• Poverty Rate Indonesia: 11.1% of Population in September 2015

    On Monday (04/01) Indonesia's Statistics Agency (BPS) announced that the number of Indonesian people living below the poverty line stood at 28.51 million people in September 2015, or 11.13 percent of the total Indonesian population. Compared to March 2015 the number of Indonesians living below the poverty line fell by 80,000 people. However, compared to September 2014 the number rose by 78,000 people. BPS releases poverty figures twice per year covering the months March and September.

    Read column ›

  • S&P: Indonesia's Banking Industry Stable but Profitability May Weaken

    New York-based financial services firm Standard & Poor's stated that Indonesia's banking industry will feel the negative impact of Indonesia's sluggish economic growth in combination with persistently low commodity prices next year. This combination may weaken profitability of the nation's banking industry. S&P puts Indonesia's economic growth in 2016 at 5 percent (y/y), below the International Monetary Fund's and World Bank's forecast as well as the central government's target, all at 5.3 percent (y/y).

    Read column ›

  • Paket Stimulus ke-8 Indonesia: Pajak Impor, Kilang Minyak & Kebijakan Satu-Peta

    Pada hari Senin (21/12), Pemerintah Indonesia meluncurkan paket stimulus ekonomi ke-8. Paket terbaru ini dari serangkaian paket kebijakan - semuanya bertujuan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi - mencakup tiga kebijakan. Pertama, menghapuskan pajak impor untuk 21 kategori suku cadang pesawat. Kedua, insentif fiskal dan non-fiskal untuk pengembangan kilang minyak. Ketiga, Pemerintah Pusat akan merampingkan dan menyelaraskan proses akuisisi lahan untuk pembangunan infrastruktur di seluruh negeri menggunakan "kebijakan satu-peta" yang baru.

    Read column ›

  • Bank Dunia Menerbitkan Indonesia Economic Quarterly "Reformasi di Tengah Ketidakpastian"

    Hari ini, Bank Dunia menerbitkan edisi terbaru dari publikasi andalannya Indonesia Economic Quarterly berjudul “Reformasi di Tengah Ketidakpastian". Dalam edisi ini, lembaga yang bermarkas di Washington ini menyatakan bahwa kondisi global masih tetap tidak menguntungkan meskipun kondisi pasar keuangan telah stabil sejak Oktober. Sementara itu, Indonesia terkena dampak negatif dari kebakaran hutan dan kabut asap beracun akibat perbuatan manusia yang merugikan Indonesia kira-kira Rp 221 triliun (atau 1,9% dari produk domestik bruto negara ini) dalam waktu lima bulan.

    Read column ›