Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sebesar 5.2-5.3% pada Tahun 2014
Pemerintah mengakui sulit mengejar target pertumbuhan yang ditetapkan dalam APBN-P 2014 yakni sebesar 5.5 persen. Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bahkan memperkirakan Indonesia harus bekerja keras mengejar pertumbuhan di level 5.3 persen. “Kita mencoba realistis. Mudah-mudahan di semester II bisa memperbaiki jadi sedikit bisa ke 5.3 persen. Outlook range kami di 5.2-5.3 persen,” tutur Bambang, pekan ini.
Dia menjelaskan Indonesia tidak bisa memaksa pertumbuhan supaya bisa di atas 5.3 persen karena sumbangan dari belanja pemerintah dan ekspor belum akan siginifkan pada tahun ini. Kondisi tersebut membuat pertumbuhan ekonomi kuartal I dan II/2014 hanya di level 5.22 persen dan 5.12 persen.
Indonesia's Quarterly GDP Growth 2009–2014 (annual % change):
Year | Quarter I |
Quarter II | Quarter III | Quarter IV |
2014 | 5.22 | 5.12 | ||
2013 | 6.03 | 5.89 | 5.62 | 5.78 |
2012 | 6.29 | 6.36 | 6.16 | 6.11 |
2011 | 6.45 | 6.52 | 6.49 | 6.50 |
2010 | 5.99 | 6.29 | 5.81 | 6.81 |
2009 | 4.60 | 4.37 | 4.31 | 4.58 |
Source: Statistics Indonesia (BPS)
Gross Domestic Product of Indonesia 2006-2013:
2006 | 2007 | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | |
GDP (in billion USD) |
285.9 | 364.6 | 432.1 | 510.2 | 539.4 | 706.6 | 846.8 | 878.0 |
GDP (annual percent change) |
5.5 | 6.3 | 6.1 | 4.6 | 6.1 | 6.5 | 6.2 | 5.8 |
GDP per Capita (in USD) |
1,643 | 1,923 | 2,244 | 2,345 | 2,984 | 3,467 | 3,546 | 3,468 |
Sources: World Bank, International Monetary Fund (IMF) and Statistics Indonesia (BPS)
Sebagai informasi, pada kuartal I/2014, belanja pemerintah hanya tumbuh negatif (0.7 persen) jauh lebih rendah dibandingkan kuartal II/2013 yakni 2.2 persen. Sementara itu, ekspor pada kuartal II/2014 hanya tumbuh negatif (1.0 persen) sementara pada kuartal II/2013 bisa 4.8 persen.
Namun, Bambang berharap ekspor akan sedikit membaik di semester II sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Terlebih, mulai Agustus, diperkirakan sudah ada beberapa perusahaan seperti PT Freeport Indonesia yang mengekspor mineral konsentrat. Nilai ekspor pun bisa terdongkrak. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor semester I/2014 hanya menembus USD $88.83 miliar atau turun 2.46 persen dibandingkan semester I/2013.
“Mudah-mudahan di semester II akan rebound ekspornya dengan mulainya ekspor tambang jadi mudah-mudahan bisa kembali ke surplus,” papar Bambang.
Merujuk pada data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam empat tahun terakhir hampir selalu meleset dari target, kecuali di tahun 2010 di mana pertumbuhan ekonomi justru jauh di atas targetnya. Dalam setahun terakhir, Indonesia bahkan kesulitan mengejar pertumbuhan di atas 6 persen. Melemahnya investasi serta ekspor menjadi salah satu penyebabnya. Investasi melambat karena keputusan pemerintah dan Bank Indonesia untuk menstabilkan defisit transaksi berjalan. Upaya tersebut salah satunya adalah dengan menaikkan suku bunga acuan menghambat pertumbuhan investasi. Sementara itu, ekspor anjlok karena pemberlakua larangan ekspor mineral mentah per 12 Januari 2014 menyusul diberlakukannya UU No.4 Tahun 2009 Mengenai Minerba. Padahal, ekspor mineral mentah merupakan komoditas andalan Indonesia.
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini