Pertamina Mendukung Rupiah dengan Memotong Pembelian Langsung Forex di Pasar
Dalam rangka mendukung rupiah yang sedang lemah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina akan memotong pembelian langsung foreign exchange (forex) di pasar sebanyak sekitar 50%. Pertamina bersama dengan BUMN Perusahaan Listrik Negara (PLN) berkontribusi sekitar setengah dari transaksi sehari forex karena perusahaan-perusahaan ini membutuhkan dollar Amerika Serikat (AS) untuk pembelian bahan bakar dan pembayaran hutang luar negeri.
Setelah ringgit Malaysia, rupiah adalah mata uang dengan performa terburuk kedua di Asia pada tahun 2015, melemah 18,4% terhadap dollar AS sejauh ini di tahun ini karena ancaman kenaikan suku bunga AS dan perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (menyebabkan penurunan besar harga komoditi-komoditi global). Karena rupiah yang sangat melemah menyebabkan ketidakstabilan keuangan (contohnya karena posisi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan lokal menjadi jauh lebih buruk), Bank Indonesia dan Pemerintah Indonesia sedang berusaha mendukung rupiahnya. Minggu lalu, Presiden Joko Widodo mendesak Pertamina, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dalam konteks pemasukan dan pendapatan, untuk memotong permintaan forex-nya. Saat ini, Pertamina membutuhkan sekitar 70 juta dollar AS per hari.
Justru, Pertamina akan menggunakan hutang jangka pendek forex di bank-bank lokal dan fasilitas-fasilitas penjaminan (hedging) untuk kebutuhan pembayarannya.
Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,22% menjadi Rp 14.728 per dollar AS pada hari Selasa (29/09), level terendah selama 17 tahun terakhir.
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini