Update Mata Uang Indonesia: Rupiah Menguat, Dollar Amerika Melemah
Nilai tukar rupiah mengawali minggu ini dengan posisi kuat karena dollar Amerika Serikat (AS) melemah akibat ketidakjelasan mengenai waktu kenaikan suku bunga AS. Kontras dengan dugaan awal, meeting Federal Reserve yang terakhir (diadakan 17-18 Maret) mengindikasikan bahwa belum akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu singkat di negara dengan ekonomi terbesar. Hal ini mendorong meningkatnya minat untuk aset-aset pasar negara berkembang. Apalagi, Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia berjanji akan menjaga stabilitas rupiah.
Dalam beberapa bulan terakhir, dollar AS menguat tinggi terhadap hampir semua mata uang akibat ancaman pengetatan moneter di AS. Rupiah jatuh ke nilai tukar terendah selama 17 tahun terakhir terhadap dollar AS di minggu yang lalu. Namun, suku bunga AS tidak naik sesuai dengan prediksi. Pada pertemuan membahas kebijakan yang terakhir oleh Federal Reserve AS, institusi ini menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi AS 2015-nya dan menyatakan bahwa inflasi masih terlalu rendah. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga tiba-tiba kemungkinan besar tidak akan terjadi. Para analis kini memprediksi adanya acuan yang lebih tinggi untuk Fed Fund Rate di September 2015. Akibatnya, aset-aset di negara-negara berkembang menjadi semakin menarik untuk jangka pendek.
Performa rupiah hari ini sejalan dengan performa mata uang (dan saham) dari negara-negara berkembang lain di Asia Tenggara. Nilai tukar rupiah naik 0,78% menjadi Rp 13.022 per dollar AS pada hari Senin (23/03) menurut Bloomberg Dollar Index.
Menilik faktor-faktor domestik, rupiah masih didukung oleh faktor-fakor yang sama yang berkontribusi memberikan sentimen positif pada pasar di minggu yang lalu: surplus perdagangan Indonesia senilai 0,74 miliar dollar AS pada bulan Februari, dan pernyataan-pernyataan Pemerintah dan bank sentral bahwa mereka akan mendukung stabilitas rupiah. Pemerintah Indonesia mengumumkan akan mengimplementasikan sejumlah reformasi untuk mendukung penguatan rupiah, sementara Bank Indonesia (BI) tampaknya sudah meninggalkan posisi sebelumnya yang menyatakan BI nyaman dengan nilai tukar rupiah yang lemah karena akan memperbaiki defisit transaksi berjalan yang besar.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan pada hari Senin (23/03) bahwa kementeriannya akan bekerja sama dengan bank sentral untuk memperkuat stabilitas rupiah. Brodjonegoro menambahkan bahwa Pemerintah perlu lebih serius dalam mengurangi defisit transaksi berjalan, yang diprediksi akan tetap ada di level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini.
Namun, nilai tukar rupiah yang menjadi acuan BI (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate disingkat JISDOR) menurun 0,01% menjadi Rp 13.076 per dollar AS pada hari Senin (23/03).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaSementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,11% menjadi 5.437,10 poin pada hari Senin (23/03).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini