Update Pasar Indonesia: Indeks Harga Saham Gabungan Jatuh, Rupiah Menguat
Indeks-indeks saham di Asia menunjukkan hasil yang bercampur antara baik dan buruk di hari perdagangan pertama minggu ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 2,11% menjadi 4.120,50 poin (terendah dalam dua tahun terakhir), sementara rupiah (secara tidak terduga) menguat 0,13% menjadi Rp 14.674 per dollar Amerika Serikat (AS) menurut Bloomberg Dollar Index. Sementara itu, pasar-pasar Eropa turun setelah dibuka pada hari Senin (28/09). Apa yang mempengaruhi pasar hari ini?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):
Pasar kembali dibebani oleh data dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT), negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Kekuatiran mengenai penurunan besar-besaran perekonomian RRT meningkat karena keuntungan industrial negara ini menurun 8,8% pada basis year-on-year (y/y) di bulan Agustus 2015, yang terendah dalam setidaknya empat tahun terakhir dan memburuk dari penurunan 2,9% (y/y) di bulan sebelumnya.
Pasar masih menunggu data lain dari RRT dan Jepang yang akan diumumkan dalam minggu ini. Data-data ini adalah purchasing manufacturing managers’ index (PMI) resmi dari RRT untuk bulan September dam Caixin/Markit PMI final (keduanya akan diumumkan pada hari Kamis ini), dan juga produksi industri serta sentimen perusahaan di Jepang.
Karena menguatnya yen, saham-saham Jepang yang berkaitan dengan ekspor jatuh dan karenanya menarik turun indeks Nikkei 225 sebesar 1,32%. Shanghai Composite Index dari RRT terus menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi. Setelah turun kita-kira 1,60% pagi ini, indeks ini akhirnya ditutup menguat 0,27%.
Pasar-pasar Eropa turun karena kekuatiran mengenai RRT dan juga karena penurunan 20% dari saham Glencore, sebuah perusahaan perdagangan komoditi dan pertambangan Anglo-Swiss, akibat kekuatiran mengenai kombinasi rendahnya harga komoditi dan juga kemampuan perusahaan ini untuk memenuhi target pembayaran hutangnya.
Pasar juga sedang menunggu non-farm payrolls AS (diumumkan Jumat ini) untuk mencari indikasi apakah kondisi pasar tenaga kerja AS cukup solid untuk mengatasi pendekatan kebijakan moneter yang lebih ketat. Minggu lalu, Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengatakan bahwa bank sentral masih berencana untuk menaikkan suku bunga AS sebelum akhir tahun. Kendati begitu, tindakan ini tetap bergantung pada data. Data pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang kuat (pertumbuhan PDB di kuartal 2 tahun 2015 direvisi naik menjadi 3,9% quarter-to-quarter pada Jumat lalu), memicu meningkatnya prediksi kenaikan Fed Fund Rate. Menjelang ancaman kenaikan Fed Fund Rate ini, aset-aset negara berkembang tetap berada di bawah tekanan karena ketidakjelasan yang berlanjut mengenai waktu kenaikan ini.
Rupiah mengalami hari yang penuh ketidakstabilan. Beberapa kali menyentuh Rp 14.770 per dollar AS namun pada akhir perdagangan hari ini telah menguat 0,13% menjadi Rp 14.674 per dollar AS (Bloomberg Dollar Index). Dilaporkan bahwa para importir lokal membeli dollar AS, permintaan dollar AS untuk pembayaran hutan dan juga pengembalian modal asing di akhir kuartal membebani nilai tukar rupiah. Kemungkinan intervensi bank sentral adalah alasan dibalik penguatan rupiah di siang ini.
Kendati begitu, nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) melemah 0,04% menjadi Rp 14.696 per dollar AS pada hari Senin (28/09).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini