Update Harga Konsumen Indonesia: Deflasi di September, Inflasi Tahunan Menurun
Indonesia mengalami deflasi, dengan harga konsumen turun 0,05% (month-on-month), pada September 2015 karena menurunnya harga makanan dan transportasi. Contoh dari penurunan harga makanan termasuk harga daging ayam, telur, cabai, bawang dan minyak untuk memasak. Biaya transportasi yang lebih rendah terutama disebabkan karena menurunnya biaya transportasi udara yang berkontribusi kepada deflasi. Pada basis tahunan, inflasi Indonesia menurun 6,83% di bulan September, turun dari 7,18 pada basis year-on-year (y/y) di bulan sebelumnya, dan di bawah perkiraan para analis pada 7,0 (y/y).
Pada hari Kamis (01/10), Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan data inflasi terbaru negara ini. Ketua BPS Chairman Suryamin mengatakan bahwa tekanan inflasi menurun setelah periode Ramadan dan Idul Fitri (sebuah periode yang selalu memicu konsumsi) sementara pengawasan akurat Pemerintah terhadap harga makanan telah memberikan hasil.
Kendati begitu, inflasi inti, yang mengecualikan harga-harga yang tidak stabil (seperti harga makanan dan harga barang yang ditentukan pemerintah) naik menjadi 5,07% (y/y) di bulan September dari 4,92% (y/y) di bulan sebelumnya.
Inflasi Headline di Indonesia:
Periode | 2013 |
2014 |
2015 |
September (bulan/bulan) |
-0.35% | 0.27% | -0.05% |
Calendar Year (Jan-Sep) |
7.57% | 3.71% | 2.24% |
Inflasi Tahunan (Sep'14-Sep'15) |
8.40% | 4.53% | 6.83% |
Sumber: BPS
Di sembilan bulan pertama tahun 2015, inflasi Indonesia (tahun kalender) berada pada 2,24%, mengimplikasikan bahwa masih mungkin untuk berada di cakupan target bank sentral pada 3% - 5% (y/y) pada tahun ini. Inflasi tahunan pada saat ini masih tinggi (6,83%) karena kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada akhir tahun 2014. Kemarin, Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa harga bahan bakar tidak akan dinaikkan di kuartal ke-4 tahun 2015 (setiap kuartal Pemerintah menetapkan harga bahan bakar berdasarkan pada pergerakan harga minyak mentah global) dan karenanya tingkat inflasi tahunan seharusnya terus menurun menjelang akhir tahun. Kendati begitu, tetap ada risiko yang disebabkan oleh rupiah yang lemah (yang menyebabkan inflasi impor). Menjelang ancaman kenaikan suku bunga di AS, rupiah telah melemah hampir 18% terhadap dollar AS sejauh ini di tahun 2015.
Inflasi di Indonesia:
Bulan | Monthly Growth 2013 |
Monthly Growth 2014 |
Monthly Growth 2015 |
Januari | 1.03% | 1.07% | -0.24% |
Februari | 0.75% | 0.26% | -0.36% |
Maret | 0.63% | 0.08% | 0.17% |
April | -0.10% | -0.02% | 0.36% |
Mei | -0.03% | 0.16% | 0.50% |
Juni | 1.03% | 0.43% | 0.54% |
Juli | 3.29% | 0.93% | 0.93% |
Augustus | 1.12% | 0.47% | 0.39% |
September | -0.35% | 0.27% | -0.05% |
Oktober | 0.09% | 0.47% | |
November | 0.12% | 1.50% | |
Desember | 0.55% | 2.46% | |
Total | 8.38% | 8.36% | 2.24% |
Sumber: BPS
Inflasi di Indonesia 2008-2014:
2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
Inflasi (annual percent change) |
9.8 | 4.8 | 5.1 | 5.4 | 4.3 | 8.4 | 8.4 |
Sumber: Bank Dunia
Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menguat 0,02% menjadi Rp 14.654 per dollar AS pada hari Kamis (01/10). Kendati begitu, JISDOR telah melemah 17,8% terhadap dollar AS sejak awal tahun ini.
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini