• Philip Morris Akan Menjual Saham HM Sampoerna Untuk Meningkatkan Free Float

    Dalam rangka mematuhi peraturan yang baru, Philip Morris International Inc. akan meningkatkan rasio free float dari unit Indonesianya HM Sampoerna di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 1,82% menjadi 7,50%. Per Januari 2016, semua perusahaan yang terdaftar di BEI diharuskan menjual setidaknya 7,5% dari saham mereka kepada publik. Kendati begitu, saat ini Philip Morris memiliki 98,18% dari saham HM Sampoerna, manufaktur rokok terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan terbesar di BEI dalam konteks kapitalisasi pasar.

    Lanjut baca ›

  • Saham & Rupiah Indonesia Melemah karena Hasil Referendum Yunani

    Seperti yang telah diprediksi saham-saham Indonesia dan juga rupiah melemah pada pembukaan perdagangan di hari Senin pagi (06/07). Performa ini sejalan dengan arah pasar-pasar lain di Asia. Alasan utama di balik performa ini adalah hasil dari referendum Yunani, diadakan pada hari Minggu (05/07), yang menunjukkan bahwa para pemilih Yunani sangat menolak rencana-rencana reformasi yang dituntut oleh para kreditor internasionalnya. Ini secara serius membahayakan masa depan Yunani di zona euro.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Investments Menerbitkan Newsletter Edisi 5 Juli 2015

    Pada 5 Juli 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi terbaru dari newsletter-nya. Newsletter gratis ini, yang dikirimkan kepada para pelanggan kami sekali seminggu, berisi berita-berita paling penting dari Indonesia yang telah dilaporkan di website kami dalam tujuh hari terakhir. Kebanyakan topik berkaitan dengan isu-isu ekonomi seperti update terbaru dari peraturan kewajiban penggunaan rupiah, inflasi Juni, target pertumbuhan ekonomi Pemerintah, kepercayaan konsumen, pasar properti, pembangunan infrastruktur, dan banyak lagi.

    Lanjut baca ›

  • Perekonomian Indonesia: Revisi Pertumbuhan PDB, Kredit & Rupiah

    Pemerintah Indonesia merevisi target pertumbuhan perekonomian 2015. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan pada hari Jumat (03/07) bahwa target Pemerintah yang sebelumnya 5,8% pada basis year-on-year (y/y) terlalu tinggi dan tidak realistis mengingat konteks perekonomian internasional dan domestik yang tidak kondusif. Pemerintah merevisi turun target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2015 menjadi 5,2% (y/y). Djalil mengatakan bahwa perekonomian global diproyeksi untuk bertumbuh 2,9% (y/y) di 2015 dari perkiraan awal 3,5% (y/y).

    Lanjut baca ›