Rights Issue Indonesia: HM Sampoerna milik Philip Morris akan Meningkatkan Free-Float
Produsen rokok terbesar Indonesia, HM Sampoerna, diprediksi akan melanjutkan rights issue yang telah direncanakannya kendati kondisi pasar saham sedang lemah. HM Sampoerna, anak perusahaan dari raksasa rokok dan tembakau yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) Philip Morris International, harus memenuhi persyaratan minimum free-float di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang baru-baru ini diubahkan.
Saat ini, Philip Morris memiliki 98,18% dari saham HM Sampoerna, sehingga hanya 1,82% yang dapat diakses publik. Namun, mulai dari Januari 2016 semua perusahaan yang terdaftar di BEI diharuskan memiliki free-float minimal 7,50%. Dalam rangka memenuhi peraturan baru ini, HM Sampoerna mengumumkan akan mengadakan rights issue 4-for-65 di Oktober 2015 yang bertujuan untuk mengumpulkan Rp 26,7 triliun dan karenanya mungkin akan menjadi rights issue terbesar di Asia Tenggara pada tahun ini (dan yang terbesar dalam sejarah Indonesia, melebihi 1,3 miliar dollar AS yang diraup Bank Mandiri di 2011). HM Sampoerna, bersama dengan perusahaan induknya Philip Morris Indonesia, mengadakan road shows di Indonesia dan luar negeri untuk menarik perhatian lembaga-lembaga investor. Pada 18 September 2015, dijadwalkan akan dilaksanakan pertemuan luar biasa pemegang saham di Jakarta untuk mendiskusikan topik ini.
Para koordinator global gabungan dari penawaran HM Sampoerna adalah Goldman Sachs Group Inc dan JPMorgan Chase & Co sementara Citigroup Inc, Credit Suisse Group AG, dan Mandiri Sekuritas menjadi book runners gabungan. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa pesanan para investor akan diterima pada periode 21 September - 2 Oktober 2015 dengan penetapan harga pada akhir September. Sebagian dari hasil penawaran ini akan digunakan untuk membayar fasilitas-fasilitas modal kerja.
HM Sampoerna, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dalam hal kapitalisasi pasar, mengontrol sekitar 34% dari pasar tembakau Indonesia dengan tujuh fasilitas manufaktur: dua fasilitas produksi kretek buatan mesin dan lima fasilitas produksi kretek buatan tangan (rokok kretek adalah rokok cengkeh yang sangat populer dan merupakan ciri khas Indonesia). Perusahaan ini memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang paling terkenal di negara ini, seperti Sampoerna Hijau, Sampoerna A Mild, dan “Raja Kretek” Dji Sam Soe yang legendaris.
Sejauh ini pada tahun ini (sampai 4 September), saham-saham HM Sampoerna telah naik 9,69%. Ini sangat berbeda dengan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah jatuh 15,53% dalam periode yang sama.
Performa Saham HM Sampoerna - (HMSP):
Top Market Capitalization at end-2014:
Perusahaan | Market Capitalization |
Bank Central Asia | IDR 320 trillion |
Astra International | IDR 301 trillion |
HM Sampoerna | IDR 295 trillion |
Telekomunikasi Indonesia | IDR 289 trillion |
Bank Rakyat Indonesia | IDR 285 trillion |
Bank Mandiri | IDR 249 trillion |
Unilever Indonesia | IDR 246 trillion |
Perusahaan Gas Negara | IDR 145 trillion |
Gudang Garam | IDR 117 trillion |
Bank Negara Indonesia | IDR 113 trillion |
Sumber: Neraca
Lanjut Baca:
• Smoking in Indonesia: Government’s Mixed Tobacco Control Policies
• HM Sampoerna Studying Higher Free Float on Indonesia Stock Exchange
• Indonesian Tobacco Products Subject to Excise Tax Hike in January 2015
• Higher Cigarette Excise; Indonesia’s Tobacco Industry in Trouble?
• Indonesian Tobacco Giant Sampoerna Shuts down Two Cigarette Plants
• Revenue or Health: Dilemma of Curbing Indonesia's Tobacco Consumption
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini