Kenaikan BI Rate Berdampak pada Kinerja Rupiah dan IHSG
Laju IHSG yang awalnya hanya melemah tipis dan mencoba untuk rebound, jelang sore hari berubah menjadi pelemahan setelah dipersuram oleh hasil RDG BI yang menaikkan BI rate dari level 7,25 persen menjadi 7,5 persen. Kenaikan BI rate ini tentunya dipersepsikan bahwa kondisi makroekonomi Indonesia yang belum akan membaik dan terutama timbul juga penilaian bahwa masih akan tingginya inflasi hingga akhir tahun.
Pelaku pasar yang di awal lebih banyak wait & see dan mungkin sempat berspekulasi masuk pasar seiring dengan positifnya laju bursa saham Asia, di sesi sore hari ramai-ramai melakukan aksi jual sehingga IHSG terhempas dari target supportnya di level 4400an.
Positifnya laju bursa saham Asia dan pembukaan pasar Eropa menjadi tidak terlalu diperhatikan. Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4455,16 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4371,03 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4380,64. Volume perdagangan naik dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan penurunan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Meskipun laju € bergerak menguat dibandingkan US$ seiring rilis beberapa data dari Jerman dan Italia yang cukup positif namun, belum dapat mengalahkan dominasi US$ terhadap mata uang emerging market. Pelaku pasar valas terus mengkhawatirkan masih merebaknya spekulasi tappering off stimulus The Fed sehingga berimbas negatif pada mata uang emerging market termasuk Rupiah. Selain itu, adanya kenaikan BI rate 25 bps bukannya membuat Rupiah dapat bertahan di tengah spekulasi tersebut, justru malah memperparah lajunya. Rupiah di bawah target support Rp11518. Rp11625-11525 (kurs tengah BI).
–
‹ Kembali ke Berita Bursa Efek
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini