Suhu konstan dan kelembaban adalah keadaan sempurna untuk pertumbuhan tanaman teh. Kondisi tersebut dapat ditemukan di wilayah iklim tropis dan subtropis di Asia tempat di mana mayoritas teh dihasilkan. Dataran tinggi yang sejuk merupakan tempat paling kondusif untuk memproduksi daun teh yang berkualitas tinggi. Ini menjelaskan kenapa daerah Puncak di Jawa Barat terkenal karena perkebunan tehnya.

Tanaman teh dapat dipanen untuk pertama kalinya setelah mencapai usia kira-kira empat tahun. Ketika panen, hanya daun-daun muda yang dipilih, mengimplikasikan bahwa pemetikan manual lebih efisien dibandingkan menggunakan peralatan mesin. Dan oleh karenanya, produksi teh adalah bisnis padat tenaga kerja.

Ada lebih dari seribu jenis teh di seluruh dunia (berdasarkan tingkat oksidasi). Yang paling umum adalah: teh putih, teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Oksidasi, yang terjadi saat daun teh dihancurkan dan diaduk, menghasilkan rasa yang khas dan tajam serta menyebabkan kandungan kafein yang lebih tinggi. Sementara itu, teh yang memiliki tingkat oksidasi rendah diyakini mempunyai lebih banyak manfaat bagi kesehatan.

Dua negara yang mendominasi produksi teh global adalah Cina dan India. Bersama-sama, kedua negara ini memproduksi sekitar 70 persen dari produksi teh dunia.

Tabel 1; Negara Produsen Teh Terbesar pada Tahun 2022:

1. Cina       3,181,039
2. India       1,365,230
3. Kenia         535,043
4. Sri Lanka         251,499
-  Yang Lain       1,143,911

dalam ton metrik
Sumber: Statista

Sayangnya, Indonesia kini sudah tidak di antara lima besar negara penghasil teh terbesar di dunia. Pada tahun 2019, Indonesia masih menduduki peringkat kelima, namun pada tahun 2023 Indonesia telah disalip oleh Iran, Turki, dan Vietnam.

Budidaya Teh di Indonesia

Seperti disebutkan di atas, Indonesia sangat cocok untuk budidaya teh. Mayoritas teh yang dihasilkan di Indonesia merupakan teh hitam (khususnya pulau Jawa dan Sumatra dikenal karena teh hitamnya yang rasanya kuat dan beraroma), meskipun teh hijau dan teh specialty lainnya juga dihasilkan di dua pulau ini. Produksi teh dalam negeri melayani baik pasar domestik maupun luar negeri (ekspor). Maka, teh adalah komoditas yang berperan dalam perekonomian Indonesia.

Namun, ada awan gelap di cakrawala yang membahayakan masa depan perkebunan teh di Indonesia. Sangat menarik untuk mendalami tantangan apa yang sedang dihadapi oleh sektor perkebunan teh di Indonesia.

Luas Perkebunan Teh di Indonesia

Pada tahun 2022, total luas perkebunan teh di Indonesia tercatat sebesar 101,281 hektare (ha). Perlu diketahui, luas tersebut sebenarnya sangat kecil dibandingkan dengan total luas perkebunan tanaman lain di Indonesia, seperti kakao (1,410,900 ha pada tahun 2023) atau kopi (1,268,900 ha pada tahun 2023), belum lagi perkebunan kelapa sawit (15.4 juta ha pada tahun 2023).

Tabel 2; Luas Total Perkebunan Teh di Indonesia:

     2002    2022
Perkebunan Teh Besar Milik Negara  44,608  29,561
Perkebunan Teh Besar Milik Swasta  39,810  21,407
Rakyat Kecil  66,289  50,313
Total 150,707 101,281

Sumber: Statistik Teh 2022, Badan Pusat Statistik (BPS)

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa total luas perkebunan tea Indonesia telah menurun secara signifikan dalam kurun waktu dua dekade antara tahun 2002 dan 2022 (kontraksi sebesar 33 persen). Hal ini jelas merupakan pertanda buruk bagi produksi dan ekspor teh.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa petani kecil memainkan peranan penting dalam perkebunan teh karena mereka menguasai 49.7 persen dari total perkebunan teh di negara ini. Sisanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar milik negara dan perusahaan-perusahaan teh swasta besar. Bahkan, dengan berjalannya waktu, peran petani kecil menjadi semakin penting karena ukuran perkebunan teh yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan besar (baik milik negara maupun swasta) menyusut jauh lebih cepat daripada ukuran perkebunan teh milik petani kecil.

Yang juga menarik adalah bahwa –berdasarkan data BPS– hanya ada dua pulau yang menghasilkan teh di Indonesia yaitu Jawa dan Sumatera. Tidak ada pulau lain yang memiliki perkebunan teh (atau, setidaknya, tidak secara resmi).

Provinsi yang paling penting untuk budidaya teh di Indonesia adalah Jawa Barat, karena memiliki perkebunan teh seluas 72.308 hektar (yaitu sekitar 71 persen dari total perkebunan teh di seluruh Indonesia). Di posisi kedua, dan dengan selisih yang jelas, adalah Jawa Tengah (dengan 8.880 hektar perkebunan teh). Jadi, dibandingkan dengan Jawa, Sumatera sebenarnya juga memainkan peran yang relatif kecil dalam budidaya teh nasional.

Namun, data BPS menunjukkan bahwa sejak 2020 lebih dari 10.000 hektar perkebunan teh telah dipotong di Jawa Barat. Selain itu, di Sumatera Utara perkebunan teh telah berkurang hampir setengahnya sejak 2020. Dengan demikian, untuk ke depan, peralihan dari budidaya teh ini berarti bahwa teh akan memainkan peran yang semakin kecil dalam ekonomi lokal dan nasional.

Produksi Teh di Indonesia

Sejalan dengan menurunnya luas perkebunan teh di Indonesia, BPS juga mencatat penurunan tajam produksi teh selama dua dekade terakhir. Jika pada tahun 2002 produksi teh Indonesia mencapai 165,194 ton, pada tahun 2023 angka ini turun menjadi 122,700 ton.

Tabel 3; Produksi Teh di Indonesia:

    2020   2021   2022   2023   2024   2025
Produksi Teh
(dalam ton metrik)
144,063 137,837 124,662 122,700    n/a    n/a
    2014   2015   2016   2017   2018   2019
Produksi Teh
(dalam ton metrik)
154,369 132,615 138,935 146,251 140,236 129,832
    2008   2009   2010   2011   2012
  2013
Produksi Teh
(dalam ton metrik)
153,971  156,901 156,604 150,776 145,575 145,460

Sumber: Statistik Teh 2022, Badan Pusat Statistik (BPS)

Meskipun terjadi penurunan secara keseluruhan, ada satu perkembangan yang sangat menarik –dan positif– yang terlihat, yaitu produksi teh di kalangan petani kecil meningkat dengan signifikan sejak 2002 (+11.4 persen antara tahun 2002 dan 2022). Peningkatan produksi teh ini terjadi saat terjadi penurunan signifikan dalam luas perkebunan teh petani kecil (yang dipotong sebesar 24 persen antara tahun 2002 dan 2022). Jadi, produktivitas para petani kecil pasti meningkat cukup signifikan selama dua dekade terakhir (yang disebabkan oleh berbagai program pemerintah).

Rata-rata, produktivitas teh di Indonesia sekitar 1.800 kilogram per hektar, dengan produktivitas tertinggi di perkebunan milik pemerintah (sejalan dengan kantong keuangan yang lebih dalam di kategori produsen ini), sedangkan petani kecil memiliki produktivitas terendah sekitar 950 kg/ha. Namun seperti yang disebutkan di atas, produktivitas petani kecil telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya, jika dibandingkan dengan produktivitas di negara lain, Indonesia mendapat skor yang buruk. Di Iran, misalnya, produktivitas teh tertinggi pada sekitar 5.900 kg/ha.

Jika kita melihat jenis teh yang diproduksi di Indonesia, sebagian besar adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau.

Provinsi yang memproduksi daun teh paling banyak di Indonesia adalah:

1.
Jawa Barat (menyumbang sekitar 70% dari produksi teh nasional)
2. Jawa Tengah
3. Sumatra Utara

Ekspor dan Impor Teh Indonesia

Meskipun bukan komoditas ekspor Indonesia yang paling menguntungkan, Indonesia memperoleh sekitar USD $90,0 juta dari ekspor teh, setiap tahunnya. Namun, nilai ini hanya setengah dari nilai yang diperoleh pada tahun 2010 (USD $178,5 juta) dari pengiriman teh ke luar negeri. Jadi, tentu saja terasa ada peluang yang terlewatkan di sini. Di sisi lain, masih ada potensi juga karena kombinasinya kondisi kondusif yang hadir di Indonesia untuk pertumbuhan teh dan harga teh dunia yang terus meningkat.

Teh Indonesia yang diekspor terutama berasal dari perkebunan besar di negara ini, baik milik negara maupun swasta (biasanya teh yang dihasilkan dari perkebunan besar ini bermutu tinggi: premium), sementara mayoritas petani kecil lebih berorientasi pada pasar domestik (mereka memiliki kualitas daun teh yang lebih rendah dan dengan demikian harga jualnya lebih murah juga).

Tabel 4; Ekspor Teh Indonesia:

     2018    2019    2020    2021    2022
Volume Ekspor Teh
(dalam ton metrik)
 49,038  42,811  45,265  42,654  44,979
Nilai Ekspor Teh
(dalam ribu USD)
108,451  92,347  96,323  89,158  89,990

Sumber: Statistik Teh 2022, Badan Pusat Statistik (BPS)

Produk ekspor teh yang paling penting adalah teh hitam dan teh hijau. Namun, data BPS menunjukkan bahwa ekspor teh hijau mengalami kontraksi selama beberapa tahun terakhir, baik dari segi volume maupun nilai. Di sisi lain, ekspor teh hitam sedang meningkat (baik dari segi nilai maupun volume).

Pasar ekspor utama teh Indonesia adalah Malaysia dan Rusia. Kedua negara ini menyerap hampir 35 persen dari total volume ekspor teh dari Indonesia.

Bila kita cermati impor teh ke Indonesia, kita bisa berasumsi ada peningkatan impor di tengah penurunan produksi teh dalam negeri. Dan, memang, hal ini terlihat dalam data BPS. Pada tahun 2002 Indonesia hanya mengimpor 3,526 ton teh (dengan nilai total USD $3.65 juta), tapi impor teh meningkat menjadi 10,883 ton (USD $29.76 juta) pada tahun 2022 (meskipun dalam beberapa tahun terakhir volume impor teh agak menurun, yang mungkin terkait dengan krisis COVID-19).

Tabel 5; Impor Teh ke Dalam Indonesia:

     2018    2019    2020    2021    2022
Volume Impor Teh
(dalam ton metrik)
 14,922  16,326  14,909  10,609  10,833
Nilai Impor Teh
(dalam ribu USD)
 29,430  36,037  25,857  23,019  29,761

Sumber: Statistik Teh 2022, Badan Pusat Statistik (BPS)

Negara pemasok utama bagi Indonesia adalah Vietnam dan Kenya, yang bersama-sama menyumbang hampir 80 persen dari total impor teh ke dalam Indonesia. Sebagian besar – sekitar 70 persen – impor teh merupakan teh hitam, diikuti oleh teh hijau (sekitar 30 persen dari total impor teh).

Konsumsi Teh di Indonesia

Meskipun orang Indonesia bukan peminum teh terkuat di dunia, kita melihat tren yang menarik. Sejak akhir tahun 2000-an, kita melihat tren peningkatan yang jelas dalam hal konsumsi teh di Indonesia. Pada tahun 2008, konsumsi teh per kapita Indonesia berada di sekitar 0.23 kilogram (per orang, per tahun). Namun, pada tahun 2022 angka ini meningkat menjadi sekitar 0.38 kilogram. Khususnya (ice) teh siap minum menjadi sangat populer di Indonesia, sehingga mendorong peningkatan konsumsi teh per kapita di Indonesia.

Tentu saja masih ada ruang untuk peningkatan lebih lanjut konsumsi teh di Indonesia. Sebagai perbandingan, di Malaysia tingkat konsumsi teh per kapita mencapai 0.84 kilogram (per orang, per tahun), sementara Turki tetap menjadi negara terkuat dengan tingkat konsumsi teh per kapita sebesar 3.20 kilogram.

Penutup

Berdasarkan tren yang telah kita lihat selama dua dekade terakhir, ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan mengenai masa depan teh di Indonesia. Luas perkebunan menyusut drastis (dan secara struktural), sementara pertumbuhan produktivitas tidak dapat mengimbangi penurunan luas perkebunan tersebut, sehingga produksi teh secara keseluruhan juga menurun. Jika tren ini berlanjut, maka Indonesia tidak akan memiliki perkebunan teh lagi pada pertengahan tahun 2060-an.

Akibatnya, Indonesia kehilangan pendapatan ekspor, sementara juga perlu mengimpor teh dalam jumlah yang makin banyak karena permintaan teh dalam negeri diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

[Updated pada 12 Oktober 2024]

Untuk terima analisis yang lebih mendalam tentang industri teh (hulu) Indonesia, kami merujuk pembaca ke laporan 'Teh di Indonesia' terbaru kami. Laporan ini merupakan laporan elektronik (PDF, 23 halaman) yang harganya Rp 50,000. Silakan hubungi kami di info@indonesia-investments.com untuk pesan laporan ini.