Pasar Saham & Rupiah Indonesia: Selling Besar-Besaran Terus Berlangsung
Penjualan secara besar-besaran terus berlangsung di Asia pada Senin (11/01). Indeks-indeks saham di Asia - yang dipimpin oleh Shanghai Composite Index Republik Rakyat Tingkok (RRT) - jatuh parah. Inflasi RRT yang teredam pada bulan Desember, Shanghai Composite Index yang terjun 5,33% hari ini, turunnya harga minyak, dan jatuhnya saham di Wall Street akhir pekan lalu (saham Amerika Serikat mengalami minggu terburuknya dalam empat tahun terakhir), membuat investor mencari aset yang aman (safe haven) seperti emas, yen Jepang dan dollar AS. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun 1,78% menjadi 4.465,48 poin.
Penghindaran risiko masih merupakan keinginan utama investor global meskipun ada pemulihan dalam lapangan pekerjaan di Amerika Serikat. Jumat lalu (08/01) telah diumumkan bahwa nonfarm payrolls AS meningkat sebesar 292.000 pada bulan Desember 2015. Saham-saham pasar negara berkembang jatuh ke level terendah dalam lebih dari enam tahun, terseret oleh saham RRT. Sementara itu, mata uang pasar negara berkembang merasakan dampak negatif dari rendahnya harga komoditas yang disebabkan oleh berlanjutnya penurunan harga minyak.
Karena perlambatan ekonomi RRT merusak prospek permintaan minyak, minyak mentah Brent merosot lebih dari 3% hari ini menjadi 32,51 dollar AS per barel.
Kurs rupiah acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) terdepresiasi sebesar 0,44% menjadi Rp 13.935 per dollar AS pada hari Senin (11/01).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini