Philip Morris Akan Menjual Saham HM Sampoerna Untuk Meningkatkan Free Float
Dalam rangka mematuhi peraturan yang baru, Philip Morris International Inc. akan meningkatkan rasio free float dari unit Indonesianya HM Sampoerna di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 1,82% menjadi 7,50%. Per Januari 2016, semua perusahaan yang terdaftar di BEI diharuskan menjual setidaknya 7,5% dari saham mereka kepada publik. Kendati begitu, saat ini Philip Morris memiliki 98,18% dari saham HM Sampoerna, manufaktur rokok terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan terbesar di BEI dalam konteks kapitalisasi pasar.
Perusahaan raksasa rokok dan tembakau yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) Philip Morris International, yang membeli HM Sampoerna di tahun 2005, berusaha mengumpulkan 1 miliar dollar AS dari penjualan saham ini menurut sumber-sumber lokal. Ini akan mengimpliksikan bahwa penjualan ini akan menjadi salah satu penjualan saham terbesar di Asia Tenggara di tahun 2015. Dilaporkan bahwa Goldman Sachs Group Inc., Credit Suisse Group AG, J.P. Morgan dan Mandiri Sekuritas akan mengatur penjualan, yang diprediksi akan diadakan sebelum akhir tahun ini.
HM Sampoerna mengontrol sekitar 34% pasar tembakau Indonesia dengan tujuh fasilitas manufaktur, dua fasiliatas produksi sigaret kretek mesin dan lima fasilitas produksi sigaret kretek tangan (rokok kretek adalah rokok cengkeh yang sangat popular dan merupakan trademark dari Indonesia). Perusahaan ini menghasilkan sejumlah merek-merek rokok kretek paling terkenal di Indoensia, seperti Sampoerna Hijau, Sampoerna A Mild, dan “Raja Kretek” yang legendaris Dji Sam Soe.
Performa Saham HM Sampoerna - HMSP:
Untuk informasi lebih lanjut mengenai industri tenbakau dan peraturan Pemerintah yang mempengaruhi penjualan rokok baca kolom berikut:
• Smoking in Indonesia: Government’s Mixed Tobacco Control Policies
• Indonesian Tobacco Products Subject to Excise Tax Hike in January 2015
• Company Profile of HM Sampoerna
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini