatihan, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi.
Untuk enam tahun berturut-turut, Switzerland berada di puncak GCI, diikuti oleh Singapura dan Amerika Serikat.
Indeks Daya Saing Global 2014-2015:
Negara | Ranking |
Switzerland | 1 |
Singapura | 2 |
Amerika Serikat | 3 |
Finlandia | 4 |
German | 5 |
Taiwan | 14 |
Malaysia | 20 |
Thailand | 31 |
Indonesia | 34 |
Pilipina | 52 |
Vietnam | 68 |
Cambodia | 95 |
Sumber: Global Competitiveness Report 2014-2015
Mengenai performa Indonesia, yang saat ini masuk dalam kategori tahap didorong oleh efisiensi, WEF menyatakan bahwa negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini terus menunjukkan kemajuan dalam keseluruhan pemeringkatan, naik 4 peringkat ke peringkat ke-34. WEF memprediksi kemajuan dalam daya saing ini berkontribusi untuk memastikan keberlanjutan momentum pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negara ini yang mengesankan - PDB tumbuh 5,8% setiap tahunnya sejak 2004. Kendati begitu, kebanyakan analis kemungkinan tidak setuju bahwa Indonesia telah berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan PDB-nya karena pertumbuhan ekonomi negara ini telah menyentuh level terendah selama enam tahun terakhir pada 4,67% pada basis year-on-year (y/y) di kuartal 2 tahun 2015.
WEF juga menyatakan bahwa performa keseluruhan Indonesia dalam indeks ini tetap tidak berimbang. Infrastruktur dan juga konektivitas negara ini terus naik peringkat, naik lima peringkat dibandingkan tahun lalu, sementara kualitas tata kelola publik dan swasta negara ini juga menguat (Indonesia naik 14 peringkat menjadi peringkat 53 sebagai hasil dari perbaikan dalam 18 dari 21 indikator yang membentuk pilar ini). Yang agak mengagumkan, Indonesia berada dalam peringkat 36 untuk efisiensi Pemerintah. Sementara itu, korupsi tetap berlanjut (peringkat 87) namun fenomena negatif ini telah menurun di beberapa tahun terakhir.
Meskipun situasi makroekonomi Indonesia memburuk antara 2012 sampai 2013 akibat defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi, bagian ini tetap memuaskan (peringkat 34, menurun 8 peringkat) menurut WEF. Kendati begitu, situasi pasar tenaga kerjanya (peringkat 110, turun 7 peringkat) sejauh ini tetap aspek yang terlemah, karena kekakuan dalam konteks penetapan gaji dan juga prosedur kontrak dan pemecatan. Lebih lanjut lagi, partisipasi perempuan dalam tenaga kerja tetap sangat rendah (peringkat 112). Masalah lain yang menjadi kekuatiran adalah kesehatan umum di Indonesia (peringkat 99). Insiden penyakit menular dan angka kematian bayi tetap menjadi salah satu yang tertinggi di luar wilayah sub-Sahara Afrika. Beralih ke pendorong-pendorong yang lebih rumit dari daya saing, kesiapan teknologi Indonesia berada di belakang (peringkat 77). Terutama, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh penduduk pada umumnya tetap rendah dibandingkan negara-negara lainnya (peringkat 94, turun 10 peringkat).
Lanjut Baca:
• Global Competitiveness Report
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini
Indonesia mining is stalled, commodities are down, corruption is rampant, nationalistic spirit means foreign companies cannot operate them, employment is declining, and the government cannot implement their planned changes,the government has violated contracts that were made with foreign companies. Yes, everything is looking great!