Update Inflasi Indonesia: Harga Beras Menyebabkan Tekanan Inflasi
Tingkat inflasi di Indonesia diperkirakan makin menurun pada Februari 2015 karena harga bahan-bahan makanan menurun. Pengecualian ada pada harga beras. Harga beras telah meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12 ribu per kilogram di bulan Februari. Harga beras yang lebih tinggi disebabkan karena banyaknya halangan dalam operasi-operasi untuk distribusi raskin dikombinasikan dengan musim panen yang terlambat di tahun ini (antara Maret dan Juni). Fluktuasi harga beras, makanan pokok untuk 250 juta penduduk Indonesia, memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
Pada Februari 2015, inflasi tahunan Indonesia diperkirakan akan berkurang menjadi 6,70% dari 6,96% pada bulan sebelumnya. Pada akhir tahun lalu, tingkat inflasi meningkat karena Pemerintah Indonesia menerapkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang lebih tinggi (pada November 2014). Namun, Pemerintah mampu mereformasi kebijakan harga BBM bersubsidi pada Januari 2015 (menyebabkan penurunan harga bahan bakar) di tengah menurunnya harga minyak dunia. Menurunnya tingkat inflasi membuat bank sentral di Indonesia (Bank Indonesia) memutuskan untuk menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) sebanyak 25 point menjadi 7,50% dalam pertemuan Dewan Gubernur BI pada 17 Februari. Bermunculan spekulasi yang menyatakan bahwa BI mungkin akan menurunkan BI rate lagi pada tahun ini karena dampak negatif (yaitu capital outflow yang disebabkan oleh karena ancaman kenaikan tingkat bunga Amerika Serikat) kemungkinan bisa diimbangi dengan stimulus moneter di Uni Eropa dan Jepang (stimulus ini diperkirakan akan menyebabkan masuknya modal di pasar-pasar berkembang termasuk Indonesia). Sementara itu, nilai rupiah yang semakin lemah berarti neraca perdagangan Indonesia (serta neraca transaksi berjalan) akan membaik karena produk-produk impor menjadi lebih mahal sedangkan produk-produk ekspor menjadi lebih murah dan lebih kompetitif di pasar dunia. Oleh karena itu, BI diperkirakan tidak akan terlalu banyak melakukan intervensi di dalam pasar untuk mendukung nilai rupiah. Rupiah adalah salah satu mata uang terlemah (terhadap dollar AS) di antara mata uang negara-negara berkembang di Asia pada tahun 2015, telah menurun sekitar 4% mendekati Rp 13 ribu per dollar AS (level yang sama setelah Krisis Keuangan Asia pada akhir 1990an).
Indonesian Rupiah versus US dollar:
| Source: Bank IndonesiaMeskipun kebanyakan analis percaya bahwa tingkat inflasi di Indonesia menurun pada Februari (harga cabai, daging dan bawang telah menurun), ada sejumlah opini yang menyatakan bahwa mungkin akan ada peningkatan inflasi, bukan hanya karena peningkatan harga beras namun juga karena menurunnya nilai tukar tupiah (terhadap dollar AS) yang menyebabkan inflasi karena harga barang-barang impor menjadi lebih mahal.
Selain masalah distribusi dan panen yang lambat pada tahun ini, perubahan struktur di Bulog (badan pemerintah yang mengatur program raskin) juga dituduh ikut menyebabkan kenaikan harga beras karena Bulog kini mendistribusikan beras lewat para pedagang yang menjadi pihak ketiga.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan untuk menerbitkan nilai tingkat inflasi bulan Februari pada hari Senin (2 Maret).
Inflasi di Indonesia:
Bulan | Monthly Growth 2013 |
Monthly Growth 2014 |
Monthly Growth 2015 |
Januari | 1.03% | 1.07% | -0.24% |
Februari | 0.75% | 0.26% | |
Maret | 0.63% | 0.08% | |
April | -0.10% | -0.02% | |
Mei | -0.03% | 0.16% | |
Juni | 1.03% | 0.43% | |
Juli | 3.29% | 0.93% | |
Augustus | 1.12% | 0.47% | |
September | -0.35% | 0.27% | |
Oktober | 0.09% | 0.47% | |
November | 0.12% | 1.50% | |
Desember | 0.55% | 2.46% | |
Total | 8.38% | 8.36% | -0.24% |
Sumber: Statistics Indonesia (BPS)
Inflasi di Indonesia 2008-2014:
2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
Inflasi (annual percent change) |
9.8 | 4.8 | 5.1 | 5.4 | 4.3 | 8.4 | 8.4 |
Sumber: World Bank
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini