Perekonomian Indonesia: Revisi Pertumbuhan PDB, Kredit & Rupiah
Pemerintah Indonesia merevisi target pertumbuhan perekonomian 2015. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan pada hari Jumat (03/07) bahwa target Pemerintah yang sebelumnya 5,8% pada basis year-on-year (y/y) terlalu tinggi dan tidak realistis mengingat konteks perekonomian internasional dan domestik yang tidak kondusif. Pemerintah merevisi turun target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2015 menjadi 5,2% (y/y). Djalil mengatakan bahwa perekonomian global diproyeksi untuk bertumbuh 2,9% (y/y) di 2015 dari perkiraan awal 3,5% (y/y).
Pemerintah Indonesia yakin bahwa target pertumbuhan ekonominya yang baru bisa dicapai karena Pemerintah telah menginisiasi beberapa program pertumbuhan untuk memacu pertumbuhan ekonomi (hasilnya akan dirasakan pada semester ke-2 tahun ini). Program-program ini termasuk pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemerintah dan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas iklim investasi Indonesia. Lebih jauh lagi, Bank Indonesia mengimplementasikan beberapa cara untuk mendongkrak permintaan domestik (menurunkan uang muka untuk penjualan mobil, sepeda motor, dan properti).
Pertumbuhan PDB Indonesia per Kuartal 2009–2015 (annual % change):
Tahun | Quarter I |
Quarter II | Quarter III | Quarter IV |
2015 | 4.71 | |||
2014 | 5.14 | 5.03 | 4.92 | 5.01 |
2013 | 6.03 | 5.81 | 5.62 | 5.72 |
2012 | 6.29 | 6.36 | 6.17 | 6.11 |
2011 | 6.45 | 6.52 | 6.49 | 6.50 |
2010 | 5.99 | 6.29 | 5.81 | 6.81 |
2009 | 4.60 | 4.37 | 4.31 | 4.58 |
Sumber: BPS
Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) menahan diri dari memotong tingkat suku bunganya karena negara ini sedang dibebani inflasi tinggi (7,26% y/y di Juni 2015), defisit transaksi berjalan yang lebar, dan melemahnya rupiah. Tingkat suku bunga yang relatif tinggi juga sebuah strategi untuk menghindari capital outflow kalau Federal Reserve AS memutuskan untuk meningkatan Fed Fund Rate.
Perlambatan perekonomian Indonesia dikombinasikan dengan suku bunga tinggi telah menyebabkan melambatnya permintaan pinjaman. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pada hari Jumat (03/07) bahwa pertumbuhan kredit Indonesi mungkin tidak mencapai cakupan target antara 15%-17%, namun lebih mungkin untuk mencapai 11%- 13% di setahun penuh 2015. Di lima bulan pertama tahun 2015, para peminjam Indonesia hanya mencairkan total Rp 3.792,8 triliun,pertumbuhan 10,3% dari periode yang sama pada tahun lalu.
Martowardojo mengharapkan untuk melihat perbaikan pertumbuhan kredit di semester kedua tahun ini. Performa yang membaik mungkin karena Pemerintah diprediksi untuk melanjutkan mencairkan dana untuk proyek-proyek infrastrukturnya di semester kedua tahun 2015. Di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, Pemerintah mengalokasikan 21 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk belanja infrastruktur (contohnya jalan, jembatan, bandara, pembangkit listrik, dan pelabuhan). Meskipun begitu, di semester pertama tahun 2015 hanya 8% dari dana tersebut yang telah dibelanjakan. Performa yang lemah ini terutama karena birokrasi yang berlebihan (termasuk kesulitan membebaskan tanah) yang membawa kepada penundaan proyek-proyek.
Sementara itu, polling Reuters baru-baru ini menyimpulkan bahwa rupiah adalah mata uang yang paling rentan bila Federal Reserve menaikkan suku bunga AS karena Indonesia memiliki jumlah hutang berdenominasi dollar AS berjumlah besar dan dibebani oleh perlambatan pertumbuhan perekonomian (sebuah proses yang dimulai pada tahun 2011). Para analis memprediksi bahwa rupiah akan melemah menjadi Rp 13.800 per dollar AS selama setahun ke depan. Sejauh ini di tahun ini, mata uang Indonesia telah melemah lebih dari 7% terhadap dollar AS.
Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,16% menjadi Rp 13.316 per dollar AS pada hari Jumat (03/07).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini