Saham Asia di Zona Merah, Indonesia Melawan Tren
Saham-saham Asia menghadapi tekanan pada hari Jumat (13/11) karena rendahnya harga minyak dan meningkatnya perkiraan bahwa Federal Reserve akan menaikkan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin di bulan Desember. Saham-saham sumberdaya alam menarik turun indeks-indeks saham di Australia, Hong Kong dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) lebih dari 1%. Kendati begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), melawan tren di Asia, telah naik 0,51% menjadi 4.485,12 poin pada pukul 10:20 WIB kendati indeks-indeks Asia yang ada di zona merah. Sementara itu, dollar AS menguat terhadap mata uang Asia namun tidak setajam perkiraan sebelumnya.
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah telah melemah 0,25% menjadi Rp 13.631 per dollar AS pada pukul 10:20 WIB.
Saham-saham di Asia mengikuti contoh dari saham-saham AS dan Eropa semalam. Semakin dalamnya penurunan harga minyak, logam dan komoditi-komoditi lain adalah faktor utama mengapa harga-harga saham di seluruh Eropa dan AS menurun pada hari Kamis (12/11). Dow Jones industrial Average jatuh 1,4% menjadi 17.448,07, Standard & Poor's 500 menurun 1,4% menjadi 2.045,97, dan Nasdaq composite index jatuh 1,2% menjadi 5.005,08 kemarin.
Kemarin, Ketua Federal Reserve Janet Yellen dan para presiden regional Fed William Dudley, Charles Evans dan juga Jeffrey Lacker mengeluarkan pernyataan-pernyataan namun hanya memberikan sedikit kejelasan mengenai sikap moneter bank sentral AS. Kendati begitu, berdasarkan pada sebuah polling baru-baru ini mengenai para ekonom, bisnis dan akademis yang dilaksanakan Wall Street Journal, kira-kira 92% responden memprediksi kenaikan Fed Fund Rate dalam pertemuan kebijakan yang akan dilakukan pada 15-16 Desember.
Wakil Ketua Federal Reserve Stanley Fischer menyatakan bahwa keputusan the Fed untuk mempertahankan suku bunga super rendah telah menjadi faktor kunci dalam mengamankan perekonomian. Perekonomian AS telah bertumbuh secara stabil kendati dollar AS yang memiliki nilai tukar yang kuat dan guncangan global telah menjadi penghambat.
Harga minyak mentah AS melemah 2,7% menjadi 41,75 dollar AS per barel setelah data terakhir mengindikasikan bahwa cadangan AS menunjukkan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Sementara itu, harga tembaga menyentuh level terendah selama enam tahun terakhir, sementara emas berada dalam poin terendahnya dalam waktu lebih dari lima tahun.
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini