Menghadapi Inflasi Tinggi: Pasar Saham Indonesia di bawah Tekanan
IHSG akhir pekan lalu kembali ditutup terkoreksi 0,3% atau 15 poin di 4658,874. Nilai transaksi di Pasar Reguler kembali menipis hanya Rp.3 triliun dibandingkan rata-rata harian pekan lalu yang mencapai Rp.3,84 triliun. Asing masih mencatatkan nilai penjualan bersih Rp.92,9 miliar. Minimnya insentif positif, rilis laba emiten yang dibawah perkiraan sebelumnya, dan pelemahan rupiah atas dolar AS telah menjadi pemicu penurunan indeks. Dilihat sepekan IHSG terkoreksi 1,39% dan rupiah melemah 1,94% di Rp.10265/US dolar.
Dana asing masih keluar dari pasar saham terlihat dari nilai penjualan bersih mencapai Rp.230,5 miliar. Pergerakan pasar saham sepekan kemarin kurang bergairah. Pelaku pasar lebih banyak wait and see menyusul resiko pasar yang cenderung meningkat. Ini terutama dipicu kekhawatiran pelemahan rupiah atas dolar yang masih berlanjut. Sedangkan dari faktor eksternal, pasar dipengaruhi isu perlambatan perekonomian China terutama langkah China yang akan mengurangi kapasitas produksi 19 industri sektoral yang meliputi lebih 1400 perusahaan.
Adanya proyeksi dari Bank Indonesia mengenai inflasi yang di prediksi telah mencapai 2,7% selama 3 minggu di bulan Juli semakin menekan pasar. Selain itu kebijakan Bank Indonesia yang diprediksi akan terus menaikkan BI Rate demi membuat tingkat investasi menarik juga dirasa tidak efektif karena dapat menyebabkan beban modal kerja meningkat. Pemerintah tengah melaksanakan berbagai kebijakan untuk dapat menekan inflasi, seperti operasi pasar. Saya sendiri agak pesimis hal tersebut dapat meredakan inflasi. Jika inflasi kita diatas 2,3% maka harga wajar indeks akan kembali terkoreksi dari posisi saat ini di 4850 - 4900.
Selain itu Indonesia juga masih memiliki masalah di neraca perdagangan.Hal ini dikarenakan menurunnya eksport akibat turunnya harga komoditas dan meningkatnya import sebagai efek dari pertumbuhan ekonomi yang masih diatas 5,8%. Kurangnya manufaktur di Indonesia menyebabkan banyaknya barang hasil industri yang harus di import seperti pesawat. Reboundnya harga komoditas yang dinantikan hingga saat ini belum terjadi sehingga agka sulit untuk bisa mengimbangi pertumbuhan import.
Memasuki perdagangan pekan ini, pergerakan IHSG diperkirakan masih dalam tren konsolidasi dengan nilai transaksi yang masih tipis. Memasuki akhir Juli fokus perhatian pelaku pasar tertuju pada rilis laba emiten sektoral paruh pertama 2013. Selain itu adanya libur hari raya juga akan membuat pada investor enggan berspekulasi dengan tetap menanam modalnya dalam bentuk saham. Hal ini dikarenakan pasar akan tutup selama liburan sementara pasar luar tetap beroperasi. IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 4500 dan resisten di 4800 di teritori negatif.
David Sutyanto adalah analis di First Asia Capital
Bahas
Silakan login atau berlangganan untuk mengomentari kolom ini