Indonesia Secara Tak Terduga Mencatat Defisit Perdagangan pada November 2015
Indonesia mencatat defisit perdagangan yang tak terduga sebesar 346,4 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada November 2015 menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Selasa (15/12). Ini adalah defisit perdagangan bulanan pertama di Indonesia di tahun 2015 karena ekspor turun lebih cepat - sedangkan impor menurun lebih lambat - dari yang diperkirakan. Ekspor Indonesia turun 17,6% pada basis year-on-year (y/y) menjadi 11,16 miliar dollar AS pada bulan November, sedangkan impor menurun 18,0% (y/y) menjadi 11,51 miliar dollar AS. Defisit terjadi baik di saldo sektor minyak & gas (migas) maupun non-migas.
Dalam sebelas bulan pertama 2015 ekspor Indonesia mencapai 138,42 miliar dollar AS, turun 14,3% dari periode yang sama tahun lalu. Sebagai eksportir komoditi utama, Indonesia telah dibenani oleh rendahnya harga komoditi dunia. Dari 22 komoditi yang dipantau oleh BPS, hanya harga kakao dan ikan yang berhasil naik. Selama tidak ada rebound harga komoditi, kinerja ekspor Indonesia akan tetap lamban dalam jangka pendek. Ketergantungan negara ini pada ekspor komoditi adalah alasan utama mengapa Pemerintah Indonesia sangat ingin mengembangkan sektor manufaktur.
Sementara itu, impor Indonesia mencapai 130,61 miliar dollar AS pada periode Januari-November 2015, turun 20,2% dari periode yang sama tahun lalu.
Jatuhnya angka-angka impor dan ekspor menyoroti aktivitas ekonomi di Indonesia dan dunia yang terus-menerus lemah.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 7,8 miliar dollar AS dalam sebelas bulan pertama tahun 2015.
Neraca Perdagangan Indonesia (dalam juta dollar AS):
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini