Indonesia Pemegang Saham Terbesar ke-8 di Asian Infrastructure Investment Bank
Indonesia adalah pemegang saham terbesar ke-8 di Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang baru saja didirikan. Kementerian Keuangan Indonesia mengumumkan di awal minggu ini bahwa Indonesia akan menginvestasikan 672,1 juta dollar AS di AIIB selama lima tahun ke depan. AIIB adalah sebuah lembaga keuangan multilateral yang baru (dipelopori oleh Republik Rakyat Tiongkok) yang menyediakan dana untuk proyek pembangunan infrastruktur di wilayah Asia Pasifik.
Pada awalnya, AIIB memiliki modal yang disetujui senilai 50 miliar dollar AS. Ini diprediksi akan bertumbuh menjadi 100 miliar dollar AS.
Tujuan utama dari AIIB adalah untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang besar di negara-negara dengan perekonomian rendah dan menengah di seluruh Asia. Negara-negara dengan perkonomian yang berkembang ini membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial. AIIB dijadwalkan untuk memulai operasinya di kuartal 1 tahun 2016.
Berdasarkan pada Pasal-Pasal Persetujuan, 75% dari total modal AIIB disediakan oleh "negara-negara regional " (menunjuk pada negara-negara Asia dan Timur Tengah), sementara sisa 25% disediakan oleh "negara-negara non-regional " (negara-negara Eropa).
Menteri Keuangan Indonesia Bambang Brodjonegoro mewakili Indonesia di Beijing (Republik Rakyat Tiongkok) pada hari Senin (29/06) untuk menandatangani Pasal-Pasal Persetujuan dari lembaga bari ini dalam sebuah upacara penandatanganan. Indonesia adalah salah satu dari 50 anggota pendiri yang mendukung pendirian AIIB. Menurut Brodjonegoro, AIIB akan berkontribusi secara signifikan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia. Meskipun begitu, karena Indonesia membutuhkan sekitar 450 miliar dollar AS untuk pendanaan infrastruktur selama lima tahun mendatang, tidaklah mungkin bahwa hanya satu lembaga multilateral seperti AIIB, Bank Dunia atau Asian Development Bank dapat menyediakan semua sumberdaya keuangan yang dibutuhkan.
Oleh beberapa pihak, lembaga baru ini dipandang sebagai tantangan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terhadap Bank Dunia dan ADB, yang dianggap didominasi oleh negara-negara maju. RRT dapat menggunakan AIIB untuk mendorong kepentingan geopolitik dan perekonomiannya terutama karena negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini memiliki 26% hak pilih (dan adalah pemegang saham terbesar di AIIB dengan kepemilikan saham 30,3%) di dalam lembaga ini. Hak pilih di AIIB ditentukan oleh ukuran dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan kontribusi modal. Amerika Serikat dan Jepang menolak untuk bergabung dengan AIIB karena kekuatiran-kekuatiran tentang keberlanjutan hutang, tata kelola, dan perlindungan lingkungan hidup. Meskipun begitu, beberapa negara maju lainnya menjadi anggota pendiri dari AIIB, yaitu Inggris, Jerman dan Australia.
Anggota Paling Besar AIIB:
Negara | Saham |
1. China | 30.3% |
2. India | 8.4% |
3. Russia | 6.5% |
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini