Bisnis di Indonesia: Investasi Bertumbuh namun Hambatan Pantang Mundur
World Investment Report 2015 menyatakan bahwa masuknya investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia bertumbuh 20% year-on-year (y/y) menjadi 23 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2014. Maka pertumbuhan FDI di Indonesia melewati pertumbuhan FDI yang dicatat di Singapura (+4% y/y menjadi 68 miliar dollar AS) dan Vietnam (+3% menjadi 9,2 miliar dollar AS), menimbulkan optimisme bahwa Indonesia - negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara - akan terus menjadi tujuan investasi yang menguntungkan di Benua Asia untuk investor asing di tahun-tahun mendatang.
Karena Pemerintah Indonesia saat ini telah menyebutkan investasi (asing dan domestik) sebagai sebuah pilar penting untuk pertumbuhan perekonomian, Indonesia telah melakukan usaha-usaha untuk memuluskan iklim investasi domestik dalam rangka menarik lebih banyak investasi. Iklim investasi saat ini masih dibebani kesulitan birokrasi. Oleh karena itu, Indeks Doing Business 2015 dari Bank Dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 114, jauh di belakang mitra-mitra regionalnya. Salah satu hambatan utama untuk investasi di Indonesia adalah mengurus izin-izin bisnis yang dibutuhkan; ini adalah kegiatan yang memakan waktu dan relatif mahal.
Pada bulan Januari 2015, Presiden Indonesia Joko Widodo secara resmi meluncurkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, disingkat PTSP, di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Layanan baru ini bertujuan untuk menyederhanakan prosedur-prosedur perizinan untuk proyek-proyek investasi. Sejak awal berdirinya PTSP, para investor tidak lagi perlu mengunjungi berbagai kementerian atau lembaga pemerintah untuk mendapatkan izin namun cukup datang ke PTSP di BKPM. Meskipun begitu, setelah enam bulan beroperasi, kita kini menunggu analisis apakah jasa ini betul-betul berdampak signifikan pada realisasi investasi.
Ranking Melakukan Bisnis 2015:
1. | Singapura |
2. | Selandia Baru |
3. | Hong Kong |
4. | Denmark |
5. | Korea Selatan |
6. | Norwegia |
7. | Amerika Serikat |
18. | Malaysia |
19. | Taiwan |
26. | Thailand |
29. | Jepang |
78. | Vietnam |
90. | Cina |
95. | Filipina |
114. | Indonesia |
Sumber: World Bank 'Doing Business 2015'
Kemudahan Melakukan Bisnis di Indonesia:
Mohon dicatat bahwa - kalau mengklik pranala di bawah ini, Anda akan tersambung dengan website Bank Dunia - ranking di 2014 yang disebutkan di website Bank Dunia ini bukanlah ranking yang diterbitkan di tahun lalu melainkan sebuah rangking perbandingan untuk Laporan Doing Business 2014 yang menangkap dampak dari faktor-faktor tersebut untuk koreksi data.
Subject |
2014 Rank | 2015 Rank |
Starting a Business | 158 | 155 |
Dealing with Construction Permits |
150 | 153 |
Getting Electricity |
101 | 78 |
Registering Property | 112 | 117 |
Getting Credit | 67 | 71 |
Protecting Minority Investors | 43 | 43 |
Paying Taxes | 158 | 160 |
Trading Across Borders | 61 | 62 |
Enforcing Contracts | 171 | 172 |
Resolving Insolvency | 71 | 75 |
Sumber: World Bank 'Doing Business 2015'
Franky Sibarani, Ketua BKPM, mengatakan bahwa BKPM saat ini berkoordinasi dengan beberapa kementerian dan lembaga pemerintah yang lain untuk memperbaiki 7 dari 10 indikator bisnis untuk Indonesia. Indikator-indikator ini adalah memulai awal bisnis, berurusan dengan izin konstruksi, mendaftarkan properti, mendapatkan listrik, membayar pajak, pelaksanaan kontrak dan menyelesaikan kasus-kasus insolvensi. Sibarani mengumumkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menunjukkan perbaikan pada kategori-kategori ini kepada Bank Dunia dan karenanya berharap untuk melihat perbaikan di ranking Bank Dunia selanjutnya (diterbitkan kemudian di tahun ini).
Subyek-subyek lain yang membutuhkan perbaikan dalam rangka membangun perekonomian yang lebih kuat dan mengakselerasi pertumbuhan perekonomian adalah pertumbuhan dari para entrepreneur domestik. Saat ini, hanya 1,6% dari total populasi Indonesia (yang berjumlah sekitar 250 juta orang) adalah entrepreneur. Meningkatkan jumlah pebisnis di Indonesia sangat penting dalam konteks penciptaan pekerjaan. Menguatirkan bahwa Indonesia tertinggal di belakang mitra-mitra regionalnya dalam konteks jumlah entrepreneur. Contohnya, di Singapura sekitar 7% populasinya adalah entrepreneur, di Malaysia 5% dan di Thailand 3%.
Selain penciptaan pekerjaan-pekerjaan baru yang dihasilkan oleh para entrepreneur, mereka juga berkontribusi pada pendapatan negara melalui pajak. Kira-kira 70% dari pendapatan negara berasal dari pajak.
Temuan-Temuan Kunci:
• Pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak dapat mencapai potensi penuhnya karena birokrasi
• Presiden Joko Widodo bertekad melawan birokrasi berlebihan Indonesia dalam rangka mengoptimalkan dan memaksimalkan investasi asing dan domestik
• Jumlah para entrepreneur domestik di Indonesia sangatlah rendah (1.6% dari total populasi), dan karenanya membatasi penciptaan pekerjaan dan pendapatan negara (pajak)
• Bank Dunia tidak memiliki kesan positif mengenai kemudahan melakukan bisnis di Indonesia. Di ‘Doing Business Ranking’ terakhirnya (diterbitkan pada 29 Oktober 2014) Indonesia berada pada ranking 114
Investasi Asing dan Domestik di Indonesia (dalam Rp trilyun):
2014 |
2015 | |||||||
Q1 | Q2 | Q3 | Q4 | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 | |
Domestic Direct Investment | 34.6 | 38.2 | 41.6 | 41.7 | 42.5 | |||
Foreign Direct Investment | 72.0 | 78.0 | 78.3 | 78.7 | 82.1 | |||
Total Investment |
106.6 |
116.2 | 119.9 | 120.4 | 124.6 |
2011 |
2012 | 2013 | ||||||||||
Q1 | Q2 | Q3 | Q4 | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 | |
Domestic Direct Investment | 14.1 | 18.9 | 19.0 | 24.0 | 19.7 | 20.8 | 25.2 | 27.5 | 27.5 | 33.1 | 33.5 | 34.1 |
Foreign Direct Investment | 39.5 | 43.1 | 46.5 | 46.2 | 51.5 | 56.1 | 56.6 | 65.5 | 65.5 | 66.7 | 67.0 | 71.2 |
Total Investment |
53.6 | 62.0 | 65.5 | 70.2 | 71.2 | 76.9 | 81.8 | 83.3 | 93.0 | 99.8 | 100.5 | 105.3 |
Sumber: BKPM
Lanjut Baca:
• Investment Realization in Indonesia in Q4-2014 and Full-Year 2014
• BKPM Press Release on Investment in 2014
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini