Pertumbuhan Kredit di Indonesia Tidak Akan Mencapai Target Bank Indonesia
Bank Indonesia memprediksi bahwa realisasi pertumbuhan kredit akan mencapai 9-10% pada basis year-on-year (y/y) di 2015, di bawah targetnya pada 11%-13% (y/y). Sampai dengan Oktober 2015 pertumbuhan kredit bank-bank di Indonesia mencapai 10,4%, melambat dari 11,1% di bulan sebelumnya. Juda Agung, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), mengatakan pertumbuhan kredit yang melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi.
Pertumbuhan kredit di Indonesia di dua bulan yang tersisa pada tahun 2015 diperkirakan akan tetap datar dan karenanya cakupan target bank sentral (11%-13%) kemungkinan besar tidak akan tercapai. Sebenarnya, target pertumbuhan kredit Bank Indonesia telah direvisi turun sebelumnya. Pada akhir tahun 2014, bank sentral masih memproyeksikan laju pertumbuhan pada 15%-17% pada tahun 2015. Kendati begitu, target ini harus dipotong karena perlambatan ekonomi terus berlanjut.
Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan berakselerasi di 2016 (setelah lima tahun perlambatan ekonomi), ekspansi kredit diprediksi akan berakselerasi sejalan dengan itu. Bank Indonesia memproyeksikan level pertumbuhan kredit sebesar 12%-14% tahun depan. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan untuk bertumbuh pada cakupan 5,2%-5,6% menurut Bank Indonesia (dari perkiraan laju pertumbuhan 4,7% di 2015). Pertumbuhan kredit di 2016 mungkin juga didongkrak oleh perkiraan pelonggaran kebijakan moneter.
Dalam pertemuan kebijakan di bulan November Bank Indonesia sudah menurunkan Giro Wajib Minimum Primer dari 8,00% menjadi 7,50% (efektif per 1 Desember 2015), sehingga menyediakan lebih banyak ruang untuk bank-bank lokal memberikan pinjaman. Agung mengatakan bank sentral mungkin memutuskan untuk kembali mengurangi Giro Wajib Minimum Primer di tahun 2016 atau memotong suku bunga acuannya (BI rate) yang saat ini masih relatif tinggi pada 7,50%. Kendati begitu, selama BI mendeteksi tekanan-tekanan eksternal yang signifikan (yaitu kemungkinan capital outflows akibat pengetatan moneter di Amerika Serikat dan juga perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok) bank sentral akan tetap berkomitmen pada pendekatan moneter yang lebih ketat.
Asmawi Syam, Direktur Umum Bank Rakyat Indonesia (BRI), mengatakan realisasi pertumbuhan kredit BRI akan mencapai 11%-12% di 2015. Tahun depan, dia memprediksi, angka ini akan naik menjadi 15%, didukung oleh pinjaman kepada usaha-usaha kecul dan menengah. Achmad Baiquni, Direktur Jenderal Bank Negara Indonesia (BNI) mengatakan pertumbuhan kredit BNI di 2015 diprediksi akan mencapai 13%-14%. Di 2016 dia memprediksi akan ini akan bertumbuh menjadi 15%-17%.
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini