• Stock Market & Rupiah Update Indonesia: China and Fed in Spotlight

    Indonesia's benchmark Jakarta Composite Index climbed 0.01 percent to 4,451.59 points on Wednesday (11/11) despite foreign investors recording a net sell of IDR 614.4 billion (approx. USD $45.5 million). Uncertainty persists in the global economy as more macroeconomic data from China signal weaknesses in the world's second-largest economy. Growth in output from China's factories declined to a six-month low in October (missing expectations), following earlier disappointing trade and inflation data. On the other hand, it triggers hope that Beijing will step up stimulus measures.

    Lanjut baca ›

  • Few Reasons to Get Excited about the Coal Mining Industry

    The global coal industry is still plagued by pessimistic sentiment. Not only has the global supply glut in combination with sluggish global economic growth put serious pressure on coal prices (while China introduced stricter coal quality tests on thermal coal imports), but most countries are also placing more emphasize on cleaner energy sources, which further curtail demand for coal. Coal prices are currently heading for a decade-low with January 2016 coal futures now at USD $52.55 per metric ton on the ICE Futures Exchange.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Mengimpor Lebih Banyak Beras dari Vietnam Bulan Ini

    Seperti yang disetujui pada bulan lalu, pada November ini Indonesia akan mulai mengimpor sekitar 1,5 juta ton beras dari Vietnam. Sebelumnya di tahun ini, Indonesia telah mengimpor 60.000 ton beras untuk menstabilkan harga beras karena ada kenaikan harga beras yang menguatirkan, yang Pemerintah tuduhkan terjadi karena mark-up harga oleh para pedagang pasar. Beras adalah makanan pokok untuk penduduk Indonesia, mengimplikasikan bahwa segmen masyarakat miskin menghabiskan porsi yang relatif besar dari pendapatan yang dapat dibelanjakan mereka untuk membeli beras. Ini berarti bahwa inflasi beras dapat menyebabkan kenaikan angka kemiskinan.

    Lanjut baca ›

  • Saham & Rupiah Indonesia: Tekanan Karena Inflasi RRT & Kenaikan Fed Rate

    Kebanyakan indeks saham di Asia jatuh pada perdagangan hari Selasa (10/11) karena kekuatiran bahwa kemacetan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berdampak negatif pada laju pertumbuhan ekonomi global, sedangkan pasar bersiap-siap menghadapi ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) sebelum akhir tahun. Terlebih lagi, sentimen-sentimen di Asia Tenggara tidaklah positif karena mayoritas laporan pendapatan kuartal 3 tahun 2015 tidaklah memuaskan. Bila dikombinasikan, hal ini memicu peralihan ke aset-aset yang lebih aman. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 1,08% menjadi 4.451,05 poin.

    Lanjut baca ›