Rupiah Indonesia Menguat Tajam Kendati Proyeksi Pesimis
Rupiah Indonesia menguat secara signifikan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (21/12) kendati ada prediksi bahwa rupiah akan menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia pada tahun 2016 akibat capital outflows (karena suku bunga AS direncanakan akan semakin dinaikkan pada tahun 2016), cadangan devisa Indonesia yang menurun, dan harga-harga komoditi yang terus-menerus rendah. Berdasarkan pada Bloomberg Dollar Index, rupiah telah menguat 1,13% menjadi Rp 13.760 per dollar AS pada pukul 14:20 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada hari Senin (21/12).
Meskipun ada tendensi dollar AS untuk menguat setelah Federal Reserve AS (akhirnya) memutuskan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakannya yang terakhir, rupiah Indonesia menunjukkan performa yang luar biasa hari ini. Performa ini diperkirakan disebabkan karena penurunan ketidakjelasan di pasar setelah pengumuman kenaikan suku bunga AS dan juga pernyataan Bank Indonesia yang memprediksi rupiah yang lebih stabil dan volatilitas pasar yang berkurang setelah kenaikan Fed Fund Rate. Terlebih lagi, kenaikan suku bunga AS di masa mendatang akan dilaksanakan secara bertahap dan lembut, kata Ketua the Fed Janet Yellen.
Minggu lalu, Bank Indonesia (BI) juga mengadakan pertemuan kebijakan bulanannya dan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada level yang relative tinggi pada 7,50% karena BI ingin lebih dulu memonitor reaksi global terhadap kenaikan suku bunga AS (sebelum memutuskan apakah waktunya tepat untuk memotong BI rate). Pernyataan BI bahwa bank sentral mempertimbangkan untuk memotong tingkat suku bunganya adalah tanda bahwa kondisi makroekonomi domestik solid (dengan inflasi yang terkontrol dan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah).
Kendati begitu, meskipun bank sentral Indonesia memprediksi rupiah yang stabil pada 2016, survei terbaru Bloomberg menunjukkan bahwa para analis yakin rupiah akan menjadi mata uang Asia dengan performa terburuk di tahun 2016 (menggantikan ringgit Malaysia) akibat capital outflows dan turunnya cadangan devisa Indonesia. Pada akhir November, cadangan ini mencapai 100,2 miliar dollar AS (cadangan devisa Indonesia telah turun 10% tahun ini dan berada di level terendah sejak Desember 2013, mengimplikasikan bahwa bank sentral memiliki sumberdaya yang terbatas untuk menjaga rupiah). Indonesia dianggap sangat rentan terhadap kenaikan Fed Fund Rate karena para investor asing memegang 38% dari obligasi Pemerintah bermata uang lokal. Terlebih lagi, perekonomian Indonesia mendapat dampak negatif dari perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) karena RRT adalah mitra dagang kunci Indonesia.
Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menguat 1,14% menjadi Rp 13.872 per dollar AS pada hari Senin (21/12).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini