Update Inflasi Indonesia: Tekanan Musiman Meningkat di Bulan Juni
Bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) memprediksi kenaikan inflasi di bulan Juni dan Juli karena perayaan Ramadan dan Idul Fitri, kemungkinan dampak fenomena cuaca El Nino, dan tahun ajaran baru. Bank Indonesia memprediksi akan ada inflasi 0,66% pada basis month-to-month (m/m) di bulan Juni 2015, yang terutama didorong oleh harga bahan pangan yang tidak stabil (fenomena normal menjelang Idul Fitri). Pada basis year-on-year (y/y), inflasi Indonesia diprediksi untuk meningkat menjadi 7,40%, dari 7,15% di bulan Mei.
Bulan puasa yang suci bagi umat Islam (Ramadan) dan dilanjutkan perayaan Idul Fitri selalu menyebabkan tekanan inflasi di periode Juni-Juli (biasanya puncak inflasi yang lain terjadi di periode Desember-Januari karena perayaan Natal dan tahun Baru) karena konsumen meningkatkan belanja untuk berbagai produk (seperti makanan, pakaian, sepatu, tas, dan lain-lain). Ini berarti bahwa Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan usaha-usaha untuk menjaga kelancaran aliran barang (jaringan distribusi) dan menghindari peningkatan inflasi dengan memastikan suplai komoditi dapat mencapai konsumen di seluruh wilayah negara kepulauan ini. Di beberapa wilayah, gangguan jaringan distribusi telah menyebabkan inflasi tinggi. Salah satu masalah utama Indonesia adalah kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur, dan karenanya menyebabkan biaya logistik yang tinggi dan kurangnya suplai.
Sementara itu, semakin diyakini bahwa fenomena cuaca El Nino akan berdampak di Indonesia di beberapa bulan ke depan. Selama beberapa bulan terakhir, telah muncul laporan-laporan bahwa musim kemarau yang lebih kering dari biasanya telah memberikan dampak negatif pada panen komoditi-komoditi agrikultur di beberapa wilayah di Asia Tenggara.
Inflasi di Indonesia:
Bulan | Monthly Growth 2013 |
Monthly Growth 2014 |
Monthly Growth 2015 |
Januari | 1.03% | 1.07% | -0.24% |
Februari | 0.75% | 0.26% | -0.36% |
Maret | 0.63% | 0.08% | 0.17% |
April | -0.10% | -0.02% | 0.36% |
Mei | -0.03% | 0.16% | 0.50% |
Juni | 1.03% | 0.43% | |
Juli | 3.29% | 0.93% | |
Augustus | 1.12% | 0.47% | |
September | -0.35% | 0.27% | |
Oktober | 0.09% | 0.47% | |
November | 0.12% | 1.50% | |
Desember | 0.55% | 2.46% | |
Total | 8.38% | 8.36% | 0.42% |
Sumber: BPS
Inflasi di Indonesia 2008-2014:
2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
Inflasi (annual percent change) |
9.8 | 4.8 | 5.1 | 5.4 | 4.3 | 8.4 | 8.4 |
Sumber: Bank Dunia
Standard Chartered, perusahaan perbankan dan jasa finansial multinasional yang bermarkas di Inggris, memprediksi bahwa inflasi Indonesia akan naik 0,6% (m/m), atau, 7,3% (y/y) di bulan Juni 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan karena meningkatnya permintaan konsumen pada bulan Ramadan. Sementara itu, inflasi inti diprediksi tidak berubah pada 5,0% (y/y) menurut Standard Chartered. Meskipun begitu, bank ini memprediksi inflasi Indonesia akan menurun menjadi 3,7% (y/y) pada akhir 2015.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga menambah tekanan inflasi karena ini meningkatkan biaya untuk perusahaan-perusahaan yang bergantung pada barang-barang impor. Sejauh ini di bulan Juni, nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menurun 1,10% menjadi Rp 13.356 per dollar AS pada hari Senin (29/06). Perlambatan perekonomian Indonesia, inflasi tinggi, tingkat suku bunga bank sentral yang tinggi, dan menurunnya rupiah telah menyebabkan daya beli masyarakat Indonesia menurun.
Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):
| Source: Bank IndonesiaGubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo baru-baru ini menyatakan bahwa ibu kota Indonesia di Jakarta menyumbang sekitar 20 persen dari total inflasi nasional di Indonesia. Tekanan inflasi di Jakarta sebagian besar disebabkan oleh tiga komponen: sewa properti, transportasi umum, dan harga pangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angkah resmi inflasi Indonesia di bulan Juni pada 1 Juli 2015.
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini