Update Saham & Rupiah Indonesia: Mengakhiri Kuartal yang Lemah dengan Angka Lebih Tinggi
Kebanyakan indeks saham Asia menguat pada hari Rabu, dipimpin oleh Indeks Nikkei 225 di Jepang yang naik 2,70% karena prediksi akan adanya tindakan-tindakan stimulus dari Pemerintah. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,09% menjadi 4.223,91 poin karena didukung oleh indeks-indeks saham yang naik di wilayah ini. Sementara itu, rupiah menguat 0,26% menjadi Rp 14.653 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):
Kendati begitu, para investor tetap berhati-hati karena sedikit yang percaya bahwa pasar ekuitas telah menyentuh titik terendahnya. Oleh karena itu, volatilitas diprediksi akan berlanjut ke kuartal ke-4 tahun ini. Lampu sorot akan tetap berfokus pada kebijakan moneter Federal Reserve Amerika Serikat (AS). Pada hari ini, Ketua the Fed Janet Yellen akan berpidato dan mungkin akan memberikan sedikit penjelasan mengenai apakah suku bunga AS pasti akan dinaikkan sebelum tahun ini berakhir. Dalam pidatonya di Universitas Massachusetts minggu lalu, dia mengatakan bahwa Federal Reserve masih berencana untuk menaikkan Fed Fund Rate sebelum tahun baru.
Berkaitan dengan kenaikan suku bunga AS, pasar bersemangat menunggu data kunci non-farm payrolls AS yang akan diumumkan pada hari Jumat yang menyediakan lebih banyak informasi mengenai apakah kondisi pasar tenaga kerja AS cukup solid untuk menjustifikasi kenaikan suku bunga.
Glencore, pedagang komoditi dan bahan tambang yang kehilangan sepertiga dari nilai sahamnya pada hari Senin (28/09) karena kekuatiran mengenai rendahnya harga komoditi-komoditi dan target pembayaran hutang, terus naik pada hari Rabu (setelah naik sekitar 10% pada hari Selasa) dan karenanya memperbaiki sebagian besar dari kerugiannya. Rebound yang kuat ini berhasil menenangkan pasar global karena kekuatiran sebelumnya adalah bahwa Glencore yang bergerak di bidang pertambangan bisa bernasib seperti Lehman Brothers.
Setelah hari perdagangan terakhir di kuartal 2 tahun 2015 selesai, pasar-pasar di Asia secara resmi mengalami kuartal terburuk sejak empat tahun. Selain ancaman kenaikan suku bunga AS, pasar global diguncang di kuartal 3 tahun 2015 oleh keputusan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk mendevaluasi yuan di bulan Agustus dan menyebabkan Shanghai Composite Index kehilangan sekitar 25% dari nilainya. Hal ini juga memicu kekuatiran internasional mengenai penurunan perekonomian Asia secara besar-besaran (penjualan saham skala global) dan karenanya menyebabkan kekuatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global dan semakin menurunnya harga-harga komoditi. Terlebih lagi, yuan yang lebih lemah memberikan tekanan yang berat pada mata uang negara-negara berkembang lainnya (termasuk rupiah) karena mata uang-mata uang ini perlu melemah supaya tetap kompetitif.
Kemarin, International Monetary Fund (IMF) memperingatkan bahwa pasar ekuitas global mengalami pemerasan likuiditas setelah beberapa tahun diberlakukannya suku bunga rendah dan pelonggaran moneter oleh bank-bank sentral kunci di dunia (Federal Reserve dan rekan-rekan sejawatnya di Eropa dan Jepang) yang mendorong pengambilan risiko.
Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menguat 0,48% menjadi Rp 14.657 per dollar AS pada hari Rabu (30/09).
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaBahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini