Indonesia Terfokus pada Energi Terbarukan, Bukan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Indonesia kemungkinan besar akan membatalkan rencananya untuk mengembangkan empat pabrik nuklir (dengan kapasitas gabungan 6 GW) pada tahun 2025. Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, baru-baru ini mengatakan ada banyak alternatif - khususnya energi terbarukan - di Indonesia untuk memenuhi target pemerintah meningkatkan kapasitas daya sebesar 136,7 GW pada tahun 2025 dan 430 GW pada tahun 2050. Tenaga nuklir kontroversial karena risiko kesehatan, kerusakan lingkungan dan proliferasi nuklir (bila digunakan sebagai senjata). Bencana nuklir di Jepang pada tahun 2011 menyoroti risiko menggunakan tenaga nuklir.
Namun, Menteri Said menyatakan bahwa Indonesia akan terus mengikuti perkembangan global mengenai penggunaan tenaga nuklir, dan meskipun teknologi nuklir tidak akan menjadi pilihan dalam jangka pendek atau jangka menengah, Pemerintah bisa saja memutuskan untuk memanfaatkan sumber energi ini setelah tahun 2050 kalau dianggap perlu.
Sejak tahun 1950-an Indonesia telah bereksperimen dengan energi nuklir, dengan mengoperasikan tiga reaktor nuklir kecil di Jogjakarta (100 kilowatt), Bandung (250 kilowatt), dan Serpong (30 kilowatt).
Dalam Rencana Energi Nasional (National Energy Plan/NEP) Indonesia menetapkan target dan pedoman untuk pengembangan energi di negara ini. Sedangkan pada tahun 2006 - terakhir kali NEP direvisi - rencana ini masih memberikan ruang untuk pengembangan tenaga nuklir di Indonesia, revisi berikutnya akan menekankan penggunaan energi terbarukan (seperti tenaga geotermal dan batubara-bed methane) untuk memenuhi permintaan energi primer di negara ini. Energi terbarukan diproyeksikan untuk mengkontribusikan 23% dari total energi primer di Indonesia pada tahun 2025 (dari hanya 5% saat ini). Baru-baru ini, Dewan Energi Nasional Indonesia menyelesaikan revisi baru dari NEP yang akan segera ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo. NEP juga berisi pedoman dan sasaran mengenai komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sementara itu, peran batubara dalam campuran energi negara ini akan sedikit dikurangi dari 33% menjadi 30% dari total energi primer. Kontribusi minyak ditetapkan akan meningkat dari 20% menjadi 25% dari total campuran energi dalam satu dekade selanjutnya. Terakhir, gas alam direncanakan untuk berkontribusi sebesar 22% dari campuran energi pada tahun 2025.
Energy Mix Indonesia:
Energy Mix 2011 |
Energy Mix 2025 |
|
Minyak | 50% | 25% |
Batubara | 24% | 30% |
Gas | 20% | 22% |
Energi Terbarukan | 6% | 23% |
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini